Beijing dikabarkan akan menurunkan status penanganan Covid-19 dari kategori A menjadi B. Warga yang positif Covid-19 juga boleh dikarantina di rumah.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
BEIJING, SELASA — Pemerintah China berencana mengumumkan 10 langkah pelonggaran pembatasan Covid-19 yang baru, Rabu (7/12/2022), melengkapi kebijakan yang sudah diambil sebelumnya. Pelonggaran pembatasan menjadi kunci perbaikan situasi di China yang selama tiga tahun terakhir konsisten menerapkan kebijakan protokol kesehatan ketat.
Manajemen penanganan penyakit menular Pemerintah China, menurut sumber Reuters, Senin (5/12/2022), mengatakan akan menurunkan status dari kategori A ke kategori B setelah Januari 2023. China juga akan mengizinkan warga yang positif Covid-19 untuk menjalani karantina di rumah selama beberapa hari. Sebelumnya, pasien positif harus dibawa ke lokasi karantina massal.
”Ini akan menjadi perubahan utama dalam strategi penanganan pandemi Covid-19 dari awal tahun ini,” kata sumber yang meminta namanya tak disebutkan. Selama ini, kebijakan penanganan Covid-19 di China dinilai terlalu keras. Temuan satu kasus positif saja, misalnya, akan berdampak pada penguncian seluruh komunitas selama berminggu-minggu.
Selang sebulan setelah kasus pertama Covid-19 muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Pemerintah China mengelompokkan penyakit ini sebagai penyakit menular kategori B. Akan tetapi, meski masuk kategori B, Oemerintah China melakukan penanganan Covid-19 menggunakan protokol penanganan kategori A yang sangat ketat.
Protokol penanganan kategori A, yang mencakup penyakit mudah menular seperti pes dan kolera, memberi kewenangan kepada otoritas lokal untuk mengarantina pasien dan orang-orang yang dicurigai berkontak dekat dengan pasien serta melakukan penguncian wilayah. Akan tetapi, sekarang, lebih dari 95 persen kasus Covid-19 di China tidak memperlihatkan gejala dan termasuk kategori ringan.
Seorang ahli penyakit menular, mengutip outlet media pemerintah Yicai, menyatakan, dengan kondisi seperti itu, keputusan pemerintah untuk terus menerapkan kebijakan protokol A sudah tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan. Narasi Pemerintah China pun tampaknya mulai berubah beberapa waktu terakhir setelah di sejumlah wilayah warga menunjukkan penolakan atas kebijakan karantina yang ketat.
Pekan lalu, Wakil Perdana Menteri China Sun Chunlan mengatakan, China berhadapan dengan situasi baru setelah tingkat infeksi galur Omicron melemah. Sejak saat itu, banyak kota besar mulai mencabut kebijakan protokol kesehatan yang ketat secara meluas. Misalnya, mengurangi kewajiban tes usap (PCR) hingga mengakhiri pemeriksaan tes negatif di ruang publik, seperti stasiun kereta bawah tanah dan taman.
Di Beijing, Selasa (6/12/2022), warga tidak akan diminta menunjukkan hasil tes PCR negatif saat memasuki supermarket, gedung komersial, dan tempat umum lain. Walau begitu, dikutip dari media China, CGTN, otoritas kesehatan masih mensyaratkan hasil tes PCR negatif warga untuk memasuki beberapa lokasi, seperti kafe internet, bar, karaoke, pusat kebugaran dalam ruangan, sekolah, dan ruang rawat inap di rumah sakit.
Para analis memperkirakan China mungkin akan menghentikan kontrol perbatasan dan membuka kembali ekonomi pada tahun depan, lebih cepat dari yang direncanakan. Diperkirakan Pemerintah China membuka secara penuh gerbangnya pada musim semi tahun depan.
Kepala Ekonom Nomura China Ting Lu dalam catatannya, Senin (5/12/2022), mengatakan, di satu sisi para pebisnis dan ekonom berharap Pemerintah China segera membuka kembali gerbangnya bagi dunia. Di sisi lain, mereka memperingatkan bahwa pembukaan kembali pintu China harus dilakukan secara bertahap dengan persiapan yang baik.
Mantan Wakil Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China Feng Zian, dalam wawancara dengan The Paper, menyebut, warga yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala sebaiknya dikarantina di rumah saja. Adapun warga yang belum menyelesaikan imunisasi dasar Covid-19 dan belum mendapatkan suntikan penguat disarankan segera mendatangi pusat layanan kesehatan untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Komisi Kesehatan Nasional tidak segera menanggapi pesan faksimile Reuters yang meminta komentar.
Randle Li (25), tenaga pemasaran di Beijing, menyebut belum merasakan perubahan kebijakan yang drastis. Li mengatakan, perusahaannya masih meminta dia melakukan tes setiap hari untuk masuk kantor. Sementara Yin, yang tinggal di sebuah wilayah kecil di pinggiran Beijing, masih khawatir dengan perubahan kebijakan ini. Dia takut terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan.
Yin menuturkan, mertuanya, yang tinggal bersamanya, menderita demam. Yin sendiri mengaku sakit tenggorokan. Akan tetapi, mereka berdua memilih merahasiakan kondisi itu dan tidak mau menjalani tes karena khawatir harus dibawa ke lokasi karantina massal. ”Yang kami inginkan hanyalah pulih di rumah,” ujarnya.
Nilai mata uang Yuan melonjak terhadap dollar AS sejak pertengahan September di tengah reli pasar. Situasi ini menyiratkan harapan para investor bahwa pelonggaran pembatasan pandemi akan mencerahkan prospek pertumbuhan global. Selain itu, pemasok Apple, Foxconn, mengatakan, perusahaan mengharapkan pabrik Zhengzhou yang sempat terhenti karena kasus Covid-19 melanjutkan produksi penuh bulan ini atau awal bulan berikutnya. (REUTERS)