Menurut Marin, Uni Eropa seharusnya mendengarkan anggotanya yang sebelumnya merupakan bagian dari Uni Soviet.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
SYDNEY, JUMAT — Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin mengungkapkan pernyataan sangat jujur dan keras tentang kapabilitas Eropa di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Secara blak-blakan dia menyatakan, perang itu mengungkap betapa Eropa tak cukup kuat menghadapi Rusia sendirian.
”Saya mesti sangat jujur kepada Anda semua, Eropa tidak cukup kuat sekarang ini. Kami akan kesulitan tanpa Amerika Serikat,” kata Marin, Jumat (2/12/2022), saat berbicara kepada lembaga Lowy Institute di Sydney, Australia.
Finlandia merdeka dari Rusia hampir 105 tahun yang lalu. Negara itu juga menyebabkan kerugian besar kepada pasukan Soviet tak lama sesudahnya. Ia menekankan, Eropa harus punya jaminan untuk membangun kapabilitas pertahanan, industri pertahanan, dan apa pun yang diperlukan untuk menghadapi berbagai situasi.
Menurut Marin, Uni Eropa seharusnya mendengarkan anggotanya yang sebelumnya merupakan bagian dari Uni Soviet. Sejak bergabung dengan Uni Eropa tahun 2004, negara-negara seperti Estonia dan Polandia mendesak anggota UE lainnya untuk bersikap lebih keras kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun, posisi itu ditentang Perancis, Jerman, Italia, dan Yunani yang memilih hubungan ekonomi yang lebih dekat dengan Rusia.
”Kami seharusnya mendengarkan teman-teman dari Baltik dan Polandia lebih cepat. Untuk waktu lama, Eropa membangun strategi untuk mendekatkan hubungan perekonomian dengan Rusia, untuk membeli energi dari Rusia. Kami kira itu akan mencegah perang,” ujarnya.
Marin berpandangan, pendekatan semacam itu terbukti salah. ”Mereka (Rusia) tidak peduli dengan hubungan ekonomi, mereka tidak peduli dengan sanksi. Mereka tidak peduli pada satu pun hal itu,” ungkapnya.
Di Washington, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Perancis Emmanuel Macron menyatakan janji untuk membantu Ukraina dan menekan Rusia agar segera berdamai. Dalam konferensi pers bersama dalam kunjungan hari kedua Macron di AS, keduanya juga menegaskan keinginan untuk membangun aliansi Trans-Atlantik yang kuat guna menghadapi Rusia dan China.
”Kami kembali tegaskan, Perancis dan Amerika Serikat bersama dengan seluruh sekutu NATO, Uni Eropa, dan G7, berdiri menentang perang brutal yang dikobarkan Rusia,” kata Biden.
Ia pun menyatakan siap untuk bertemu Putin, tetapi hanya jika Putin berupaya mencari cara mengakhiri perang. Ini pernyataan Biden paling kuat sejauh ini bahwa ia bersedia duduk bersama Putin. Meski demikian, Macron mengatakan, keduanya sepakat untuk tidak mendesak Ukraina berkompromi atas hal-hal yang tidak bisa diterima.
Barat berupaya menggalang dukungan bagi Ukraina. Namun, Rusia menuding AS dan NATO memainkan peran langsung dan berbahaya dalam perang itu. Menurut Moskwa, Washington mengubah Kyiv menjadi ancaman eksistensial bagi Rusia yang tidak bisa diabaikan.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, saat berbicara dalam konferensi pers rutin di Moskwa, mengatakan, serangan rudal Rusia baru-baru ini ke Kyiv menyasar infrastruktur energi yang mencegah Ukraina mengimpor persenjataan Barat. Ia tidak menjelaskan bagaimana serangan itu bisa mencapai tujuan yang dimaksud.
”Kami mematikan fasilitas energi (di Ukraina) yang memungkinkan kalian (Barat) mendatangkan senjata mematikan ke Ukraina untuk membunuh warga Rusia. Jadi, jangan bilang AS dan NATO tidak ikut serta dalam perang ini. Kalian berpartisipasi langsung,” ujar Lavrov. (AP/AFP/REUTERS)