“Tekanan inflasi akhirnya mulai menurun dan ini kabar baik bagi setiap orang,” kata Naeem Aslam, analis dari AvaTrade. “Fed masih melanjutkan kenaikan suku bunga, tetapi tidak lagi perlu bertindak agresif."
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS – Tingkat inflasi di Amerika Serikat pada Oktober 2022 sebesar 7,7 persen dibandingkan dengan Oktober 2021. Ini merupakan penurunan dari inflasi September 2022 sebesar 8,2 persen dibandingkan September 2021. Keadaan itu memberikan sedikit kelegaan karena berpotensi menurunkan besaran kenaikan suku bunga inti oleh Bank Sentral AS.
Pengumuman penurunan inflasi itu disampaikan Departemen Tenaga Kerja AS, Washington, Kamis (10/11/2022). Inflasi pada Oktober 2022 itu juga sudah jauh lebih rendah dari inflasi yang tercatat pada Juni 2022 sebesar 9,1 persen dibandingkan dengan Juni 2021. Inflasi pada Juni 2022 tersebut sejauh ini adalah yang tertinggi sepanjang tahun ini.
Meski membaik, perkembangan inflasi itu tidak bisa menjadi dasar untuk bersikap tenang. Jika dibandingkan dengan September, inflasi Oktober naik 0,4 persen secara bulanan.
Hanya saja di sisi lain inflasi inti, dengan tidak memasukkan harga makanan dan energi, inflasi Oktober 2022 sebesar 6,3 persen dibandingkan dengan Oktober 2021. Ini merupakan penurunan dari besaran kenaikan inflasi inti pada September 2022 yang sebesar 6,6 persen dibandingkan dengan September 2021.
Meski demikian, Bank Sentral AS (Fed) masih akan terus menaikkan suku bunga hingga inflasi kembali mencapai level 2 persen. Tekanan inflasi di AS meninggi dan mencapai rekor dalam 40 tahun terakhir, terutama karena kebijakan uang murah bertahun-tahun.
Tepat arah
Pada 2 November 2022, Fed sudah menaikkan suku bunga menjadi 3,75 persen hingga 4 persen dengan tujuan untuk menekan inflasi. Diperkirakan Fed masih akan menaikkan suku bunga hingga mendekati 5 persen dengan target inflasi akan menurun hingga 2 persen. Penurunan inflasi terbaru berpotensi menurunkan besaran kenaikan suku bunga selanjutnya.
Gubernur Fed Jerome Powell pada awal November sudah menyatakan, kenaikan suku bunga akan dilanjutkan, tetapi besarannya kemungkinan tidak lagi 0,75 persen. Sepanjang 2022 ini Fed sudah empat kali menaikkan suku bunga dengan besaran 0,75 persen.
“Perkembangan inflasi menunjukkan arah yang tepat,” kata Eric Merlis, Direktur Pelaksana Citizens. “Laporan itu mendukung Fed untuk menurunkan besaran kenaikan suku bunga yang lebih kecil pada tahap selanjutnya,” lanjut Eric.
Nada kelegaan juga disampaikan Naeem Aslam, seorang analis dari AvaTrade. “Tekanan inflasi akhirnya mulai menurun dan ini merupakan kabar baik bagi setiap orang,” kata Aslam. “Fed masih melanjutkan kenaikan suku bunga, tetapi tidak lagi perlu bertindak agresif,” lanjutnya.
Peringatan IMF
Meski demikian, perkembangan bagus tersebut masih jauh dari harapan. Dalam pandangan Dana Moneter Internasional (IMF), tantangan global masih besar terkait dengan inflasi. “Tantangan terbesar bagi bank sentral dunia adalah menurunkan inflasi,” kata Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, Kamis (10/11), di Washington.
Georgieva mengatakan, para pembuat kebijakan harus mengambil langkah untuk menurunkan harga pangan dan energi. Langkah penurunan suku bunga juga tidak boleh diambil dengan sikap lengah. Pengetatan moneter masih harus berlanjut.
Deputi Pertama Direktur Pelaksana IMF, Gita Gopinath, juga menyatakan bahwa masih jauh jalan untuk melihat situasi yang melegakan. Kurs dollar AS, misalnya, mencapai angka tertinggi dalam 20 tahun terakhir terhadap berbagai mata uang lainnya di dunia. Kenaikan kurs dollar AS, antara lain, dipicu kenaikan suku bunga AS.
Gopinath juga menyatakan, sekarang ada risiko keterpecahan perekonomian global dan efek invasi Rusia ke Ukraina. Masih ada potensi kerapuhan sektor keuangan global. “Bukan berarti sektor perdagangan global akan ambruk, tetapi ada gejala memilih-memilih mitra dagang, siapa yang ingin berdagang dengan siapa malah semakin marak,” kata Gopinath.
Implikasi dari sikap memilih-milih mitra dagang, lanjut Gopinath, adalah turunnya potensi produktivitas, efisiensi produksi, dan dampaknya pada lapangan pekerjaan. Gopinath menambahkan bahwa 30 negara telah membatasi perdagangan pangan, energi, dan komoditas lainnya sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022.
Gopinath tidak menyebutkan negara-negara, tetapi ucapannya juga merujuk pada sanksi AS dan Eropa ke Rusia. Sebaliknya demikian halnya untuk Rusia yang cenderung memilih berdagang dengan Asia. Ini ditambah lagi dengan ajakan Presiden AS Joe Biden agar sekutu AS menekan China soal perdagangan produk cip ke China.
Intinya penurunan inflasi bukan hanya soal kenaikan suku bunga, tetapi juga upaya memperlancar perdagangan global, yang berefek sangat positif pada pengadaan barang.
Hal ini selanjutnya memberikan potensi pada penurunan harga-harga barang secara global, yang berarti akan mengarah pada penurunan inflasi. Tanpa kelancaran peredaran barang, maka kebijakan pengetatan sektor moneter hanya merupakan tindakan parsial. (AFP/AP/REUTERS)