Mantan PM Israel Benjamin Netanyahu Diadili dalam Kasus Korupsi
Netanyahu didakwa telah menipu, melanggar kepercayaan, sekaligus menerima suap. Pengadilan Netanyahu yang dimulai tahun 2020 telah memolarisasi Israel, antara pendukung dan penentangnya.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
JERUSALEM, SENIN — Sidang perdana yang mendudukkan mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (72) sebagai terdakwa kasus korupsi digelar di Jerusalem, Senin (22/11/2021). Sidang itu menghadirkan Nir Hefetz, mantan juru bicara Netanyahu, selaku saksi.
Netanyahu didakwa telah menipu, melanggar kepercayaan, sekaligus menerima suap. Mantan perdana menteri yang kini menjadi sosok utama di kelompok oposisi Pemerintah Israel itu membantah melakukan aneka kesalahan tersebut. Hefets dihadirkan sebagai saksi utama yang memberatkan posisi Netanyahu.
Hefetz meninggalkan karier panjang di dunia jurnalistik pada tahun 2009 untuk bekerja sebagai juru bicara pemerintah bagi Netanyahu. Mulai tahun 2014 ia menjadi juru bicara dan penasihat keluarga Netanyahu. Pada tahun 2018, setelah ditangkap terkait dengan salah satu kasus korupsi Netanyahu, Hefetz menandatangani kesepakatan sebagai saksi negara dan memberikan rekaman percakapannya dengan Netanyahu dan keluarganya kepada penyelidik.
Kesaksian Hefetz tertunda sepekan setelah pengacara pembela Netanyahu meminta waktu untuk meninjau bukti baru. Informasi yang terakhir muncul pekan lalu adalah tuduhan terhadap istri Netanyahu, Sara. Sara dikabarkan telah menerima sebuah gelang mahal sebagai hadiah dari dua temannya, produser Hollywood Arnon Milchan dan miliarder Australia James Packer.
Netanyahu mendapatkan tiga dakwaan dalam tiga kasus terpisah.
Netanyahu muncul di Pengadilan Distrik Jerusalem pada Senin pagi diapit sesama politisi Partai Likud. Netanyahu mendapatkan tiga dakwaan dalam tiga kasus terpisah. Dakwaan pertama adalah menerima hadiah senilai ratusan ribu dollar AS dari koleganya, termasuk Milchan dan Packer.
Dalam kasus kedua, Netanyahu dituduh mengatur liputan di sebuah surat kabar besar Israel. Liputan yang bernada positif itu dijanjikan imbalan berupa promosi undang-undang yang akan merugikan saingan utama surat kabar itu. Saingan surat kabar itu adalah sebuah harian pro-Netanyahu.
Kasus dakwaan ketiga dijuluki Kasus 4000. Dalam kasus itu, Netanyahu didakwa mempromosikan UU senilai ratusan juta dollar AS kepada pemilik raksasa telekomunikasi Israel, Bezeq. Mirip kasus kedua, Netanyahu meminta liputan positif di situs berita Walla yang berafiliasi dengan Bezeq sebagai imbalannya.
Dalam kesaksian pembukaan, Hefetz menyebut Netanyahu orang yang gila pemberitaan. Sosok dan penampilannya harus senantiasa dicitrakan positif. ”Kontrolnya atas segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah media dan saluran media sosialnya sangat tinggi,” kata Hefetz.
Netanyahu telah lama menolak seruan untuk mundur dari kursi PM, bahkan setelah didakwa pada tahun 2019. Dia menggunakan podium PM untuk berulang kali mengecam penegakan hukum, media, dan pengadilan. Netanyahu juga diduga melakukan serangan-serangan balik secara tersembunyi.
Persidangan atas Netanyahu secara resmi dimulai pada 2020. Pada saat bersamaan, Israel kemudian jatuh dalam krisis politik selama dua tahun. Dalam kurun waktu itu Israel menggelar pemilihan umum empat kali. Para pemilih menemui jalan buntu atas kepemimpinan pemerintah dan dakwaan Netanyahu.
Sidang atas Netanyahu diperkirakan memakan waktu bertahun-tahun meski awal tahun ini Netanyahu dan Partai Likud yang berkuasa sejak lama telah digulingkan dari kekuasaan. Penggulingan itu terwujud setelah koalisi bersatu membentuk oposisi.
Netanyahu tidak diwajibkan untuk selalu hadir dalam sidang pengadilan. Dia tidak berkomentar kepada wartawan ketika slogan-slogan diteriakkan di jalan-jalan oleh sekelompok pendukungnya. Para pendukung itu berhadap-hadapan dengan sekelompok orang anti-Netanyahu.
Pengadilan Netanyahu telah memolarisasi Israel. Pendukung setianya meratapi karena Netanyahu dianggap diserang secara brutal oleh sayap kiri yang menargetkan pemimpin sayap kanan yang populer. Adapun para pengkritiknya mengklaim proses pengadilan itu sebagai kemenangan hukum atas korupsi pemerintah yang parah. Korupsi telah menjerumuskan Israel ke dalam kekacauan politik setidaknya dua tahun terakhir. (AP/AFP)