Target Rudal Korut Semakin Dekati Korsel dan Semakin Banyak
Belum pernah ada, sejak wilayah Korea terbelah pada 1945, rudal Korut yang mendekati perairan teritorial Korsel seperti kemarin. Belum pernah pula ada penembakan rudal oleh Korut sebanyak itu dalam sehari.
SEOUL, RABU — Korea Selatan dan Korea Utara saling berbalas menembakkan rudal dan artileri. Sedikitnya 100 peluru artileri medan dan 25 rudal ditembakkan Pyongyang ke Korsel. Seoul membalasnya dengan menembakkan sejumlah rudal. Insiden itu terjadi kala Amerika Serikat dan Korsel tengah berlatih perang udara.
Kantor Pimpinan Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Korsel menyebut, empat rudal pertama terdeteksi pada Rabu (2/11/2022) pagi. Dilaporkan kantor berita Yonhap dan media Chosun Ilbo, Pyongyang meluncurkan empat rudal balistik jarak pendek (SRBM) dari Provinsi Pyongan ke Laut Kuning.
Setelah itu, Korut terus menembakkan SRBM dan rudal darat ke udara. Hingga Rabu sore, total 25 rudal ditembakkan dari berbagai lokasi pada waktu terpisah.
Tidak hanya rudal, Korut juga menembakkan meriam setidaknya 100 kali. Meriam diarahkan ke zona penyangga timur. Zona itu disepakati kedua Korea pada September 2018.
Baca Juga: Dua Korea Berbalas Tembakan Peringatan
Belum pernah ada, sejak wilayah Korea terbelah pada tahun 1945, rudal Korut mendekati perairan teritorial Korsel seperti kemarin. Belum pernah pula dalam sehari penembakan rudal oleh Korut sebanyak yang terjadi pada Rabu pagi hingga sore.
”Presiden Yoon Suk Yeol mencatat provokasi Korut hari ini merupakan tindakan pelanggaran batas teritorial dengan sebuah rudal yang memasuki NLL (Garis Batas Utara/Northern Limit Line) untuk pertama kali sejak terbelahnya (dua Korea),” sebut pernyataan Kantor Kepresidenan Korsel.
Rangkaian penembakan itu memaksa Korsel menyalakan peringatan serangan udara. Terakhir kali peringatan itu disiarkan pada 2016. Peringatan pada Rabu pagi disiarkan di Uillung. Warga harus masuk ruang bawah tanah (rubanah) dan berlindung beberapa jam gara-gara rangkaian rudal Korut.
Ketika ditanya apakah rudal yang mengarah ke teritorial Korsel seharusnya ditangkis, seorang pejabat senior Kepresidenan Korsel menjawab, ”Secara tegas, (rudal Korut) itu tidak mendarat di teritorial kami, tetapi di zona ekonomi eksklusif berdasarkan yurisdiksi kami. Karena itu, tidak perlu ditangkis.”
Rudal balasan
Tidak hanya memerintahkan warga waspada, Seoul juga balas menembak. Selepas beberapa gelombang penembakan rudal Korut, Korsel menembakkan tiga rudal udara ke darat. Rudal-rudal itu dilepaskan dari pesawat F-15K dan KF-16.
Kepala Pimpinan Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Korsel Jenderal Kim Seung-gyeom menyebut penembakan rudal-rudal Korsel tersebut merupakan balasan atas tindakan Korut. Rudal-rudal itu ditembakkan ke arah Garis Batas Utara (NLL), garis perbatasan laut de facto dua negara.
Korsel menembakkan versi pengembangan dari rudal SLAM buatan Boeing. ”Ketepatan penembakan militer Korsel untuk menunjukkan tanggapan yang jelas atas provokasi apa pun, termasuk SRBM dari Korea Utara,” kata Kim, seperti dikutip Yonhap.
Dalam foto yang direkam pada Senin (31/10/2022) ini pesawat tempur F-35B milik Amerika Serikat bersiap lepas landas dari Pangkalan Udara Gunsan, Korea Selatan. Pesawat itu sebagian dari 240 pesawat dalam latihan perang udara bersandi ”Vigilant Storm”.
Kim menyesalkan provokasi berlanjut oleh Korut. Padahal, Seoul sudah berulang kali meminta Pyongyang menahan diri dan sama-sama menjaga kestabilan kawasan. ”Korea Utara adalah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas provokasi ini,” ujarnya.
Ia menyebut penembakan puluhan rudal dan ratusan peluru artileri itu sebagai provokasi serius. Kedamaian dan kestabilan jelas semakin terganggu oleh ulah Pyongyang tersebut.
Baca Juga: Balas Korut, Uji Rudal Korsel Tak Sepenuhnya Mulus
Penasihat Keamanan Nasional Korsel Kim Sung-han menyebut tindakan Korut kali ini paling agresif sejak 2010. ”Terakhir kali Korea Utara melanggar NLL dan membuat provokasi militer terjadi pada penembakan tahun 2010 di Pulau Yeonpyeong. Sekarang, pertama kali ada provokasi ke NLL dengan rudal,” katanya.
