”Meski penurunan inflasi akhirnya terjadi, arah penurunan inflasi masih belum konsisten dengan target Fed,” kata Tiffany Wilding.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Angka inflasi di Amerika Serikat turun menjadi 7,1 persen pada November 2022 dibandingkan dengan November 2021. Ini merupakan penurunan inflasi terbesar sepanjang 2022 sejak Desember 2021. Akan tetapi, inflasi tersebut tetap masih jauh di atas target 2 persen dan masih lebih tinggi dari inflasi pada 1982 yang sebesar 6,13 persen.
Demikian pengumuman Departemen Tenaga Kerja AS, Selasa (13/12/2022), di Washington. Inflasi pada November tersebut turun dari 7,7 persen yang tercatat pada Oktober 2022. Inflasi tertinggi terjadi pada Juni 2022, yakni sebesar 9,1 persen.
Perkembangan inflasi di AS merupakan hal yang dipantau dunia karena terkait dengan kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral AS (Fed). Akibat tekanan inflasi, Fed telah melakukan serangkaian kenaikan suku bunga untuk meredam inflasi. Dampaknya adalah depresiasi mata uang di hampir seluruh negara di dunia dan telah menyebabkan tekanan utang pada banyak negara termiskin dan negara-negara berpendapatan menengah.
Inflasi juga berdampak politis di AS dan telah menyebabkan kekalahan Partai Demokrat dari Republikan dalam perolehan kursi di House of Representative (DPR). ”Inflasi sedang menurun,” kata Presiden AS Joe Biden. Akan tetapi, Biden juga mengatakan, penurunan inflasi itu, meski memberi kelegaan, tetap menyisakan rasa waswas.
Besaran kenaikan bunga
Meski ada penurunan inflasi pada November, Fed masih akan menaikkan suku bunga inti meski besaran kenaikannya diperkirakan akan lebih rendah dari 0,75 persen. Sepanjang 2022 ini saja sudah empat kali Fed menaikkan suku bunga dengan besaran 0,75 persen.
”Perbaikan inflasi mengurangi tekanan pada Fed terkait besaran kenaikan suku bunga untuk selanjutnya,” kata Will Compernolle, ekonom dari FHN Financial di New York. ”Akan tetapi, angka inflasi yang ada belum cukup kuat untuk menghentikan kenaikan suku bunga,” ujarnya melanjutkan.
Penurunan inflasi pada November itu terjadi karena penurunan harga-harga energi. Di sisi lain, harga-harga sewa perumahan masih tetap tinggi. Masalah inflasi ini masih akan terus menghantui AS dan dunia hingga sepanjang 2023.
Perbaikan inflasi mengurangi tekanan pada Fed terkait besaran kenaikan suku bunga untuk selanjutnya.
Salah satu faktor lain penyebab kenaikan inflasi adalah gangguan pada pasokan barang-barang secara global. AS, misalnya, masih tetap melanjutkan kebijakan perdagangan secara unilateral terhadap China dan belum mencabut tarif impor asal China walau telah dinyatakan salah oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). AS di bawah Biden juga melancarkan perang cip (semikonduktor) dengan China.
Ketegangan geopolitik terkait invasi Rusia ke Ukraina sewaktu-waktu bisa meruncing jika tidak ditangani dengan benar. Kenaikan harga-harga energi rentan terjadi jika ketegangan politik dengan Rusia tidak mereda.
Resesi tak terhindarkan
Semua faktor itu membuat peredaman inflasi hingga kembali ke level 2 persen membutuhkan proses yang lama. ”Meski penurunan inflasi akhirnya terjadi, arah penurunan inflasi masih belum konsisten dengan target Fed,” kata Tiffany Wilding, ekonom dari PIMCO, seperti dikutip The New York Times, Selasa (13/6).
Penambahan peredaran uang secara berlebihan di AS, termasuk akibat kebijakan stimulus ekonomi, menjadi penyebab utama bertahannya inflasi tinggi. Faktor produktivitas demografi di AS yang menua turut menyulitkan penurunan inflasi, sebagaimana dilansir Bank of America. Jika AS tetap menargetkan penurunan inflasi hingga mencapai 2 persen, diperlukan resesi, kata ekonom Bank of America, Michael Gapen, pada 30 November.
Logikanya, Fed harus terus menaikkan suku bunga hingga peredaran uang berhasil diturunkan. Efeknya adalah penurunan kegiatan bisnis dan penurunan pengeluaran masyarakat. Maka dari itu, resesi di AS bukan lagi hal yang mustahil, tetapi merupakan sebuah kepastian.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen, Minggu (11/12), kepada CBS ”60 Minutes” juga telah menyatakan resesi ekonomi AS kemungkinan akan terjadi. Hanya, Yellen mengatakan, resesi bukanlah tindakan kesengajaan demi menurunkan inflasi.
Disengaja atau tidak, angka inflasi di AS masih tergolong sangat tinggi untuk sebuah negara maju yang jarang mengalami inflasi tinggi. Arah Fed akan tetap seperti dikatakan Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari. Lepas dari keadaan apa pun, sepanjang inflasi masih bertahan tinggi, arah Fed adalah terus menaikkan suku bunga hingga inflasi bisa kembali ke level 2 persen, kata Kashkari. (AFP/AP/REUTERS)