Krisis di Ukraina Percepat Keanggotaan NATO Finlandia-Swedia
Finlandia dan Swedia akan mempercepat proses pendaftaran mereka sebagai anggota NATO. Selain itu, India juga diharapkan akan menggeser kebijakannya yang menguntungkan Rusia setelah pembicaraan Biden-Modi.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
HELSINKI, SENIN — Agresi militer Rusia ke Ukraina membuat Finlandia dan Swedia, dua negara Eropa Barat, berpikir cepat dan membuka kemungkinan untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO sebelum musim panas tahun ini. Pada saat yang sama, Presiden Amerika Serikat Joe Biden terus mengusahakan sekutu-sekutunya untuk bekerja sama menekan Rusia, termasuk India, yang memilih tidak bersikap atas agresi ke Ukraina.
Kepastian Finlandia bergabung dengan NATO diperkirakan terjadi dalam dua pekan mendatang setelah parlemen negara itu, Eduskunta, mendapatkan penjelasan dari pemerintah soal tinjauan keamanan nasional. Setelah itu, parlemen akan memutuskan melalui pemungutan suara, apakah mereka akan mengajukan proposal keanggotaan atau sebaliknya.
”Jangan pernah meremehkan kapasitas Finlandia untuk mengambil keputusan secara cepat ketika dunia berubah,” kata mantan Perdana Menteri Finlandia Alexander Stubb, Minggu (10/3/2022) waktu setempat.
Bersama Swedia, Finlandia telah menerima jaminan publik dari Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg yang menyebut bahwa pintu aliansi tetap terbuka. Sejumlah anggota utama NATO, seperti AS, Inggris, Jerman, Perancis, dan Turki, juga telah menyatakan dukungan.
Akan tetapi, upaya untuk bergabung dengan NATO kemungkinan akan dilihat sebagai provokasi oleh Kremlin. Bagi Rusia, perluasan aliansi pertahanan pimpinan AS di perbatasannya telah menjadi keluhan keamanan utama.
Negara Nordik berpenduduk 5,5 juta jiwa ini secara tradisional nonblok militer. Namun, invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari mengubah persepsi dan meningkatkan dukungan publik agar negara itu bergabung dengan NATO. Serangkaian jajak pendapat memperlihatkan, pada awalnya dukungan publik agar Finlandia bergabung dengan NATO hanya 30 persen. Akan tetapi, kini meningkat dua kali lipat menjadi 60 persen.
Stubb sudah lama mendukung agar negaranya bergabung dengan NATO. Wacana bergabungnya Finlandia dengan NATO dalam waktu dekat, menurut Stubb, adalah pelaksanaan kesimpulan yang sebenarnya sudah lama digaungkan.
PM Finlandia Sanna Marin, akhir pekan lalu, mengatakan, mereka harus hati-hati membicarakan ini dan menimbang segala sesuatunya. Namun, dia berharap, diskusi itu tidak perlu memakan waktu terlalu lama. ”Saya pikir kita akan mengakhiri diskusi sebelum pertengahan musim panas,” ujarnya.
Dengan perubahan situasi itu dan kemungkinan percepatan serta persetujuan publik yang meluas, Stubb memperkirakan aplikasi keanggotan Finlandia akan diajukan sekitar Mei. Apabila berjalan lancar, pengajuan akan dibahas pada Konferensi Tingkat Tinggi NATO yang akan berlangsung di Madrid, Juni.
Meski tidak bermusuhan, hubungan Finlandia dan Rusia pasang surut. Finlandia mendeklarasikan kemerdekaan pada 1917 setelah hampir 1,5 abad berada di bawah kekuasaan Uni Soviet. Pada Perang Dunia II, Uni Soviet kembali mencoba menduduki Finlandia. Permusuhan itu berakhir lewat kesepakatan damai dengan konsekuensi Finlandia menyerahkan beberapa daerah perbatasannya ke Uni Soviet.
Para pemimpin Finlandia saat itu sepakat untuk tetap netral selama Perang Dingin dengan imbalan jaminan Moskwa tidak akan kembali menyerang. Namun, sikap netral yang diambil saat Finlandia berada di bawah tekanan menciptakan idiom Finlandisasi.
