Covid-19 Meningkat, Pemda Serukan Warga Menunda Pulang Kampung
Sejumlah pemda di China menyerukan warganya untuk tidak pulang kampung selama Festival Musim Semi. Seruan ini dikeluarkan menyusul naiknya kasus Covid-19 di sejumlah wilayah.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
Beijing, Jumat — Pemerintah di sejumlah daerah di China menyerukan agar warga tinggal di rumah masing-masing dan tidak kembali ke kampung halaman pada saat Festival Musim Semi. Seruan itu dikeluarkan di tengah kekhawatiran naiknya jumlah kasus Covid-19 di negara berjulukan Negeri Tirai Bambu itu.
Sejumlah pemerintah daerah, seperti Pemda Shaoyang di Hunan, Pemda Shouxian di Anhui serta Pemerintah Kota Qingyang, mulai mengeluarkan seruan agar warga menunda pulang kampung. Seruan itu dikeluarkan Kamis (5/1/2023).
"Kami merekomendasikan agar setiap orang tidak kembali ke kampung halaman mereka kecuali diperlukan selama puncak wabah. Hindari mengunjungi kerabat dan bepergian antar daerah. Minimalkan perjalanan,” kata Pemda Shaoyang dalam seruannya.
Seruan yang sama dikeluarkan Pemda Weifang di Provinsi Shandong. Mereka merekomendasikan agar warga tinggal di rumah dan perayaan Festival Musim Semi yang biasanya dilakukan dengan mengunjungi rumah kerabat, kali ini dilakukan dengan telekonferensi atau telepon. “Hindari mengunjungi kerabat dan teman untuk melindungi diri sendiri dan orang lain,” seru Pemda Weifang.
Seruan itu dikeluarkan bersamaan dengan meningkatnya jumlah kasus Covid-19 dan membeludaknya pasien di rumah-rumah sakit di sejumlah wilayah di China. Seruan ini sejalan dengan peringatan WHO yang menyebut migrasi warga dari satu kota ke kota lain selama Festival Musim semi berpeluang menimbulkan gelombang infeksi bila tidak dibarengi dengan vaksinasi yang lebih tinggi dan tindakan pencegahan lainnya.
Media yang terafiliasi pemerintah, Global Times, dalam laporannya Rabu (4/1/2023), menyebut kasus Covid-19 meningkat secara drastis di Beijing. laporan ini adalah hasil wawancara dengan otoritas kesehatan dan sejumlah dokter.
Di Rumah Sakit Chuiyangliu yang terletak di sebelah timur Beijing, tekanan terhadap pelayanan kesehatan tergambar dengan jelas. Seluruh tempat tidur telah terisi menjelang tengah hari, Kamis (5/1/2023). Ambulans terus membawa warga yang sakit ke ruang perawatan terus menerus. Sementara tim dokter dan perawat yang bertugas melakukan triase pada pasien yang paling membutuhkan penanganan.
Gelombang infeksi baru diperkirakan menyebar paling cepat di kota-kota yang padat populasinya. Akan tetapi, kini, pencabutan sebagian besar protokol kesehatan, otoritas mengkhawatirkan percepatan infeksi juga terjadi di kota-kota kecil dan daerah perdesaan dengan sistem layanan kesehatan yang tidak sebaik di kota-kota besar.
Seruan sejumlah daerah agar warga tidak melakukkan perjalanan ke daerah asal atau daerah lain selama Festival Musim Semi dipandang sebagai kekhawatiran akan tidak terkendalinya penyebaran dan semakin tertekannya sistem pelayanan kesehatan.
Sebuah rumah sakit di distrik Qingpu pinggiran kota Shanghai, sejumlah pasien terpaksa dirawat di koridor area perawatan darurat dan lobi utama. Kebanyakan dari mereka lanjut usia dan beberapa bernapas dengan dukungan tabung oksigen, kata seorang saksi mata kepada Kantor Berita Reuters.
Papan pengumuman menyarankan bahwa pasien diminta untuk menunggu setidaknya lima jam sebelum akhirnya bisa ditangani tim dokter dan perawat. Seorang staf rumah sakit menyatakan satu pasien lanjut usia meninggal dan menyematkan catatan ke tubuh di lantai dengan penyebab kematian "gagal pernapasan".
Chunyun
Dikutip dari laman National Geographic, Festival Musim Semi atau yang dikenal dengan Chunyun, bagi warga China adalah saatnya berkumpul dengan keluarga dan kerabat. festival yang biasanya berlangsung selam 40 hari dan memiliki banyak sub-festival serta ritual, secara tradisional dirayakan dengan makan malam reuni besar-besaran. Kegiatan ini biasanya diadakan di rumah anggota keluarga paling senior.
Dikutip dari laman media AS, CNN, pada tahun 2020, tiga miliar perjalanan terjadi selama periode festival, meningkat dibanding tahun 2019. Dari jumlah tersebut, 2,43 miliar perjalanan dilakukan dengan mobil, 440 juta dengan kereta api, 79 juta menggunakan pesawat udara dan 45 juta melalui laut.
Pada musim festival kali ini, belum ada kebijakan nasional soal mudik bagi warga China.
Sejumlah negara juga mendorong adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap tamu dari China. Sebagian besar mewajibkan pendatang dari China untuk melampirkan hasil tes PCR negatif sebelum keberangkatan. Otoritas di negara-negara itu menyatakan syarat administratif berupa hasil tes PCR yang negatif karena tidak transparanya Beijing soal data kasus Covid-19. Uni Eropa pada hari Rabu "sangat mendorong" negara-negara anggotanya untuk memberlakukan pengujian COVID-19 pra-keberangkatan, meskipun tidak semua melakukannya.
Italia, negara Eropa yang menjadi pusat pandemi di awal-awal kemunculan kasus Covid-19 di Eropa, menjadi anggota UE pertama yang mewajibkan tes bagi pengunjung dari China. Menyusul kemudian Perancis dan Spanyol.
China telah mengkritik persyaratan tersebut dan memperingatkan tindakan balasan terhadap negara-negara yang memberlakukannya.
Pada pengarahan harian Kamis, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan Beijing secara konsisten berbagi informasi dan data dengan komunitas internasional secara terbuka dan transparan. “Saat ini, situasi Covid-19 China terkendali,” kata Mao.
Mengutip data yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 1 Januari 2023, pemerintah China melaporkan 218.019 kasus Covid-19 baru di negara mereka. China juga melaporkan 648 kematian baru yang terkait dengan Covid-19. (AP/Reuters)