Vladimir Putin dan Xi Jinping berbicara melalui siaran video daring. Putin meminta peningkatan kerja sama militer.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
MOSKWA, JUMAT – Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping melakukan pembicaraan melalui televideo pada hari Jumat (30/12/2022). Beberapa topik yang dibahas ialah mengenai permintaan Moskwa untuk meningkatkan kerja sama militer dengan Beijing serta sikap China yang mengatakan terus berupaya obyektif di tengah rumitnya perkembangan situasi geopolitik.
Pembicaraan tersebut disiarkan oleh stasiun-stasiun televisi nasional kedua negara, antara lain ialah RT dari Rusia dan CCTV dari China. Putin membuka pertemuan daring tersebut dengan memanggil Xi “sahabat terkasih”. “Kami menunggu kedatangan Anda, sahabat kami yang terkasih, untuk mengunjungi Rusia pada musim semi 2023,” tuturnya.
Sambutan Putin itu berlangsung selama delapan menit yang kemudian dibalas oleh Xi. Lama keseluruhan percakapan kedua kepala negara itu tidak sampai 20 menit. Pada Kamis (29/12), Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor bahwa pembicaraan Xi dan Putin akan didominasi hubungan bilateral kedua negara.
Xi dan Putin akan membahas mengenai kemitraan strategis komprehensif. Apalagi, Putin mengunjungi Beijing untuk melihat Olimpiade Musim Dingin 2022 pada 4-20 Februari lalu. Dalam pertemuan itu, Putin mengatakan hubungan kedua negara tanpa batas. Setelah itu, pada tanggal 24 Februari, Rusia melancarkan serangan ke Ukraina yang hingga kini sudah berlangsung selama lebih dari 300 hari.
Pada Kamis pula Kementerian Pertahanan Ukraina mengunggah di Twitter bahwa Rusia telah melancarkan serangan rudal terparah sejak invasi terjadi. Akibatnya, ada tiga warga Ukraina yang tewas. Akan tetai, Ukraina tetap optimistis mereka mampu bertahan dan pada akhirnya memenangi perang ini.
Dalam pembicaraan dengan Xi, Putin mengharapkan kerja sama militer Moskwa dengan Beijing semakin ditingkatkan. “Rusia dan China memiliki pandangan serta landasan pemikiran yang serupa terkait perkembangan geopolitik global,” kata Putin.
Ia menyalahkan sikap negara-negara Barat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang dianggap berkelakukan semakin invasif dan agresif. Menurut Putin, Barat sengaja memanas-manasi situasi sehingga Rusia terpaksa mengambil tindakan untuk menunjukkan sikap tidak menyutujui Barat ini.
Pada Rabu (21/12), Rusia dan China melaksanakan latihan militer gabungan di Laut China Selatan. Komando Operasi Indo-Pasifik AS (INDOPACOM) mengatakan, pesawat-pesawat tempur China dan Rusia semakin berani mendekati pesawat-pesawat temput AS dan sekutu. Bahkan, jet temput J-11 milik China terbang dengan jarak enam meter dari jet tempur AS. Akibatnya, pesawat RC-135 terpaksa mengelak demi menghindari tabrakan gara-gara manuver yang tidak aman itu.
Obyektif
Sementara itu, dalam pembicaraan dengan Putin, Xi mengemukakan bahwa Beijing akan terus berusaha obyektif terkait situasi perang antara Rusia dengan China. “Situasi global semakin pelik dan kita harus bisa bertindak hati-hati sekaligus strategis,” ujarnya.
Beijing hingga kini tidak mengecam invasi tersebut. Akan tetapi, oleh para pakar kajian China, tidak mengecam bukan berarti menyetujui. China juga berusaha untuk tidak mengirim persenjataan ataupun alat-alat yang bisa dipakai di peperangan, meskipun mereka mengatakan memiliki hubungan dekat dengan Rusia. Beijing tetap tidak mau ada celah yang bisa membuat mereka terseret di konflik tersebut sebagai pelaku maupun kaki tangan.
Kepada CNN, Direktur Kajian China untuk Stimson Centre di Washington, Yun Sun mengatakan bahwa Xi menginginkan agar peperangan cepat selesai. China tidak menyukai dampak perang yang melebar ke krisis pangan dan krisis energi yang mengimbas kepada pengisolasian China dari rantai pasok global oleh negara-negara Barat.
Dalam wawancara dengan kantor berita RIA Novosti, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa Rusia tetap menginginkan perundingan damai dengan Ukraina. Akan tetapi, Kremlin menolak sepuluh persyaratan yang diajukan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Beberapa di antara syarat itu ialah Rusia harus angkat kaki dari Crimea, Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhia; jaminan tidak akan ada pemakaian senjata nuklir; jaminan keamanan pangan dan jalur untuk ekspor gandum serta pupuk; serta pengadilan khusus untuk kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia.
“Selama sepuluh hal itu tidak dimasukkan, Rusia bersedia berunding dengan Ukraina,” kata Lavrov. (AFP/Reuters)