AS menyokong Kurdi dan sejumlah kelompok oposisi lain di Kurdi. Sejak 2016, Turki terus menyerbu wilayah Suriah yang dikendalikan Kurdi. Tujuannya antara lain menciptakan zona peyangga di perbatasan Suriah-Turki.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
ANKARA, SELASA — Anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO, Amerika Serikat dan Turki, kembali berselisih gara-gara Kurdi. Kali ini, penyebabnya adalah rangkaian serangan Ankara pada kubu-kubu pertahanan Kurdi di Irak dan Suriah.
Sejak Minggu (20/11/2022), Turki menyerang berbagai posisi pertahanan Kurdi di Irak dan Suriah. Serangan itu merupakan balasan atas bom bunuh diri di Istanbul dan peluncuran dua roket ke Karkamis. ”Operasi ini dibatasi sebagai operasi udara,” kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa (22/11/2022), di Doha, Qatar.
Pada Senin malam waktu New York atau Selasa pagi WIB, Amerika Serikat (AS) meminta Turki menahan diri. ”Kami mendesak peredaan ketegangan di Suriah untuk melindungi warga sipil dan demi tujuan bersama mengalahkan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah.” Demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS.
Washington mendesak Ankara tidak kembali mengerahkan pasukan darat ke wilayah Suriah yang dikendalikan Kurdi. Desakan itu dikeluarkan setelah dua roket ditembakkan dari Suriah ke Karkamis.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan, Ankara butuh sokongan sekutunya menghadapi teror. ”Kami menyampaikan ke semua mitra, khususnya AS, bahwa PKK dan sama saja dengan YPG dan meminta dukungan penghentian teror,” katanya.
Bagi Ankara, sejumlah kelompok Kurdi merupakan kelompok teror. Ankara menyalahkan Partai Pekerja Kurdi (PKK) sebagai dalang peledakan bom di Istanbul beberapa hari lalu. Insiden itu melukai 81 orang dan menewaskan beberapa orang lain.
Sejak 2016, Turki terus menyerbu wilayah Suriah yang dikendalikan Kurdi. Tujuannya antara lain menciptakan zona peyangga di perbatasan Suriah-Turki. Zona itu diharapkan bisa mengurangi potensi serangan dari Suriah ke Turki.
Juru bicara Kantor Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan, Moskwa memahami kegelisahan Ankara. Meski demikian, Rusia tetap berharap Turki dan pihak-pihak terkait menahan diri agar situasi tidak memburuk.
Utusan Khusus Rusia untuk Suriah Alexander Lavrentyev mengatakan, Moskwa sudah berbulan-bulan membahas perkembangan di Suriah. ”Kami berharap bisa meyakinkan Turki untuk tidak menggunakan kekuatan berlebihan di Suriah. Rusia berusaha meyakinkan Turki tidak mengerahkan pasukan darat,” ujarnya.
Di perang saudara Suriah, AS-Rusia-Turki menyokong pihak berbeda. AS menyokong Kurdi dan sejumlah kelompok oposisi lain. Turki juga menyokong kelompok oposisi lain. Sementara Iran, bersama Rusia, menyokong pemerintahan Bashar Al-Assad. Sampai sekarang, Suriah tetap terpecah menjadi wilayah yang dikendalikan pasukan pemerintah, Kurdi, dan kelompok oposisi lainnya.
Arah kebijakan yang berbeda terhadap persoalan di Suriah menggambarkan persilangan rumit hubungan empat negara itu. Meski mendukung pihak berbeda di Suriah, Iran-Turki sama-sama kompak menyerang Kurdi. Iran misalnya juga ikut menyerang sejumlah lokasi pertahanan Kurdi kala Turki melakukan hal serupa Minggu lalu.
Teheran mengakui menembakkan sejumlah rudal ke kubu Kurdi di Suriah dan Irak. Seperti Ankara, Teheran juga menganggap sejumlah kelompok Kurdi sebagai kelompok teror.Seperti Ankara, Teheran juga gelisah dengan sokongan AS pada Kurdi. Sejak puluhan tahun lalu, Kurdi berusaha memisahkan sebagian wilayah Iran, Irak, Suriah, dan Turki dan membentuk negara sendiri.
Sejauh ini, baru di Suriah dan Irak saja di mana ada wilayah yang bisa dikendalikan Kurdi. Di Irak, ada daerah swapraja Kurdi yang diakui Baghdad. Di Suriah, ada daerah yang secara faktual dikendalikan kelompok bersenjata Kurdi. (AFP/REUTERS/RAZ)