Pada 2010, Korut menembaki pulau terdepan Korsel tersebut. Akibatnya, dua tentara dan dua warga sipil Korsel tewas.
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol meminta militer bersiap pada peningkatan ketegangan di kawasan. Perintah itu disampaikan dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Korsel pada Rabu pagi.
Yoon juga meminta militer Korsel segera menanggapi tindakan Korut. Korsel harus memastikan Korut tahu tindakannya tidak akan didiamkan. ”Militer diperintahkan siaga penuh untuk melindungi bangsa. Ada potensi peningkatan ketegangan,” demikian pernyataan kantor Kepresidenan Korsel.
Selepas rapat itu, Angkatan Udara Korsel menembakkan tiga rudal. Penembakan tersebut dibalas Korut dengan enam rudal darat ke udara.
Latihan perang
Manuver Korut dilakukan kala AS-Korsel terus menggelar latihan perang. Selepas latihan pendaratan pasukan pekan lalu, pekan ini AS-Korsel berlatih serangan udara. Latihan bernama sandi ”Vigilant Storm” itu melibatkan total 240 pesawat. Direncanakan ada 1.600 penerbangan sepanjang latihan yang berlangsung sejak Senin sampai Jumat (4/11) itu.
Pak Jong Chon, Sekretaris Komite Sentral Partai Pekerja Korut, Rabu, dalam pernyataan tertulis mengatakan, pelibatan sejumlah pesawat perang dalam Vigilant Storm membuktikan latihan itu sebagai tindak ”agresif dan provokatif” serta secara khusus menarget Korut. Ia menyamakan nama latihan perang AS-Korsel menyerupai Operasi Badai Padang Pasir (Operation Desert Storm) yang dipimpin AS ke Irak tahun 1990-an.
”Pergerakan yang sangat eksesif ’pasukan-pasukan musuh’ untuk konfrontasi militer telah menciptakan situasi yang sangat serius di Semenanjung Korea,” kata Pak melalui pernyataan yang dilansir kantor berita Korut, KCNA.
Selain KF-16 dan F-15K, latihan Vigilant Storm itu juga melibatkan jet tempur F-35. Korsel dan AS sama-sama mengerahkan jet tempur generasi kelima tersebut. Australia juga ikut dalam latihan itu. Canberra mengirimkan pesawat tanker udara. Latihan juga melibatkan ribuan prajurit yang terdiri dari pilot, petugas mekanis, dan pasukan pertahanan pangkalan.
Baca Juga: AS Terus Gelar Latihan Perang di Indo-Pasifik
”Angkatan Udara AS dan Korsel bekerja sama untuk menyelenggarakan operasi udara dalam bentuk beragam. Selain dukungan logistik, operasi gawat darurat, juga serangan dan penangkalan serangan udara. Ada latihan pertahanan pangkalan udara oleh pasukan di darat,” sebut pernyataan Angkatan Udara AS yang disiarkan sebelum latihan dimulai.
Departemen Pertahanan AS menyebut, Vigilant Storm sudah lama direncanakan. Juru bicara Dephan AS Brigadir Jenderal Pat Ryder mengatakan, latihan itu akan meningkatkan kemampuan saling bertukar keterampilan dan peralatan di antara AU AS dan sekutu serta mitranya.
”Tujuan latihan ini menunjukkan keseriusan AS membela Korsel dan sekutu di kawasan,” kata Ryder.
AS-Korsel nyaris tidak pernah berhenti latihan bersama dalam beberapa bulan terakhir. Selain latihan di Korsel, militer kedua negara juga berlatih di kawasan lain.
Seluruh skenario latihan AS-Korsel di Korsel berupa variasi menyerang atau membalas serangan Korut. Karena itu, Korut bolak-balik mengecam rangkaian latihan tersebut.
Tidak hanya mengecam, Korut juga menembakkan rudal berkali-kali. Walakin, belum pernah Korut menembakkan rudal sebanyak Rabu kemarin.
Pada Jumat lalu, Korut sudah menembakkan dua rudal. Beberapa waktu sebelumnya, Korut juga beberapa kali menembakkan rudal. Bahkan, ada pula rudal Korut melintasi daratan Jepang.
Pyongyang menegaskan, penembakan berulang kali itu sebagai upaya mempertahankan diri. Korut merasa terancam oleh pengerahan pasukan AS, Jepang, dan Korsel secara besar-besaran dalam beberapa waktu terakhir. Karena itu, Pyongyang harus menunjukkan kesiapan menanggapi ancaman AS dan sekutunya.
Manuver Korut ditanggapi Korsel secara keras. Sudah beberapa kali Seoul balas menembakkan rudal selepas Pyongyang menembak. (AFP/REUTERS)