Warga hanya punya dua pilihan untuk menghangatkan diri: api unggun atau selimut tebal. Mereka tidak bisa mengandalkan jaringan pemanas ruangan. Sebab, pemanas membutuhkan gas atau listrik.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
Salju mulai turun di Ukraina pada Kamis (17/11/2022). Sampai beberapa hari ke depan, suhu di kota-kota negara itu ditaksir maksimal 1 derajat celsius. Dalam suhu sedingin itu, lebih dari 10 juta orang tidak bisa mendapatkan listrik dan pasokan gas. Mereka akan kedinginan di negara yang sudah berbulan-bulan diserang Rusia.
Ukrenergo mengumumkan pemadaman massal di seluruh Ukraina pada Jumat (18/11/2022). Jadwal pemadaman bisa berbeda di setiap wilayah. Pengelola jaringan distribusi listrik Ukraina menyatakan akan mengusahakan listrik bisa tersedia pada malam hari. Hal itu dengan catatan perbaikan bisa dikebut.
DTEK, perusahaan pengelola terbesar pembangkit listrik Ukraina, malah lebih pesimistis. ”Sekarang, kita tidak lagi membahas pemadaman bergilir. Sekarang bahasannya penyalaan bergilir. Waktu menyala paling lama tiga jam,” kata Direktur DTEK Dmytro Sakharuk sebagaimana dikutip media Ukraina, Pravda.
Ia menyebut situasi amat berat karena banyak pembangkit dan jaringan distribusi listrik rusak. ”Rusia merusak jaringan transmisi, mengganggu proses penyaluran dari satu daerah ke daerah lain,” ujarnya.
Manajemen DTEK sampai kesulitan memperkirakan kapan perbaikan akan selesai karena kerusakan amat banyak dan tersebar. Paling tidak, 40 persen pelanggan DTEK terdampak kerusakan itu. ”Sulit menyebut kapan kondisi akan membaik,” ujarnya.
Di beberapa lokasi, perbaikan sudah dimulai. Di beberapa tempat lain, petugas masih harus membersihkan puing akibat ledakan. Di sejumlah lokasi malah belum ada kegiatan sama sekali. Sebab, tidak ada peralatan untuk membersihkan puing apalagi memulai proses perbaikan. ”Bahkan, ada lokasi harus menunggu pembersihan sisa peledak,” ujar Saharuk.
Salju
Serangan Rusia dimulai saat sebagian Ukraina masih tertutup salju. Kini, hampir sembilan bulan sejak rudal pertamanya menghantam Ukraina, Rusia terus menembakkan rudal, roket, artileri, dan mengirimkan pesawat nirawak berpeledak.
Dalam rangkaian serangan pada Oktober-November, Rusia menyasar pembangkit dan jaringan distribusi listrik. Moskwa juga membidik jaringan distribusi gas. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut, Rusia meneror jutaan orang Ukraina. Serangan Rusia membuat jutaan orang tanpa pasokan listrik dan gas kala musim dingin kembali dimulai di Ukraina.
Kondisi itu membuat warga hanya punya dua pilihan untuk menghangatkan diri: api unggun atau selimut tebal. Tidak bisa mengandalkan jaringan pemanas ruangan lantaran pemanas membutuhkan gas atau listrik. Tidak bisa pula menggunakan selimut dengan elemen penghangat di dalamnya. Sebab, selimut itu juga perlu listrik.
Untuk selimut biasa, warga masih bisa mengharapkan bantuan. Lembaga amal terus membagikan selimut dan pakaian hangat. Hal itu, antara lain, dilakukan di Kherson yang baru ditinggalkan Rusia. Kala suhu minus 2 derajat celsius pada Kamis, warga kota itu mengantre pembagian bantuan kemanusiaan dari sejumlah lembaga amal.
Api unggun berarti perlu kayu bakar. Untuk ini, warga harus mengupayakan sendiri. Sejauh ini, tidak ada lembaga yang membagikan kayu bakar gratis. Pilihannya menebang sendiri atau membeli. Di tengah tekanan ekonomi, tidak mudah bagi warga untuk membeli kayu bakar.
Menteri Ekonomi Ukraina Yuliya Svyridenko mengatakan, kinerja perekonomian Ukraina minus 39 persen pada Oktober 2022. Penurunan Oktober lebih buruk dibandingkan Agustus-September yang minus 35 persen. ”Kondisi ini belum mempertimbangkan dampak serangan rudal terbaru,” ujarnya kepada Ukrinform dan Pravda.
Rangkaian serangan puluhan rudal Rusia pada Oktober 2022 mempertajam penurunan kinerja perekonomian Ukraina. Dampak relatif sama dikhawatirkan akan kembali terjadi selepas serangan pada 15 November 2022.
Dengan akhir perang yang belum jelas, perekonomian Ukraina dikhawatirkan terus memburuk. Dalam tumpukan ketidakpastian di negara itu, ada satu hal yang jelas: jutaan orang Ukraina kedinginan di tengah musim salju. Mereka terancam beku. (AFP/REUTERS)