China Bersiap Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19 Pascapelonggaran
China bersiap menghadapi lonjakan kasus Covid-19. Jumlah tenaga kesehatan dan kapasitas ruang rawat inap ditambah. Pada saat yang sama, pasien tanpa gejala disarankan dirawat di rumah.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
BEIJING, SENIN — China bersiap menghadapi lonjakan penularan Covid-19 pascapelonggaran kebijakan di seantero negeri. Pemerintah China menyerukan mobilisasi penuh rumah sakit, khususnya ruang perawatan intensif, seluruh tenaga kesehatan, dan pasokan obat-obatan.
Rapat kabinet pada Kamis (8/12/2022) menginstruksikan mobilisasi ini, termasuk kemungkinan menambah jumlah tenaga kesehatan di setiap fasilitas kesehatan dan rumah sakit. Langkah ini untuk memastikan efektivitas serta ”daya tempur” masing-masing fasilitas kesehatan dan rumah sakit. Rapat kabinet juga meminta agar otoritas kesehatan di masing-masing wilayah memantau kondisi kesehatan warga berusia 65 tahun ke atas.
Sejak Rabu (7/12), Pemerintah China mengumumkan pelonggaran aturan protokol kesehatan di seluruh wilayah. Kewajiban untuk menjalani tes usap atau PCR dilonggarkan. Tidak ada lagi kewajiban bagi pengemudi angkutan logistik untuk memperlihatkan hasil tes negatif saat akan mengantarkan barang. Karantina warga yang terinfeksi Covid-19 bisa dilakukan di rumah. Ada juga pembebasan status penguncian pada lingkungan setelah lima hari nihil kasus positif.
Jumlah total kasus Covid-19 aktif di China mencapai 363.072 kasus naik hampir 50 persen dibandingkan dengan jumlah kasus yang tercatat pada 1 Oktober setelah wabah merebak di seluruh negeri. Walau demikian, dibandingkan dengan negara-negara lain, China hanya menempati peringkat 98 jumlah kasus Covid-19 hingga saat ini.
Akan tetapi, data harian menunjukkan fluktuasi jumlah kasus positif Covid-19 di China terjadi dalam beberapa hari terakhir pascapelonggaran. Minggu (11/12), pemerintah melaporkan 10.815 kasus positif baru di seantero wilayah, termasuk 8.477 kasus di antaranya tanpa gejala. Sehari sebelumnya, Sabtu (10/12), jumlah kasus yang tercatat sebanyak 13.811 kasus dan sekitar 10.000 di antaranya memperlihatkan gejala.
Kebijakan untuk meningkatkan daya dukung fasilitas kesehatan telah dijalankan beberapa provinsi. Di Provinsi Shaanxi, otoritas kesehatan setempat telah menyediakan tambahan 22.000 tempat tidur bagi pasien yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Kapasitas perawatan intensifnya juga ditingkatkan hingga 20 persen.
Pejabat Komisi Kesehatan Provinsi Shaanxi, Yun Chunfu, dikutip dari The Paper, media yang berbasis di Shanghai, mengatakan, mereka mengintstruksikan agar para pejabat kesehatan setempat mempercepat peningkatan persiapan dan kemampuan rawat inap. Fasilitas ini terutama untuk warga terpapar dan kritis. ”Setiap kota diharuskan menunjuk rumah sakit dengan kemampuan dan fasilitas yang komprehensif serta tingkat perawatan yang tinggi,” kata Yu.
Direktur Umum Biro Administrasi Medis Komisi Kesehatan Nasional Jiao Yahui mengatakan, saat ini, China hanya memiliki 138.000 tempat tidur untuk perawatan intensif. Jumlah itu jauh dari memadai. ”Kurang dari 1 untuk setiap 10.000 jiwa,” kata Jiao.
Sumber daya kesehatan diakui tidak merata. Mayoritas fasilitas tempat tidur berada di kota-kota besar di pantai timur dengan kemampuan ekonomi yang tinggi, seperti Shanghai dan Beijing. Pemerintah China kini tengah berupaya agar fasilitas kesehatan di perdesaan juga memiliki kemampuan untuk merawat pasien kritis serta meningkatkan jumlah obat-obatan agar mudah diakses warga.
Menghindari kelebihan beban
Upaya Pemerintah China dan rakyatnya berdamai dan hidup berdampingan dengan Covid-19 tidak mudah setelah pemberlakuan kebijakan nihil penyebaran Covid-19 yang ketat selama tiga tahun terakhir. Warga yang sakit harus mengantre hingga 6 jam untuk bisa diperiksa dan mendapatkan obat.
Sejumlah akun media sosial China mengungkap bahwa beberapa rumah sakit menolak merawat pasien dengan alasan gejala yang diperlihatkan tidak cukup mengkhawatirkan dan disarankan untuk menjalani perawatan di rumah atau isolasi mandiri. Wakil Presiden RS RUijin di Shanghai Chen Erzhen mengatakan, warga tidak disarankan untuk pergi ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan jika tidak menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan.
”Pergi secara membabi buta ke rumah sakit menghabiskan sumber daya dan mungkin menunda pengobatan untuk kasus serius bisa mengakibatkan dampak serius (pada kemampuan rumah sakit). Kami merekomendasikan untuk mencoba mengelola kesehatan di rumah. Biarkan petugas kesehatan merawat orang yang benar-benar membutuhkan perawatan,” tutur Chen.
Pada saat yang sama, menuruti kata Chen, warga mulai mendatangi apotek atau toko-toko obat untuk mempersiapkan obat atau alat-alat kesehatan apabila mereka terpaksa menjalani perawatan di rumah. Antrean panjang di apotek dan toko obat menjadi pemandangan di banyak kota di China selama beberapa hari terakhir. Mereka mengantre untuk membeli obat flu, obat batuk, dan masker. Hal ini telah mengakibatkan kekhawatiran kelangkaan dan kenaikan harga barang-barang itu.
Otoritas perdagangan China mencoba mengatur hal itu dengan menerbitkan pedoman penjualan obat-obatan, masker, reagen pengujian antigen (antigen test kit), serta makanan secara daring. Mereka memperingatkan agar lokapasar dan perusahaan-perusahaan retail tidak mengambil keuntungan dari situasi tersebut.
Untuk mencegah kelebihan beban pada berbagai fasilitas kesehatan di China, epidemiolog Zhong Nanshan mendesak Pemerintah China memaksimalkan vaksinasi penguat bagi setiap warga. Apalagi, China akan menghadapi beberapa perhelatan besar, termasuk Festival Musim Semi, mulai pekan ke tiga Januari 2023.
”Persiapan perlu ditingkatkan. Saya sarankan mereka yang berencana pulang kampung mendapatkan suntikan penguat sehingga, meski terinfeksi Covid-19, mereka tidak menjadi sakit parah. Vaksinasi akan akan sangat membantu mencegah penularan skala besar selama migrasi massal,” katanya, dikutip dari kantor berita Xinhua. (AP/REUTERS)