Konflik Memanas, Erdogan Ancam Kobarkan Serangan Darat ke Suriah Utara
Setelah beberapa kali negaranya menjadi sasaran serangan, yang mereka duga berasal dari kelompok Kurdi di Suriah, militer Turki disiapkan menyerang balik milisi Kurdi melalui serangan darat ke Suriah utara.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
ANKARA, SELASA — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin (21/11/2022), mengancam akan melancarkan serangan darat ke wilayah Suriah utara setelah dua warga Turki tewas akibat serangan mortir dari wilayah itu. Eskalasi konflik lintas batas Turki-Suriah belakangan meningkat, memperpanjang konflik berdarah di Suriah yang telah berkecamuk lebih dari satu dekade.
Pada hari Minggu lalu, jet-jet Turki menggempur puluhan target di Suriah utara dan Irak utara. Ankara menyebut, serangan jet-jet tempur itu menghancurkan 89 target terkait Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan milisi YPG—yang dituding Turki—sayap PKK. Serangan jet-jet Turki tersebut dilancarkan sepekan setelah serangan bom di Istanbul yang menewaskan enam orang dan melukai 81 orang. Ankara menuding PKK berada di balik serangan bom itu.
Ancaman Turki untuk melancarkan serangan darat terhadap milisi Kurdi di Suriah disampaikan Erdogan dalam penerbangan seusai menyaksikan upacara pembukaan Piala Dunia 2022 di Doha, Qatar, Senin (21/11/2022).
”Otoritas yang kompeten, Kementerian Pertahanan, dan kepala staf kami akan bersama-sama memutuskan tingkat kekuatan yang harus digunakan oleh pasukan darat kami. Kami akan membuat mereka yang mengganggu kami di wilayah kami mendapat balasan,” kata Erdogan.
Rencana serangan ke wilayah Suriah utara itu disiapkan sebagai balasan atas serangan yang diduga dilancarkan milisi Kurdi ke wilayah Turki, Senin (21/11/2022). Serangan mortir tersebut menewaskan dua warga, yakni seorang guru dan seorang anak laki-laki berusia lima tahun. Serangan roket ke wilayah Karkamis di Gaziantep, wilayah Turki di dekat perbatasan Suriah, juga melukai 10 orang, termasuk seorang perempuan yang tengah hamil tua.
Gubernur setempat, Davut Gul, menuturkan bahwa lima roket menghantam sebuah sekolah, dua rumah, dan sebuah truk di dekat area perbatasan Karkamis. Televisi CNN Turk melaporkan, serangan mortir dan roket itu ditembakkan dari Kobani, Suriah utara, yang dikontrol oleh milisi Kurdi Suriah, YPG.
Serangan ke Karkamis itu diduga merupakan balasan atas serangan udara jet tempur Turki ke sejumlah sasaran di Suriah utara dan Irak, Minggu. Wilayah Suriah utara dan Irak utara disinyalir menjadi basis keberadaan Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Wilayah Suriah utara dan Irak utara disinyalir menjadi basis keberadaan Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) yang berbasis di London, Inggris, menyebut, 37 orang tewas dalam serangan udara Turki pada akhir pekan lalu, termasuk 18 petempur Kurdi, 16 tentara Pemerintah Suriah, dan seorang jurnalis lokal. Di Irak utara, militer Turki menargetkan basis Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) di Pegunungan Qandil, Irak utara. Tidak ada data mengenai korban yang timbul akibat serangan Turki ke wilayah ini.
Kementerian Pertahanan Turki menyebut serangan udara itu dilancarkan di Qandil, Asos, dan Hakurk di Irak serta Kobani, Tal Rifat, Cizire, dan Derik di Suriah.
Shaaban (58), warga Al-Malikiyah, Suriah timur laut, salah satu lokasi yang menjadi sasaran serangan jet tempur Turki, mendesak dunia untuk peduli terhadap hak hidup dan hak dasar warga Kurdi. ”Kami mendesak dunia, semua orang yang peduli dengan hak asasi manusia. Perlu ada ’kekuatan besar’ menekan Turki agar menghentikan serangannya yang menjadikan kami sebagai target dengan pesawat ataupun pesawat nirawak,” katanya.
