Tidak Ada yang Pasti di Lingkaran Terdekat Kim Jong Un
Orang nomor dua di militer Korea Utara didepak dari Partai Pekerja. Pemimpin Korut Kim Jong Un tidak segan mengenyahkan mereka yang bertentangan dengannya.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memecat orang nomor dua di militer negaranya. Peristiwa ini mengingatkan kembali kepada penyingkiran pamannya sendiri dari Komite Pusat Partai Pekerja Korea Utara pada tahun 2014. Ada pola bahwa Kim bisa mengangkat seseorang ke posisi pejabat teras ataupun pejabat tinggi. Namun, ini tidak memastikan posisi orang tersebut aman karena mereka bisa sewaktu-waktu disingkirkan oleh Sang Pemimpin.
Pemecatan tersebut dilakukan pada Kongres Ke-6 Partai Pekerja di Pyongyang yang berlangsung pada 26-31 Desember 2022. Kantor berita nasional Korut, KCNA, mengeluarkan transkrip kongres pada Senin (2/1/2023). Disebutkan bahwa Pak Jong Chon yang menjabat sebagai Sekretaris Komite Pusat sekaligus Wakil Ketua Komisi Militer Partai Pekerja—jabatan ini langsung berada di bawah Kim—dipecat. Tidak ada keterangan ia dipindah ke unit lain. Pak digantikan oleh Ri Yong Gil.
Tidak ada pula keterangan mengenai alasan Pak diberhentikan. Para pengamat isu Korut hanya bisa menduga. Salah satunya ialah Oh Gyeoung-sup dari Institut Nasional Reunifikasi Korea di Seoul, Korea Selatan.
”Kemungkinan ini gara-gara insiden tiga pesawat nirawak (drone) Korsel yang bisa masuk ke Korut dan kembali. Militer Korut terlambat melacak peristiwa itu dan Pak adalah pejabat yang bertanggung jawab atas militer,” jelas Oh.
Tidak banyak yang diketahui mengenai Pak Jong Chon. Surat kabar Korea Times mengatakan, Pak memiliki karier politik dan militer yang pesat. Pada tahun 2015, ia masih jenderal bintang satu. Dalam waktu lima tahun, yakni pada 2020, ia sudah berpangkat jenderal bintang lima. Dugaannya, kenaikan pangkat ini karena Pak dianggap berkontribusi terhadap pengembangan teknologi rudal jarak dekat Korut.
Kisah eksekusi paman
Ini bukan pertama kali Kim ”bersih-bersih” Partai Pekerja. Peristiwa yang mungkin paling terkenal ialah ketika ia menyingkirkan pamannya, Jang Song Thaek, pada tahun 2013. Jang adalah suami dari Kim Kyong Hui, satu-satunya anak perempuan pendiri Korut, Kim Il Sung. Ketika itu, Jang merupakan orang nomor dua di pemerintahan Korut.
”Bersih-bersih” besar ini dimulai pada bulan November 2013 ketika Kim Jong Un memerintahkan eksekusi Ri Ryong Ha dan Jang Su Gil. Keduanya dituduh menyalahgunakan kewenangan mereka sebagai pejabat tinggi dan juga membentuk faksi baru karena tidak menyetujui arah kebijakan Partai Pekerja. Ketika itu, Jang Song Thaek sudah menghilang dari hadapan publik.
Setelah itu, di bulan Desember 2013, KCNA melaporkan bahwa Jang Song Thaek resmi didepak dari Partai Pekerja. Ia ditangkap dengan tuduhan merencanakan kudeta untuk merebut kekuasaan dari Kim Jong Un. Tidak sampai dua minggu, Jang diadili dan dijatuhi hukuman mati.
KCNA mewartakan bahwa eksekusi langsung dilakukan setelah pengadilan selesai dan disaksikan oleh Kim. Selain Jang, para pejabat Partai Pekerja yang dituduh mengikuti rencana kudeta ini juga dieksekusi pada hari yang sama.
Seusai eksekusi, Jang dihilangkan dari sejarah Korut. Media BBC menelusuri arsip foto Korut di KCNA. Foto-foto yang awalnya ada Jang diedit sedemikian rupa sehingga ia tidak hilang.
Pada tahun 2015, surat kabar Korsel, JoongAng Ilbo, melaporkan Kim mengeksekusi mantan Menteri Pertahanan Hyon Yong Chol. Setelah itu, pada tahun 2016, ia mengeksekusi dua pejabat Partai Pekerja, yaitu mantan Menteri Pertanian Hwang Min dan pejabat di Kementerian Pendidikan Korut, Ri Yong Jin, di Akademi Militer Pyongyang. Mereka dituduh menentang Kim dan melakukan upaya untuk mendiskreditkan reputasi pemimpin Korut itu. Namun, terkait tiga eksekusi ini tidak ada warta dari KCNA.
Sejauh ini, tidak ada data resmi dari Korut mengenai jumlah pejabat yang disingkirkan dan dieksekusi sejak Kim naik sebagai pemimpin negara tersebut pada tahun 2011. Namun, berbagai media di Korsel dan negara-negara Barat menghitung, dalam periode 2012-2015 ada sepuluh pejabat yang dieksekusi.
Ini belum mencakup pembunuhan Kim Jong Nam—kakak sulung Kim Jon Un—di Kuala Lumpur, Malaysia, yang melibatkan pekerja migran dari Indonesia, Siti Aisyah. Selain itu, juga banyak pejabat Partai Pekerja yang disingkirkan dari partai meskipun tidak divonis mati. Misalnya, anggota Politbiro Partai Pekerja, Ri Pyong Chol, yang didepak pada tahun 2021.
Surat kabar konservatif Korsel, Chosun Ilbo, dalam Tajuk Rencana pada Juli 2021 mengatakan bahwa Kim ingin membangun citra sebagai pemimpin yang tidak tersentuh. Keluarga Kim sejak zaman kakeknya, Kim Il Sung, dan ayahnya, Kim Jong Il, ingin membangun dinasti. Para pejabat yang pamornya dianggap bisa menyaingi atau membahayakan Kim Jong Un harus disingkirkan dan dipermalukan di hadapan publik.
Selain itu, Kim juga mudah menyingkirkan anggota lingkaran terdekatnya yang ia tuding telah gagal menjalankan tugas. Contohnya ialah Ri Pyong Chol yang disalahkan gagal mengelola penanganan Covid-19, padahal semua kebijakan datang dari Kim.
Kim ingin membangun citra sebagai pemimpin yang tidak tersentuh.
Tajuk Chosun Ilbo tersebut paralel dengan tajuk di koran nasional Korut, Rodong Sinmun. Surat kabar ini menulis tidak ada tempat di Korut untuk para ”pecundang revolusi”. Mereka mengatakan, kesalahan di dalam proses penerapan suatu kebijakan masih bisa dimaafkan. Namun, apabila kesalahan itu merugikan partai, rakyat, dan negara tidak boleh dimaafkan.
Park Yong-soo, pakar hubungan internasional di Universitas Maritim Korsel, menulis dalam makalah yang terbit di Australian Journal of International Affairsedisi 2009 bahwa pembangunan sekte keluarga Kim ini telah dilakukan sejak tahun 1960-an di zaman kepemimpinan Kim Il Sung. Ketika itu, Korut harus berjuang mengatasi kemiskinan dan kelaparan di tengah isolasi dunia.
”Hanya dengan menempatkan pemimpin negara sebagai sosok yang tidak tersentuh, berbagai kebijakan Partai Pekerja bisa diterapkan tanpa ada perlawanan dari masyarakat,” tulis Park.