Putin Buka Opsi Perundingan, tetapi Roket-roket Rusia Terus Hujani Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan terbuka untuk berunding guna mengakhiri perang di Ukraina. Namun, pasukannya terus menghujani roket-roket ke kota-kota di Ukraina, bahkan pada hari Natal.
MOSKWA, SENIN — Pasukan Rusia membombardir sejumlah kota di Ukraina dengan puluhan roket pada hari Natal, Minggu (25/12/2022). Padahal, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan terbuka untuk memulai proses perundingan. Tetapi, keinginan untuk berunding itu tak sesuai dengan realitas.
Dalam satu hari saja lebih dari 10 roket diluncurkan ke Distrik Kupiansk di Kharkiv, Ukraina timur laut. Selain itu, militer Rusia juga menembaki 25 kota di sepanjang garis depan pertempuran Kupiansk-Lyman dan di Zaporizhia.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim berhasil menewaskan 60 tentara Ukraina, Sabtu lalu. Disebutkan pula, pada hari itu banyak peralatan militer Ukraina hancur. Moskwa bersikeras akan terus menyerang sampai semua tujuannya tercapai.
”Kami siap berunding dengan semua yang terlibat untuk membicarakan solusi yang bisa diterima. Tetapi, itu terserah mereka. Kami bukan pihak yang menolak berunding. Mereka yang menolak,” kata Putin saat diwawancarai stasiun televisi Rusia, Rossiya 1, Minggu (25/12/2022).
”Mereka” yang dimaksud Putin dalam pernyataan tersebut adalah Ukraina dan negara-negara Barat yang mendukung Ukraina.
Baca juga : Dilema Sanksi atas Rusia
Putin juga mengecam Barat yang dinilainya berusaha menghancurkan Rusia. Ia menyebut serangan terhadap Ukraina semata-mata bertujuan untuk ”menyatukan rakyat Rusia”. Putin menggunakan konsep ”Rusia bersejarah” untuk menyatakan bahwa warga Ukraina dan Rusia adalah satu. Atas persepsi melindungi kepentingan nasional dan kepentingan rakyat itulah ia membenarkan serangan Ukraina.
”Para lawan geopolitik Rusia hendak menghancurkan Rusia yang bersejarah. Memecah belah dan menaklukkan, itu yang selalu ingin mereka lakukan. Tetapi tujuan kami berbeda: untuk menyatukan rakyat Rusia,” ujar Putin.
Ketika ditanya mengenai sistem pertahanan udara baru, baterai rudal Patriot, yang akan dikirimkan Amerika Serikat ke Ukraina, Putin hanya menjawab: ”Tentu saja kami akan 100 persen menghancurkannya,” kata Putin.
Di pihak lain, Ukraina bertekad tidak akan berhenti berjuang sampai tak ada lagi tentara Rusia yang tersisa di Ukraina. Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Mykhailo Podolyak, meragukan keinginan Putin untuk berunding karena pada dasarnya Putin—bukan Ukraina—yang tidak mau berunding.
”Rusia yang tidak menginginkan perundingan, tetapi berusaha menghindari tanggung jawab,” cuit Podolyak di Twitter.
Serangan Rusia terhadap pusat pembangkit listrik di Ukraina sudah membuat jutaan orang hidup tanpa listrik. Zelenskyy menyebut, Moskwa tidak akan mau berhenti membuat hidup rakyat Ukraina menderita.
”Rusia sudah kehilangan segalanya tahun ini. Kegelapan tidak akan menghalangi kita melawan penjajah dan kita harus siap untuk menghadapi tantangan apa pun,” kata Zelenskyy dalam pidato Natal-nya.
Seperti Rusia, Ukraina secara tradisional biasanya tidak merayakan Natal pada 25 Desember, tetapi pada 7 Januari. Namun, pada tahun ini warga penganut Ortodoks Ukraina memutuskan untuk merayakan liburan pada 25 Desember. Para pejabat tinggi Ukraina, termasuk Zelenskyy dan Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal, juga mengucapkan selamat Natal pada hari itu.
