Pesawat Jatuh di Nepal, 68 Penumpang Tewas
Kecelakaan pesawat kembali terjadi di Nepal. Setidaknya 68 dari 72 penumpang dan awak pesawat tewas. Proses penyelamatan sulit karena pesawat jatuh di lereng bukit. Ini kecelakaan terparah dalam 30 tahun terakhir.
KATHMANDU, MINGGU —Setidaknya 68 orang tewas ketika maskapai penerbangan domestik Nepal, Yeti Airlines, yang membawa 68 penumpang dan empat awak pesawat jatuh di kota wisata Pokhara, Minggu (15/1/2023). Dari 72 orang itu, 15 orang di antaranya adalah warga negara asing, yakni 5 orang dari India, 4 warga Rusia, 2 warga Korea Selatan, dan masing-masing 1 orang dari Australia, Argentina, Irlandia, dan Perancis. Ini kecelakaan pesawat yang terburuk di Nepal dalam 30 tahun terakhir.
Pesawat ATR 72 bermesin ganda turboprop yang lepas landas dari ibu kota Nepal, Kathmadu, itu jatuh ke lereng bukit saat hendak mendarat di Bandara Internasional Pokhara yang baru dibuka. Jarak antara lereng bukit dan bandara itu hanya 1,6 kilometer. ”Penyelamatan sedang dilakukan. Petugas penyelamat masih berusaha memadamkan api. Fokus di situ dulu dan menyelamatkan penumpang. Kami belum tahu apakah ada korban yang selamat,” kata juru bicara maskapai penerbangan Yeti Airlines, Sudarshan Bartaula.
Perdana Menteri Nepal Pushpa Kamal Dahal bergegas ke bandara setelah kecelakaan. Ia meminta personel keamanan dan masyarakat untuk membantu upaya penyelamatan. Ia juga mengadakan rapat kabinet darurat untuk membahas insiden ini.
Baca Juga: Pesawat Nepal Berpenumpang 22 Orang Dilaporkan Hilang Kontak
Otoritas Penerbangan Sipil Nepal Jagannath Niroula mengatakan, kondisi cuaca sedang cerah saat pesawat jatuh. Setelah melakukan kontak dengan bandara dari Seti Gorge pada pukul 10.50 waktu setempat, pesawat itu jatuh. Petugas penyelamat kesulitan mencapai lokasi jatuhnya pesawat karena separuh badan pesawat berada di lereng bukit. Sementara separuh lagi sudah jatuh di ngarai Sungai Seti.
Pokhara yang berada sekitar 200 kilometer sebelah Barat Kathmandu itu merupakan pintu gerbang ke jalur pendakian Annapurna yang populer di Himalaya. Bandara Internasional Pokhara baru mulai beroperasi dua minggu lalu. ”Saya melihat pesawat bergetar, terbang ke kiri dan kanan lalu tiba-tiba hidungnya menukik lalu jatuh ke jurang,” kata warga setempat, Khum Bahadur Chhetri, yang melihat peristiwa itu dari atap rumahnya.
Pesat
Industri penerbangan Nepal berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan mampu membawa wisatawan seperti para pendaki dari sejumlah negara serta barang-barang ke daerah-daerah yang sulit dijangkau. Hanya, masalah keamanan penerbangan masih dinilai buruk karena pelatihan personel dan perawatan pesawat yang tidak memadai. Uni Eropa sudah melarang semua maskapai penerbangan Nepal masuk ke wilayah udaranya sejak 2013 karena masalah keamanan ini.
Nepal selama ini dikenal memiliki beberapa landasan pacu yang paling terpencil dan sulit di dunia karena diapit oleh puncak gunung yang tertutup salju. Ini menjadi tantangan berat bahkan bagi pilot ulung dan berpengalaman sekalipun. Operator maskapai penerbangan mengatakan, Nepal tidak memiliki infrastruktur yang memadai untuk bisa memperkirakan cuaca dengan akurat, terutama di daerah terpencil dengan medan pegunungan yang menantang. Cuaca yang bisa berubah dengan cepat di pegunungan mempersulit pilot.
Baca Juga: Puncak Everest yang Semakin Tinggi
Lantaran medan yang sulit, di Nepal kerap terjadi kecelakaan pesawat. Seperti yang terjadi pada Mei 2022 ketika pesawat Nepal Tara Air jatuh hingga seluruh penumpangnya sebanyak 22 orang tewas. Dari 22 orang itu, 16 orang warga Nepal, empat warga India, dan dua warga Jerman. Pada waktu itu, menara pengawas lalu lintas udara kehilangan kontak dengan pesawat twin otter berbaling-baling ganda itu tak lama setelah lepas landas dari Pokhara menuju ke Jomsom, daerah wisata trekking yang populer.
Puing-puing pesawat ditemukan sehari kemudian dalam kondisi berserakan di lereng gunung sekitar 4.400 meter di atas permukaan laut. Setelah kecelakaan itu, otoritas penerbangan memperketat peraturan, termasuk aturan pesawat hanya akan diizinkan terbang jika ada ramalan cuaca yang baik di sepanjang jalur penerbangan.
Sebelumnya, Maret 2018, pesawat turboprop US-Bangla Airlines dari Dhaka mendarat darurat di dekat Bandara Internasional Kathmandu yang terkenal sulit dan menewaskan 51 orang dari 71 penumpang di dalamnya. Itu kecelakaan paling parah di Nepal sejak 1992 ketika seluruh 167 penumpang pesawat Pakistan International Airlines tewas karena menabrak bukit saat hendak mendarat darurat di Kathmandu.
Hanya dua bulan sebelumnya, sebuah pesawat Thai Airways jatuh di dekat bandara yang sama hingga 113 orang tewas. Nepal yang memiliki delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia ini, termasuk Gunung Everest, memiliki sejarah panjang kecelakaan pesawat. Setidaknya 309 orang tewas sejak tahun 2000 dalam kecelakaan pesawat atau helikopter di Nepal.
Pesawat yang jatuh kali ini merupakan pesawat jenis ATR72 atau pesawat turboprop bermesin ganda yang banyak digunakan dan diproduksi oleh perusahaan patungan Airbus dan Leonardo Italia. Yeti Airlines mempunyai armada enam pesawat ATR72-500. Situs pelacakan penerbangan FlightRadar24 di Twitter menyebutkan, pesawat Yeti Airlines berusia 15 tahun dan dilengkapi dengan transponder tua dengan data yang tidak dapat diandalkan. (REUTERS/AFP/AFP)