Sikap netral itu juga telah membuat Finlandia berada di luar kerja sama militer trans-Atlantik. Walau demikian, Finlandia tetap menjaga agar kemampuan militer dan pertahanannya tetap mumpuni apabila terjadi serangan. Menurut Stubb, pemerintah dan angkatan bersenjata Finlandia bisa memobilisasi 280.000-300.000 laki-laki dan perempuan dalam hitungan hari. Selain itu, tambahan sekitar 900.000 komponen cadangan juga siap dipanggil sewaktu-waktu.
Dampak agresi Rusia di Ukraina juga membuat Pemerintah Finlandia menyetujui kenaikan pengeluaran pertahanan hingga 40 persen pada 2026 untuk memperkuat posisinya. ”Kami telah berjalan jauh dalam hal kebijakan keamanan kami dan mereka telah bekerja sejauh ini,” kata anggota parlemen dari Partai Tengah, Joonas Kontta.
Dukungan tidak hanya diberikan oleh publik. Sikap sejumlah anggota parlemen juga bergeser, dari sebelumnya menyoal tidak perlunya keanggotaan NATO menjadi sebaliknya. Berdasar hasil jajak pendapat terhadap anggota parlemen, hanya enam dari 200 anggota parlemen yang secara terbuka menyuarakan pandangan anti-NATO, termasuk Markus Mustajarvi dari Partai Aliansi Kiri.
Mustajarvi mempertanyakan komitmen Pasal 5 NATO untuk pertahanan bersama yang akan memberikan perlindungan sejati jika terjadi serangan. Dia memandang kemampuan pertahanan Finlandia sangat kuat sehingga akan memaksa Rusia berpikir ulang jika ingin menginvasi mereka.
Mengubah kebijakan India
Upaya untuk menekan Rusia terus dilakukan AS. Menurut rencana, Biden akan berbicara dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, Senin (11/4) waktu setempat, untuk mengubah kebijakannya membeli energi dari Rusia.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki dalam pernyataan pada Minggu (10/4) mengatakan, Biden akan berbicara tentang konsekuensi agresi Rusia atas Ukraina dan mengurangi dampak destabilitasinya pada pasokan pangan global dan pasar komoditas. Dalam pertemuan virtual nanti, menurut Psaki, keduanya akan membahas cara memperkuat ekonomi global dan menegakkan tatanan internasional yang bebas, terbuka, berdasarkan aturan untuk meningkatkan keamanan, demokrasi, dan kemakmuran di Indo Pasifik.
Biden akan mencoba membujuk India, anggota aliansi QUAD bersama Jepang dan Australia. Sikap netral India atas agresi Rusia ke Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran Gedung Putih. Sikap India mendapat pujian dari Kremlin yang menilai pemerintahan Modi telah mengambil kebijakan berdasar situasi secara keseluruhan dan bukan sepihak.
Baru-baru ini, India abstain ketika Majelis Umum PBB memilih Kamis untuk menangguhkan Rusia dari kursinya di Dewan Hak Asasi Manusia yang beranggotakan 47 orang atas tuduhan bahwa tentara Rusia di Ukraina terlibat dalam pelanggaran hak yang disebut AS dan Ukraina sebagai kejahatan perang.
Rusia terus memasok kebutuhan energi India meski ada tekanan dari AS dan Eropa agar dunia menghindari pembelian minyak dan gas dari Rusia. AS juga telah mempertimbangkan sanksi terhadap India atas pembelian sistem pertahanan udara canggih Rusia baru-baru ini.
Bulan lalu, Indian Oil Corp yang dikelola negara membeli 3 juta barel minyak mentah dari Rusia untuk mengamankan kebutuhannya, menolak permohonan dari Barat untuk menghindari pembelian semacam itu. Namun, India tidak sendirian dalam membeli energi Rusia. Beberapa sekutu Eropa, seperti Jerman, terus melakukannya meskipun ada tekanan publik untuk mengakhiri kontrak ini.
Laporan media India menyebutkan, Rusia menawarkan diskon pembelian minyak 20 persen di bawah harga patokan global. Selama ini, Irak menjadi pemasok energi utama bagi India hingga 27 persen dari total kebutuhan. Menyusul di posisi kedua Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. AS menempati posisi keempat di bawah Uni Emirat Arab dengan 9 persen. (AFP/AP)