Bagi para pendaki dan petualang, mencapai puncak Gunung Everest menjadi pencapaian tersendiri. Kini, puncak Everest menjadi lebih menantang karena butuh tambahan langkah untuk mencapainya.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
Ada perdebatan di antara Pemerintah China, Nepal, serta komunitas pendaki dan pencinta alam soal ketinggian puncak Everest pascagempa tahun 2015. Gempa besar yang mengguncang Everest, Sabtu (25/4/2015), bermagnitudo 7,8, itu merenggut 9.000 jiwa, termasuk belasan pendaki yang tengah berada di base camp 1 dan tengah berupaya menaklukkan puncaknya. Menurut catatan Badan Survei Geologis Amerika Serikat, gempa tersebut juga mengakibatkan sekitar 1 juta bangunan di Nepal rusak dan 23.000 orang terluka.
Guncangan hebat akibat pergerakan lempeng bumi diyakini banyak pihak membuat tinggi puncak Everest berubah menjadi lebih rendah. Setidaknya keyakinan sebagian orang saat itu.
Pengukuran ini menjadi penting karena selama ini masyarakat umum menasbihkan puncak Everest sebagai puncak tertinggi dunia dengan ketinggian 8.848 meter atau setara dengan 29.028 kaki di atas permukaan laut. Itu merupakan perhitungan ketinggian pada 1954 yang masih dipakai hingga awal Desember 2020. Everest bersaing dengan puncak K2, yang terletak di perbatasan Pakistan dan China, yang memiliki ketinggan 8.611 meter atau sekitar 28.244 kaki.
Pengukuran dan pascagempa
Sebelum gempa terjadi, keinginan untuk mengukur ulang ketinggian puncak Everest sudah bermunculan. Pada 1999, tim National Geographic Society, menggunakan teknologi global positioning system, melakukan pengukuran dan mencatat ketinggian 8.850 meter atau 29.035 kaki. Pemerintah Nepal menolak hasil pengukuran ini meski masyarakat internasional menerimanya.
Enam tahun kemudian, sebuah tim asal China juga mencoba mengukur ketinggian puncak Everest dan berkesimpulan terjadi penurunan tinggi puncak menjadi 8.844,43 meter atau 29.009 kaki. Tim ini tidak menyertakan tutupan salju sebagai bagian dari perhitungan mereka.
Mengikutsertakan tutupan salju atau tidak inilah yang menjadi pangkal masalah dalam pengukuran ketinggian puncak Everest. Pemerintah Nepal ingin memasukkan tutupan salju dalam perhitungan, sedangkan Pemerintah China sebaliknya.
Perselisihan pengukuran itu memicu perselisihan antara China dan Nepal. Perselisihan tersebut baru diselesaikan pada 2010 ketika Kathmandu dan Beijing sepakat bahwa ada hal yang berbeda dalam pengukuran. Selain itu, mereka pun sepakat menggunakan ukuran yang sama serta tidak mengakui pengukuran yang dilakukan di luar dua negara tempat Everest berada, yaitu China dan Nepal.
Nepal baru bisa melakukan proses pengukuran ulang pada 2019. Melibatkan sekitar 300 ahli dan surveyor, sebagian besar berjalan kaki dan lainnya dengan helikopter, dan peralatan dengan berat hampir 40 kilogram, mereka menggunakan teknologi GNSS (sistem navigasi satelit global) untuk mengukur ketinggian puncak Everest.
”Mendaki Everest saja adalah tugas yang menantang, tetapi kami juga harus mengukurnya,” kata Khim Lal Gautam, seorang pejabat Departemen Survei yang kehilangan jari kaki karena radang dingin dalam ekspedisi tersebut.
Nepal seharusnya merilis hasil awal tahun ini, tetapi kedatangan Presiden Xi Jinping ke Nepal pada Oktober 2019 membuat mereka menundanya. Presiden Xi, dikutip dari Indian Times, saat itu menyatakan, kedua negara harus melakukan pengukuran bersama dan mengumumkan hasilnya bersama-sama.
Karena tim Nepal sudah melakukan pengukuran, tim pengukuran China bekerja sendiri mengukur ketinggian puncak di tengah pandemi.
Dang Yamin, seorang ahli di Biro Survei dan Pemetaan Nasional, mengatakan kepada stasiun televisi milik pemerintah, CCTV, bahwa hasil akhir yang diumumkan adalah nilai rata-rata antara pengukuran yang dilakukan oleh Nepal dan China, sesuai dengan aturan ilmiah.
Pemerintah China dan Nepal, Selasa (8/12/2020), bersama-sama mengumumkan ketinggan baru puncak Everest, yaitu 8.848,86 meter atau sekitar 29.031,7 kaki. Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan rekannya, Menlu Nepal Pradeep Gyawali, menekan tombol bersama-sama pada konferensi virtual dan angka ketinggian baru puncak Everest muncul di layar.
Ketinggian hasil pengukuran terbaru itu lebih tinggi 86 sentimeter atau sekitar 2,8 kaki lebih tinggi daripada ketinggian yang pernah diumumkan Pemerintah Nepal dan lebih tinggi 4 meter atau sekitar 13 kaki di atas pengukuran Pemerintah China.
Padma Kumari Aryal, Menteri Pertanahan Nepal, mengatakan, sejumlah negara telah menyelesaikan pengukuran ketinggian dan hasilnya selalu menunjukkan perbedaan satu sama lain. ”Kini, kami mengakhiri spekulasi ini,” kata Aryal. (AFP/AP)