Ribuan pendukung mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, menyerang Gedung Kongres, Istana Kepresidenan, dan Mahkamah Agung. Insiden ini mengingatkan akan serbuan massa pendukung Donald Trump di Gedung Capitol pada 2021.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
BRASILIA, MINGGU - Ribuan pendukung mantan Presiden Brasil dari sayap kanan, Jair Bolsonaro, menyerbu gedung Kongres, Istana Kepresidenan, dan Mahkamah Agung di ibukota Brasil, Brasilia. Insiden ini mengingatkan akan serangan massa pendukung mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ke Gedung Capitol, dua tahun lalu.
Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, yang mengalahkan Bolsonaro dalam pemilihan paling sengit di Brasil pada tahun lalu kemudian mengumumkan intervensi keamanan federal di Brasilia hingga 31 Januari mendatang. Lula menuding Bolsonaro sengaja menyulut dan membiarkan para pendukungnya menyerang gedung-gedung pemerintahan. Ketika insiden ini terjadi, Lula sedang melakukan perjalanan dinas ke negara bagian Sao Paulo.
Sedikitnya 3.000 pendukung Bolsonaro yang berpakaian kuning-hijau membobol Mahkamah Agung dan Gedung Kongres dan menghancurkan furnitur yang ada di dalam ruangan sambil membawa bendera Brasil, Minggu (8/1/2023). Selain memenuhi ruangan, mereka juga berada di atap gedung dan memenuhi halaman.
Aparat kepolisian pada awalnya tidak berhasil menghalau mereka meski sudah menggunakan gas air mata. Tetapi informasi terakhir menyebutkan sekitar 400 orang sudah ditahan setelah selama berjam-jam terlibat dalam bentrokan dengan para perusuh. Lula menegaskan pihaknya akan mengidentifikasi dan menghukum semua perusuh sekaligus membasmi para pemodal dan otak di belakang gerakan itu.
Ia juga sudah mengerahkan garda nasional untuk memulihkan ketertiban dan memerintahkan penutupan pusat ibukota -termasuk jalan utama dimana gedung-gedung pemerintahan berada- selama 24 jam. Bolsonaro yang jarang berbicara di depan umum sejak kalah pemilu itu sudah meninggalkan Brasil ke Florida, AS, 48 jam sebelum akhir mandatnya dan ia tidak menghadiri pelantikan Lula.
Serangan ini serupa dengan yang terjadi di AS ketika para pendukung Trump tidak mau mengakui kekalahan. Para pendukung Bolsonaro juga menyebarkan klaim palsu bahwa sistem pemungutan suara elektronik Brasil rentan terhadap penipuan. Ini yang kemudian memunculkan gerakan kekerasan dari mereka yang menyangkal hasil pemilu.
Serangan pendukung Bolsonaro ini menimbulkan masalah bagi Lula yang baru dilantik 1 Januari lalu. Pasalnya, ia sudah berjanji hendak menyatukan Brasil yang selama ini terkoyak oleh populisme nasionalis Bolsonaro.
Gubernur Brasilia, Ibaneis Rocha, menyatakan pasukan keamanan sudah dikerahkan untuk menghadapi para perusuh. Ia juga sudah memecat pejabat keamanan Brasilia, Anderson Torres, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Kehakiman di masa Bolsonaro. Kedutaan Besar AS di Brasilia memperingatkan warga AS untuk menghindari daerah itu hingga pemberitahuan lebih lanjut.
"Kekerasan tidak punya tempat dalam demokrasi," tulis Douglas Koneff, kuasa usaha AS di Brasilia, di twitter. "Kami mengecam serangan terhadap lembaga eksekutif, legislatif dan kekuasaan kehakiman di Brasilia, yang juga merupakan serangan terhadap demokrasi. Tidak ada pembenaran untuk tindakan ini!"
Menteri Kehakiman Brasil, Flávio Dino, sejak Sabtu lalu sudah mengizinkan pengerahan Pasukan Keamanan Publik Nasional untuk mengantisipasi gejolak kekerasan yang menurutnya akan bisa terjadi. Pada hari Minggu, ia kemudian mengunggah di twitter “upaya absurd untuk memaksakan kehendak dengan paksa tidak akan berhasil”.
Para pemimpin negara di Amerika Latin pun mengecam insiden itu di twitter. “Solidaritas kami untuk Lula dan rakyat Brasil. Fasisme yang melakukan kudeta,” cuit Presiden Kolombia, Gustavo Petro. Presiden Chili, Gabriel Boric, menegaskan pemerintahan Lula akan mendapatkan dukungan sepenuhnya untuk menghadapi serangan pengecut dan keji terhadap demokrasi.
Merujuk insiden di AS dua tahun lalu, ketika serangan gedung Capitol terjadi, massa pendukung Trump menyerang aparat kepolisian, menerobos barikade, dan menyerbu gedung untuk mencegah sertifikasi kongres atas kemenangan pemilihan Joe Biden tahun 2020. Trump yang mengumumkan akan mencalonkan kembali pada pemilu 2024 itu juga menekan wakil presidennya, Mike Pence, untuk tidak mengesahkan hasil pemungutan suara pada waktu itu. Trump terus saja mengklaim bahwa pemilu 2020 sudah dicuri darinya melalui penipuan yang dilakukan oleh semua pihak. (REUTERS/AFP)