Bulan April Catat 4,6 Juta Kasus, Korut Kini Umumkan Berhasil Tangani Pandemi Covid-19
Tanpa ada bukti vaksinasi atau angka kasus yang terverifikasi, Korut mengatakan sudah berhasil menangani pandemi Covid-19. Pengamat politik menilai, itu murni rekayasa demi menjaga wibawa Pemimpin Korut Kim Jong Un.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
PYONGYANG, RABU — Pemerintah Korea Utara tiba-tiba mengumumkan bahwa negara itu sudah bebas pandemi Covid-19. Padahal, baru pada bulan Mei lalu mereka mengungkapkan kasus demam misterius yang menjangkiti negara tersebut dan kemudian diakui sebagai kasus Covid-19. Para ahli kesehatan global tidak memercayai pengakuan keberhasilan Korut menangani pandemi mengingat kondisi mereka yang serba kekurangan.
Kantor berita nasional Korut, KCNA, Rabu (22/6/2022), mengumumkan bahwa pusat penanganan epidemi darurat mencatat tanggal 20-21 Juni 2022 ada 15.260 kasus demam. Selain itu, pada periode yang sama ada 18.540 kesembuhan.
Data per 21 Juni 2022 pukul 18.00 menyebutkan, sejak akhir April lalu sudah ada 4.672.450 kasus demam. Angka kesembuhannya adalah 4.646.380 atau 99,44 persen. Sisanya masih dirawat, sementara pasien yang meninggal dunia sebanyak 69 orang. Bahkan, surat kabar nasional, Rodong Sinmun, melaporkan bahwa ini adalah kemenangan Korut melawan Covid-19, yang di negara tersebut dikategorikan sebagai epidemi.
Permasalahannya, Pemerintah Korut tidak pernah mengatakan bahwa 4 juta orang yang demam itu akibat tertular Covid-19. Ini membuat angka-angka yang mereka presentasikan tidak bisa diverifikasi kebenarannya. Apalagi, jika dilihat, jumlah kematian yang hanya 69 kasus atau 0,002 persen itu mustahil. Di Korea Selatan saja yang merupakan negara maju, angka kematian di kalangan warga yang tidak divaksin mencapai 0,6 persen.
Data Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa 40 persen penduduk Korut mengalami gizi buruk. Selain itu, mereka merupakan salah satu dari dua negara di dunia yang tidak tersentuh program vaksinasi Covid-19. Negara lainnya ialah Eritrea. Kondisi tersebut diperburuk dengan minimnya fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia yang terlatih ataupun memiliki infrastruktur menangani Covid-19.
Korut menolak bantuan vaksin Covid-19 dari sahabat terdekat mereka, China. Demikian pula mereka tidak mau menerima tawaran bantuan peralatan kesehatan dan obat-obatan dari Amerika Serikat dan Korea Selatan. Lebih mengherankan lagi, data Kementerian Perdagangan China mengungkapkan bahwa Korut berhenti mengimpor masker, sarung tangan, ventilator, dan peralatan kesehatan lain. Padahal, periode Januari-April 2022, Korut mengimpor 10,6 juta masker, 95.000 termometer, dan 1.000 ventilator.
”Ini jelas-jelas data yang tidak valid karena sudah terlalu banyak diedit oleh pemerintah. Kalau begini, sukar sekali memperkirakan jumlah kasus yang nyata dan pasti mempersulit berbagai skema pertolongan,” kata Lee Yo-han, ahli kesehatan masyarakat Universitas Ajou, Korea Selatan.
Awal pekan lalu, Korut mencatat 400.000 kasus baru demam. Pada akhir pekan, jumlahnya berkurang drastis menjadi 100.000 kasus. Tiba-tiba, memasuki pekan ini, jumlah kasusnya nihil. Pada saat yang sama, Pyongyang tetap menyuruh masyarakatnya rajin minum teh dengan madu guna meningkatkan daya tahan tubuh.
Menurut para peneliti Korut serta mantan warganya yang kemudian membelot menjadi warga negara Korsel, madu adalah barang mewah di Korut. Sukar dipercaya masyarakat awam bisa mengikuti saran pemerintah.
Para pengamat politik menilai, pengumuman keberhasilan menangani pandemi Covid-19 ini murni rekayasa demi menjaga kewibawaan Pemimpin Korut Kim Jong Un. Direktur Institut Kajian Politik ASEAN Choi Kang memaparkan bahwa banyak pejabat internal Pyongyang tidak menyukai Kim Jong Un.
Ia dinilai tidak cakap mengelola negara sehingga memunculkan berbagai masalah ekonomi dalam negeri. Kemudian, terjadi persoalan pandemi Covid-19. Pyongyang mengumumkan ada kasus positif Covid-19 yang diduga merupakan galur Omicron. Secara global, gejala kasus Covid-19 galur Omicron itu relatif lebih ringan. Momen ini penting bagi Kim untuk memperkuat kembali reputasinya di dalam negeri,” ujar Choi. (AP)