Netanyahu dan Koalisi Sayap Kanan Diprediksi Memenangi Pemilu Israel
Hasil jajak pendapat memprediksi partai sayap kanan memenangi pemilihan umum Israel. Hal itu membuat peluang Benjamin Netanyahu, pemimpin Partai Likud, untuk berkuasa kembali terbuka.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
TEL AVIV, SELASA — Hasil jajak pendapat terhadap pemilih yang baru saja memberikan suara (exit poll) memperlihatkan dukungan terhadap mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu cukup besar meski tidak mencolok. Situasi ini membuat peluang Netanyahu, yang disokong kekuatan politik sayap kanan, untuk kembali berkuasa terbuka lebar.
Pemilu yang berlangsung pada Selasa (1/11/2022) adalah pemilihan kelima dalam kurun 4 tahun terakhir. Pemilihan berlangsung setelah pemerintah pimpinan Perdana Menteri Naftali Bennet membubarkan parlemen, Juli lalu.
Seperti pada pemilu-pemilu sebelumnya, pemungutan suara berlangsung ketat. Jajak pendapat yang disiarkan di tiga stasiun televisi utama Isarel, yang menurut laman Times of Isrel sering kali tidak akurat, semuanya memprediksi Netanyahu dan sekutu garis kerasnya bisa menguasai 61 tau 62 kursi Knesset (parlemen Israel). Jika jajak pendapat itu akurat, hasilnya akan membuat Partai Likud pimpinan Netanyahu bersama Zionisme Agama, Partai Haredi Shas, dan United Torah Yudaism dapat membentuk pemerintahan.
Partai Yesh Atid, yang dipimpin penjabat PM Israel Yair Lapid, menurut hasil jajak pendapat, mengumpulkan 54-55 kursi. Empat kursi tersisa dimiliki oleh Hadash Ta’al.
Hasil jajak pendapat itu disambut gembira Netanyahu dan para pendukungnya. ”Ini awal yang baik. Hanya itu yang bisa saya katakan sekarang,” kata Netanyahu dalam siaran langsung video di Instagram.
Dia mengingatkan pada para pendukungnya bahwa perhitungan masih panjang. ”Itu (kemenangan) tergantung penghitungan suara yang sebenarnya, yang kita tidak tahu. Exit poll bukan real count,” ujarnya.
Netanyahu adalah perdana menteri terlama Israel, memerintah selama 12 tahun berturut-turut sejak tahun 2009. Kekuasaannya berakhir pada pertengahan 2021 setelah pemungutan suara di Knesset dimenangi oleh koalisi oposisi dengan hasil 60-59. Bennet menggantikan posisinya sebagai perdana menteri.
Klaim kemenangan
Akan tetapi, beberapa partai yang berbasis agama dan berkoalisi dengan Partai Likud telah menyatakan kemenangannya. ”Hari ini Zionisme Agama membuat sejarah dengan hasil terbesar yang pernah ada untuk sebuah partai nasional-agama sejak berdirinya negara,” cuit pemimpin Partai Zionisme Agama Bezalel Smotrich.
Berdasar hasil jajak pendapat, partai ini bersama Otzma Yehudit, diprediksi memperoleh 14-15 kursi di parlemen. Kondisi ini membuatnya menjadi partai terbesar ketiga di Knesset. Dengan hasil ini, Smotrich menjanjikan pemerintahan sayap kanan, nasionalis yang berbasis pada kelompok Yahudi dan Zionis.
Klaim kemenangan juga disampaikan pemimpin Partai Otzma Yehudit, Itamar Ben-Gvir. Ben-Gvir, yang salah satu posko kemenangannya berdiri di atas lahan rumah milik warga Palestina bernama Fatimah, dalam pidatonya bersumpah utuk menegaskan kembali kepemilikan Israel atas seluruh lahan yang kini telah diduduki.
”Mereka semua menginginkan perubahan nyata. Kepemimpinan yang akan melestarikan Tanah Israel dan menyelesaikan Yudea dan Samaria,” kata Ben-Gvir, mengacu pada penamaan Tepi Barat dengan nama-nama dalam Alkitab.
”Waktunya telah tiba bagi anak-anak kita untuk dapat berjalan dengan aman di jalanan. Waktunya telah tiba bagi kita untuk menegaskan kembali kepemilikan negara ini,” kata Ben-Gvir, yang disambut sorak-sorai para pendukungnya.
Ben-Gvir adalah murid Meir Kahane, seorang rabi yang dikenal sebagai rasis. Kahane dan partainya, Partai Kachnya, diberi stempel sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat sebelum dia dibunuh di New York pada 1990. Agenda Kahane yang terkenal di antaranya menyerukan pelarangan pernikahan campuran antara Arab dan Yahudi, pencabutan kewarganegaraan Israel warga Arab, dan mengusir sejumlah besar orang Palestina.
Berbeda dengan Kahane yang dipandang sebagai paria, Ben-Gvir adalah salah satu politisi Israel yang paling populer. Kemunculannya di berbagai media untuk menyerukan sikap keras terhadap Palestina membuatnya mendapat dukungan banyak pihak. Pemuda ultra-Ortodoks adalah salah satu pendukung terkuatnya.
Berjuang sampai akhir
Lapid, pemimpin Partai Yesh Atid, mencoba bersikap tenang atas hasil jajak pendapat itu. Dia mengatakan, terlalu dini bagi semua pihak untuk membuat kesimpulan tentang hasil pemilihan. ”Belum ada yang bisa disimpulkan sampai suara dihitung. Kami akan menunggu dengan sabar hingga hasil akhir keluar. Sampai amplop terakhir dihitung, tidak ada yang selesai dan tidak ada yang final,” katanya.
Berdasarkan hasil simulasi internal partai, Lapid meyakini perolehan suara partainya pada pemilihan kali ini juga signifikan. ”Jutaan warga pergi ke tempat pemungutan suara dan mengatakan mereka percaya pada masa depan dan kekuatan perubahan,” kata Lapid, dikutip dari laman The Jerusalem Post.
Lapid merefleksikan kepemimpinan singkatnya sebagai penjabat perdana menteri dengan pemeritahan sigap, terutama untuk mengurangi beban ekonomi tinggi yang di tengah krisis global. Tidak hanya itu, dalam bidang politik dan keamanan, ia menyatakan pemerintahannya tidak takut untuk bertindak tegas menghadapi para musuh. ”Kami tidak berniat untuk berhenti,” kata Lapid.
Lapid adalah arsitek koalisi terakhir, yang untuk pertama kalinya membawa sebuah partai Arab independen ke dalam koalisi berkuasa. Lapid membuat kejutan ketika pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan kembali solusi dua negara untuk Paletina dan Israel dalam pidatonya.
Akan tetapi, pencabutan dukungan Partai Ra’am membuat koalisi pelangi yang dipimpin Bennet-Lapid goyah dan berujung pada berakhirnya kekuasaan Bennet. Ra’am diprediksi akan memperoleh lima kursi di Knesset. (AP/AFP)