Jepang Protes China Soal Penangguhan Visa
Setidaknya ada 10 negara di Eropa, Amerika Utara, dan Asia yang sudah memberlakukan protokol kesehatan khusus bagi pelaku perjalanan dari China. Mereka memerlukan lebih banyak informasi dari China.

Penumpang dari Shanghai menunjukkan bukti tes Covid-19 negatif pada saat kedatangan mereka di Bandara Narita dekat Tokyo, Jepang, 8 Januari 2023. China menangguhkan penerbitan visa bagi warga Korea Selatan untuk datang ke negara itu untuk pariwisata atau bisnis sebagai pembalasan untuk protokol kesehatan Covid-19 bagi pelancong dari China.
TOKYO, RABU —Jepang melayangkan protes kepada China soal penangguhan visa bagi warga Jepang dan meminta Beijing mencabut kebijakan tersebut. Jepang mengalami hal yang sama dengan Korea Selatan karena menerapkan kebijakan ketat bagi warga China yang masuk ke negara mereka selepas China mengakhiri kebijakan nihil Covid-19.
”Sangat disesalkan China secara sepihak mengambil langkah penangguhan visa untuk alasan selain terkait virus korona,” kata Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno, Rabu (11/1/2023).
Baca juga: Balas Korsel, China Tangguhkan Visa Kunjungan
Jepang mewajibkan penumpang dari China daratan dan Makau untuk melakukan tes sebelum perjalanan dan pada saat kedatangan. Bahkan, penerbangan dari China daratan hanya boleh mendarat di bandara tertentu.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi sudah menyampaikan protes melalui saluran diplomatik. Jepang akan menanggapi masalah ini sambil memantau penyebaran Covid-19 di China dan seberapa banyak informasi yang dibagikan Pemerintah China.

Anggota keluarga korban tewas akibat Covid-19 membawa abu orang terkasih yang dikremasi di rumah Pemakaman Sipsongpanna Zhou, kota Jinghong, China, Selasa (10/1/2023).
Penangguhan visa bagi warga Korsel dan Jepang diberlakukan selama Januari 2023. Penangguhan itu akan terus diberlakukan sampai Korsel mencabut ketentuan yang dianggap diskriminatif oleh China itu.
Setidaknya ada 10 negara di Eropa, Amerika Utara, dan Asia yang sudah memberlakukan protokol kesehatan khusus bagi pelaku perjalanan dari China. Kebijakan itu mau tak mau harus diberlakukan karena minimnya informasi terkait Covid-19 di China dan adanya kekhawatiran akan munculnya varian virus yang baru.
Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia, Selasa, mengatakan, WHO tidak melihat ada ancaman langsung untuk wilayah Eropa dari Covid-19 di China. Namun, mereka tetap memerlukan lebih banyak informasi dari China.
Baca juga: Tak Ada Karantina, Pemudik Mulai Banjiri China Daratan
China sudah meminta negara-negara terkait untuk mendasarkan tindakan pencegahan Covid-19 mereka pada fakta dan sains. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menegaskan, langkah-langkah pencegahan itu tidak boleh diskriminatif dan tidak memengaruhi pertukaran orang ke orang yang normal antarnegara.
”Namun, segelintir negara, dengan mengabaikan sains dan fakta serta kenyataan di dalam negeri, bersikeras mengambil tindakan pembatasan masuk yang diskriminatif yang menargetkan China. China dengan tegas menolak ini dan akan mengambil tindakan balasan,” kata Wang.
Membalas pernyataan Wang, Kementerian Luar Negeri Korsel menegaskan langkah-langkah pencegahan terhadap penumpang yang datang dari China sudah didasarkan pada bukti ilmiah dan obyektif. Bahkan, sebelum ketentuan itu diberlakukan sudah ada komunikasi sebelumnya dengan China. Kebijakan itu terpaksa diambil karena, menurut angka resmi dari Korsel, terdapat 2.224 warga negara China dengan visa jangka pendek yang sudah mendarat di Korea Selatan sejak 2 Januari 2023 dan 17,5 persen di antaranya dinyatakan positif pada saat kedatangan.
Semua penerbangan dari China kini juga diharuskan mendarat di Bandara Internasional Incheon. ”Mau tidak mau Korsel harus memperkuat beberapa langkah anti-epidemi untuk mencegah penyebaran virus di negara kami karena situasi Covid-19 yang memburuk di China,” kata Perdana Menteri Korsel Han Duck-soo.

Penumpang yang tiba dari China bersiap untuk tes Covid-19 di lokasi tes Covid-19 di Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan, Selasa (10/1/2023). Kedutaan Besar China berhenti mengeluarkan visa baru untuk warga Korea Selatan dan Jepang.
Wisatawan dari China menyumbang proporsi terbesar dari semua wisatawan asing yang mengunjungi Korsel pada 2019 dan 2020, masing-masing mencapai 34,4 persen dan 27,2 persen. Namun, jumlah wisawatan China turun secara signifikan pada tahun lalu, dari 6,02 juta orang pada 2019 menjadi 200.000 orang pada Januari-November 2022 atau hanya 7,5 persen dari semua wisawatan dari luar negeri. Sementara di Jepang, sebelum pandemi, jumlah wisawatan China mencapai sepertiga dari semua wisawatan ke negara itu.
Penangguhan visa dari pengusaha Korsel atau Jepang dikhawatirkan akan menunda kebangkitan aktivitas komersial dan potensi investasi baru setelah China mencabut kebijakan anti-Covid-19 secara tiba-tiba pada Desember 2022. Apalagi sebelumnya para pebisnis sudah memperingatkan China bahwa banyak perusahaan global yang akan mengalihkan rencana investasi dari China karena terlalu sulit bagi eksekutif asing untuk datang ke China jika protokol kesehatan ketat masih diberlakukan.
Baca juga: Covid-19 Meningkat, Pemda Serukan Warga Menunda Pulang Kampung
Perkiraan paling optimistis menyebutkan aktivitas bisnis dan konsumen China mungkin akan bangkit kembali pada kuartal pertama pada tahun ini. Namun, sebelum itu terjadi, pengusaha dan keluarga menghadapi tekanan yang menyakitkan dari lonjakan kasus Covid-19 yang membuat pengusaha tidak memiliki cukup pekerja yang sehat dan menjauhkan pelanggan yang waspada dari pusat perbelanjaan, restoran, salon, dan pusat kebugaran. China kini menghadapi lonjakan kasus Covid-19 dan jumlah pasien rawat inap di kota-kota besar. Jumlah kasus Covid-19 dikhawatirkan akan naik dan menyebar ke sejumlah daerah mengingat warga China sudah mulai banyak yang mudik ke kampung halaman menjelang Tahun Baru China atau Imlek. (REUTERS/AFP/AP)