Warga etnis Kurdi kerap menjadi target militer Turki di bawah pemerintahan Erdogan. Sejarah Kurdi di Turki selalu dikaitkan dengan pendirian PKK oleh Abdullah Ocalan pada tahun 1978. PKK menginginkan hak politik dan budaya lebih besar, yang berujung pada tuntutan kemerdekaan. Konflik antara Pemerintah Turki dan PKK telah mengakibatkan 40.000 orang tewas.
Guna menghindari jatuhnya korban jiwa, Turki diingatkan untuk berhati-hati dan terukur dalam bersikap. Kementerian Luar Negeri Jerman dalam pernyataannya mendesak Ankara untuk bereaksi secara proporsional dan tetap menghormati norma hukum internasional. ’Warga sipil harus dilindungi setiap saat,” kata Kemenlu Jerman.
Erdogan menyatakan, dia tidak akan mengadakan pembicaraan dengan sekutunya di NATO, Presiden Amerika Serikat Joe Biden, atau dengan Presiden Rusia Vladimir Putin jika nanti Ankara memilih opsi serangan darat ke Irak dan Suriah.
Dengan AS, Turki berseberangan sikap soal keberadaan warga Kurdi. AS mengandalkan sayap militer PKK, YPG, untuk membantu menggempur kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Washington diduga juga memasok persenjataan kepada YPG. Sementara Rusia mendukung milisi pro-Damaskus di wilayah tersebut.
Proposal Swedia-Finlandia
Situasi yang melibatkan PKK dan Ankara dipandang juga akan memperumit proses keanggotaan Swedia dan Finlandia pada aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hubungan Swedia dan Turki semakin rumit setelah Ankara memanggil Duta Besar Swedia untuk Turki setelah dugaan adanya penghinaan atas Erdogan.
Kantor berita Turki, Anadolu, melaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri Turki memanggil Duta Besar Swedia untuk Turki Staffan Herrstrom untuk meminta penjelasan soal gambar proyeksi sosok Erdogan di Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Swedia. Tindakan yang diduga dilakukan oleh simpatisan PKK di Swedia itu dianggap menghina Erdogan.
Ankara mendesak Stockholm untuk menggelar penyelidikan dan mengambil langkah konkret terhadap kelompok-kelompok yang dianggap Turki sebagai ancaman keamanan.
Hingga saat ini tidak ada komentar dari Pemerintah Swedia terkait insiden itu. Akan tetapi, Swedia menyatakan dukungannya atas tindakan Ankara yang dianggap membahayakan keamanan dalam negerinya.
”Turki adalah negara yang telah mengalami serangan teroris, dan semua negara memiliki hak untuk membela diri,” kata Tobias Billstrom, Menlu Swedia, dikutip dari surat kabar Expressen Swedia saat tengah berada di Paris, Perancis. Pada saat yang sama, Billstrom mengingatkan bahwa sangat penting bagi Turki untuk menghindari timbulnya korban warga sipil dan juga sasaran sipil.
Ankara sejak Mei menahan tawaran Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO. Dalam pertemuan tiga pihak pada akhir Mei lalu, Ankara telah menyerahkan sejumlah dokumen kepada Pemerintah Swedia dan Finlandia. Isinya berupa sejumlah tuntutan dan permintaan jaminan tentang kesamaan sikap, pandangan, hingga tindakan terhadap warga Kurdi di kedua negara itu.
Ankara menyerahkan setidaknya lima daftar tuntutan dan permintaan jaminan konkret dari Swedia dan Finlandia. Tuntutan itu termasuk penghentian dukungan politik terhadap tindak terorisme, penghapusan sumber pendanaan terorisme, hingga larangan kedua negara tersebut memberikan lampu hijau atas keberadaan orang-orang serta kelompok yang menentang Ankara, terutama warga Kurdi.
”Kami memahami masalah keamanan Finlandia dan Swedia. Akan tetapi, setiap orang juga perlu memahami masalah keamanan Pemerintahan Turki,” kata Menlu Turki Mevlut Cavusoglu saat itu. Dia menekankan bahwa kedua negara tersebut perlu mengambil tindakan dan kebijakan yang konkret. (AP/AFP/REUTERS)