Setelah urusan gas, kini AS mengabaikan UE soal subsidi. UE menuding mayoritas skema subsidi di IRA tidak sesuai ketentuan WTO. AS dinilai diskriminatif pada perusahaan di UE.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Hubungan Amerika Serikat dan Uni Eropa kembali menegang. Kali ini disebabkan rencana Washington mengucurkan subsidi 367 miliar dollar AS. Brussels khawatir subsidi itu membuat perusahaan-perusahaan Eropa pindah ke AS.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengungkit soal subsidi itu kala menemui anggota Kongres AS, Rabu (30/11/2022) malam di Washington atau Kamis dini hari WIB. Ia menyebut Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA), regulasi AS yang menjadi dasar subsidi itu, sangat agresif pada perusahaan Eropa.
Saat di Kedutaan Besar Perancis di Washington, Macron menyebut subsidi bisa memecahkan persekutuan Barat. Sebab, perusahaan AS kurang tertarik lagi berinvestasi di Eropa. IRA dituding bisa melemahkan komoditas ekspor Eropa ke AS dan menimbulkan risiko deindustrialisasi di Eropa.
IRA akan membuat AS dan sekutunya di Eropa akan lebih mementingkan kepentingan domestik dibandingkan kepentingan bersama. “Eropa, demikian juga Perancis, akan melakukan penyesuaian juga,” kata dia.
Koordinator Hubungan EU-AS pada Parlemen Eropa Tonino Picula menuding AS mendiskriminasi sekutunya. ”AS mengikuti agenda domestik yang proteksionis dan mendiskriminasi sekutunya,” katanya.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menyebut, IRA salah satu perangkat untuk memacu pertumbuhan energi bersih dan terbarukan. Perusahaan UE malah mendapat kesempatan besar.
Deindustrialisasi
Ketua Partai Sosial Demokrat Jerman Lars Klingbeil khawatir IRA memicu deindustrialisasi di UE. Sebab, IRA dan sejumlah kebijakan AS akan membuat daya saing produk impor dari Eropa terpangkas.
Dalam jajak pendapat Federasi Industri Jerman, BDI, ditemukan 20 persen pengusaha Jerman mempertimbangkan pemindahan usaha. Harga energi yang tinggi jadi alasan utama. Selain itu, juga ada tawaran insentif seperti dalam IRA.
Sementara Kamar dagang dan Industri Jerman menemukan, 39 persen perusahaan mau meningkatkan investasi di AS selepas IRA disahkan Agustus lalu. Ketua Kadin Jerman Volker Treier menyebut, sejumlah perusahaan otomotif Jerman mau meningkatkan investasi di AS. Komisioner Perdagangan Internal UE Thierry Breton sudah mempersoalkan harga tinggi atas gas yang dijual AS ke UE. Keinginan menjatuhkan sanksi atas Rusia membuat Brussels memangkas impor energi dari Moskwa. Sayangnya, pedagang lain menawarkan harga jauh lebih tinggi dibandingkan Rusia.
Reuters melaporkan, para pemimpin UE sudah mempersoalkan harga gas itu kepada Presiden AS Joe Biden kala bertemu di Bali beberapa pekan lalu. Biden disebut tidak memahami kegelisahan Eropa soal lonjakan harga itu. Karena itu, Brussels merasa Washington mengabaikan kegelisahan utama UE.
Setelah urusan gas, kini AS mengabaikan UE soal subsidi. Menteri Perdagangan Luar Negeri Perancis Olivier Becht menuding, mayoritas skema subsidi di IRA tidak sesuai ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). ”Ada subsidi 367 miliar dollar AS, 200 miliar dollar AS di antaranya tidak sesuai (dengan aturan) WTO,” ujarnya.
Komisioner Perdagangan UE Valdis Dombrovskis menyebut IRA diskriminatif pada perusahaan di UE. Sudah berulang kali ia mempersoalkan itu dengan sejawatnya di UE. ”Kami cuma minta keadilan. Kami mau dan berharap perusahaan dan eskpor Eropa diperlakukan sama seperti perusahaan dan ekspor AS diperlakukan di UE,” ujarnya.
Menteri Ekonomi Perancis Bruno Le Maire menuding AS meniru isolasinisme China. Karena itu, UE harus melakukan hal serupa. ”Jangan sampai ketinggalan,” ujarnya.
Thierry Breton memastikan UE akan bertindak. Sebab, AS dan China semakin proteksionis.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menyebut IRA sebagai aturan yang mengganggu iklim persaingan usaha sehat. Seperti Le Maire, ia mendorong UE membuat mekanisme serupa. ”Kita perlu UU yang mendorong prioritas pembelian produk Eropa, seperti dibuat oleh AS,” ujarnya. (AFP/REUTERS)