Senjata nuklir Rusia
Mantan Presiden dan Perdana Menteri Rusia yang kini Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menyatakan, persenjataan nuklir Rusia adalah satu-satunya faktor yang mampu mencegah negara-negara Barat memulai perang melawan Rusia. Dalam artikel yang diterbitkan di harian Rossiiskaya Gazeta, Minggu (25/12/2022), Medvedev menegaskan perang di Ukraina akan tetap berlangsung sampai rezim di Ukraina tersingkir dan telah didemiliterisasi sepenuhnya.
Medvedev, yang pernah menyebut dirinya sebagai modernisasi liberal saat masih menjadi presiden pada 2008-2012, merupakan salah satu pendukung utama perang di Ukraina. Ia kerap mencela Barat yang dituduh hendak memecah belah Rusia untuk kepentingan Ukraina.
Putin dan sejumlah pejabat senior lainnya berulang kali menyebutkan kebijakan Rusia mengenai senjata nuklir. Senjata nuklir bisa digunakan jika ada ancaman terhadap integritas teritorial. Rusia diperkirakan mempunyai persediaan senjata nuklir yang terbesar di dunia, yakni sekitar 6.000 hulu ledak.
Pada awal bulan ini, Putin juga pernah mengatakan bahwa ancaman perang nuklir meningkat. Namun, kata dia, Rusia ”tidak gila”. Putin menyebut persenjataan nuklirnya hanya berfungsi sebagai pencegah ancaman dan pertahanan.
”Di satu sisi, Barat sedang mempertimbangkan antara keinginan mempermalukan, menyinggung, dan menghancurkan Rusia. Tetapi, di sisi lain, mereka mau menghindari kiamat nuklir,” tulis Medvedev.
Rudal Rusia di Belarus
Sistem rudal taktis Iskander pasokan Rusia, yang mampu membawa hulu ledak nuklir, dan sistem pertahanan udara S-400 sudah dikerahkan ke Belarus. Pelatihan tempur bersama militer Belarus dan Rusia pun sudah selesai.
Kepala Direktorat Utama Ideologi di Kementerian Pertahanan Belarus Leonid Kasinsky, dalam video yang diunggah pada aplikasi pesan Telegram, mengatakan bahwa rudal Iskander dan S-400 sudah siap digunakan. Tidak diketahui jumlah sistem Iskander yang sudah dikirimkan ke Belarus.
Baca juga: ”Jenderal Beku” yang Menaklukkan Rusia
Pada Juni lalu, Putin menjanjikan pasokan persenjataan itu ke Belarus. Selama beberapa bulan terakhir terjadi peningkatan aktivitas militer Rusia dan Belarus. Rusia memanfaatkan Belarus sebagai tempat melancarkan serangan ke Kyiv, Ukraina.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO menggunakan kode ”SS-26 Stone” untuk Iskander-M, rudal pengganti ”Scud” pada era Soviet. Rudal ini memiliki daya jangkau hingga 500 kilometer dan bisa membawa hulu ledak konvensional atau nuklir. Adapun sistem S-400 adalah sistem intersepsi rudal permukaan-ke-udara. Dengan sistem persenjataan itu, Rusia mampu menyerang pesawat, rudal jelajah, dan memiliki kemampuan pertahanan rudal balistik.
Di pihak lain, Ukraina mendapatkan bantuan dukungan persenjataan dari AS dan negara-negara Barat. Bantuan militer dan keuangan dari Barat ini sangat penting untuk membantu Ukraina melawan pasukan Rusia dari Ukraina, termasuk di ibu kota Provinsi Kherson yang berhasil direbut pasukan Kyiv dari militer Rusia.
Dalam pidato hariannya, Minggu, Zelenskyy mengecam ”teroris” Rusia dan berterima kasih kepada semua rekan senegaranya, termasuk tentara, dokter, dan sukarelawan yang ikut mempertahankan Ukraina. ”Terima kasih kepada semua yang datang ke Kherson untuk membantu dan menyelamatkan korban yang terluka dari serangan teroris pada hari Natal. Monster!” kata Zelenskyy. (REUTERS/AFP)