Pemerintah Turki Tuding PKK sebagai Otak Ledakan Bom di Istanbul
Sebuah ledakan bom di pusat perbelanjaan yang padat pengunjung di Istanbul menewaskan delapan orang tewas dan melukai puluhan orang. Pemerintah Turki menuding kelompok separatis Partai Pekerja Kurdistan (PKK) terlibat.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
ANKARA, SENIN — Sedikitnya delapan orang tewas dalam ledakan bom yang mengguncang kawasan Istiklal Avenue, pusat keramaian Kota Istanbul, Turki, Minggu (13/11/2022). Otoritas Turki menuding organisasi Partai Pekerja Kurdistan sebagai otak di balik ledakan tersebut. Mereka menyebutkan, hari Senin (14/11/2022) polisi telah menangkap 22 tersangka, termasuk orang yang memasang bom.
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengungkapkan, perintah serangan di Istiklal Avenue diberikan dari Kobani, kota di Suriah utara. Di kota ini, pasukan Turki melancarkan serangan terhadap milisi Kurdi Suriah, YPG, dalam beberapa tahun terakhir.
Soylu menambahkan, pengebom dalam serangan kemarin sempat lewat Afrin, daerah lain di Suriah utara. Seperti dikutip dari kantor berita Anadolu, ia mengatakan bahwa orang yang ditangkap adalah pelaku yang meninggalkan bahan peledak di lokasi kejadian. Dia juga mengatakan, dua korban yang terluka akibat ledakan tersebut kini dalam kondisi kritis.
”Orang yang memasang bom itu telah ditangkap. Menurut temuan kami, PKK (Partai Pekerja Kurdistan) menjadi pihak yang bertanggung jawab (atas ledakan tersebut),” kata Soylu.
Soylu tidak menjelaskan detail sosok perempuan yang telah ditangkap dan diduga menjadi pelaku peledakan. Jenis kelamin terduga pelaku peledakan pertama kali diungkap Menteri Kehakiman Bezir Bozdaq.
”Seorang perempuan duduk di salah satu bangku selama lebih dari 40 menit dan kemudian dia bangun. Satu dua menit kemudian ledakan terjadi,” kata Bozdaq dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Haber.
Dari situasi tersebut, menurut Bozdaq, ada dua kemungkinan soal peledakan, yaitu pertama, ada pengatur waktu sebelum tas ini meledak; atau kedua, seseorang meledakkannya dari jarak jauh.
Tidak lama setelah ledakan terjadi, Pemerintah Turki mengerahkan aparat keamanan besar-besaran di semua pintu masuk dan keluar kota Istanbul guna mencari keberadaan pelaku. Untuk mempersempit ruang gerak pelaku, pengawas radio dan televisi Turki (RTUK) melarang stasiun televisi menayangkan rekaman ledakan dan informasi terbaru tentang pengejaran pelaku oleh polisi dan tentara.
Pemerintah juga membatasi akses warga pada media sosial. Tindakan ini juga pernah dilakukan sebelumnya.
Istiklal adalah salah satu kawasan paling terkenal dan tersibuk di Istanbul. Kawasan ini sepenuhnya merupakan kawasan surga bagi pejalan kaki yang ingin mencari penganan atau jajanan dan pernak-pernik khas setempat. Dipisahkan oleh jalur trem tua, tempat ini biasanya menarik kunjungan banyak orang pada akhir pekan.
PKK dianggap sebagai organisasi berbahaya oleh Pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan. Pemerintah Turki dan sejumlah negara Barat telah memasukkan organisasi itu dalam daftar organisasi teroris karena menganggap PKK dan kelompok sayap militernya, YPG, ingin membentuk pemerintahan sendiri di wilayah tenggara Turki.
PKK, yang saat ini bermarkas di Suriah, telah berulang kali menjadi sasaran operasi militer Turki. Sepekan sebelum ledakan terjadi, menurut laporan Anadolu, militer Turki membunuh seorang petinggi PKK di utara Suriah. Kays Berho Sulayva atau dikenal dengan nama Azad menjadi target operasi Organisasi Intelijen Nasional (MIT) Turki di wilayah Ayn Issa.
Militer Turki menuding Sulayva, yang bergabung dengan PKK pada 2013, bertanggung jawab atas beberapa gangguan keamanan di wilayah Sinjar di Irak dan Tall Tamr di Suriah. Dalam catatan Pemerintah Turki, selama 35 tahun melakukan perlawanan terhadap Ankara, PKK dinilai bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40.000 warga sipil.
Permasalahan PKK ini juga menjadi salah satu penghalang masuknya Swedia menjadi anggota NATO. Turki menuding selama ini Pemerintah Swedia memberikan perlindungan terhadap aktivis PKK.
Presiden Erdogan mengecam keras ”serangan keji” di Istiklal. ”Mungkin salah jika kami mengatakan dengan pasti bahwa ini adalah teror, tetapi menurut tanda-tanda pertama ...ada bau teror di sana,” kata Erdogan dalam konferensi pers pada Minggu.
Peristiwa itu mengingatkan kembali masalah keamanan yang selama ini menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Turki. Pada periode 2015-2017, negara ini dilanda serangkaian ledakan bom yang membawa korban jiwa. Pelakunya adalah simpatisan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) serta kelompok militan Kurdi yang menginginkan peningkatan otonomi atau kemerdekaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Erdogan telah memerintahkan tindakan keras terhadap para militan serta anggota parlemen dan aktivis Kurdi. Di tengah meroketnya inflasi dan masalah ekonomi lainnya, kampanye anti-terorisme Erdogan menjadi isu utama yang digunakan Erdogan untuk memperoleh dukungan jelang pemilihan presiden dan parlemen tahun depan. (AP/AFP/REUTERS)