Di tengah suasana Kongres Nasional Ke-20 Partai Komunis China yang serius, ada ”drama” mantan Presiden Hu Jintao digandeng keluar ruangan pertemuan di Balai Agung Rakyat. Kabarnya karena sedang tak enak badan.
Oleh
LUKI AULIA dari BEIJING, CHINA
·4 menit baca
Baru saja rombongan wartawan masuk ke ruangan pertemuan Balai Agung Rakyat dan belum sampai duduk di kursi, tiba-tiba wartawan foto dan juru kamera sibuk mengarahkan kamera ke barisan paling depan kursi pimpinan dan sesepuh Partai Komunis China. Dari kejauhan terlihat mantan Presiden China Hu Jintao sedang berdiri sambil digandeng seorang staf dan berbicara dengan Presiden China Xi Jinping.
Semua mata terfokus pada Hu, Sekretaris Jenderal Partai Komunis China (PKC) tahun 2002-2012, yang wajahnya tampak bingung dan kesal. Hu yang duduk di sebelah kiri Xi digandeng keluar tepat sebelum pemungutan suara akhir sesi Kongres Nasional Ke-20 Partai Komunis China, Sabtu (22/10/2022) siang.
Hu terlihat sempat bertanya kepada Xi dan Perdana Menteri Li Keqiang. Keduanya hanya mengangguk. Xi mencegah Hu (79) mengambil beberapa kertas dengan meletakkan tangannya di atas kertas-kertas itu. Li Zhanshu, salah satu petinggi partai, sempat berdiri untuk membantu Hu saat dia pergi, tetapi ditarik kembali ke bawah Wang Huning, salah satu anggota Komite Tetap Politbiro PKC.
”"Drama” singkat ini menarik lantaran sebelumnya wartawan harus menunggu di luar selama hampir 1 jam karena kabarnya rapat belum selesai. Rasa penasaran baru terjawab setelah kantor berita China, Xinhua, mengabarkan bahwa Hu digandeng keluar karena merasa tidak enak badan dan butuh istirahat. Kabar itu pun baru muncul pukul 22.00 di media sosial. Pertanyaannya, kalau memang sakit, kenapa Hu sepertinya tampak enggan meninggalkan ruangan?
Acara apa pun di China biasanya sudah sangat terencana, apalagi untuk acara sekelas kongres nasional. Tidak akan ada insiden yang mendadak terjadi atau tidak terduga. Semua sudah diatur dan diantisipasi kemungkinan apa pun yang bisa terjadi. Jika mengingat ini, bisa berarti insiden Hu itu ”drama” saja atau bukan suatu kebetulan. Pasalnya, Hu masih ikut dalam rapat sebelum pemungutan suara dan penutupan kongres.
Ada dua kemungkinan. Menurut BBC News, 22 Oktober, kepergian Hu itu bagian dari upaya menunjukkan kekuatan politik China dan menepikan sesepuh partai yang secara simbolis mewakili masa lalu. Atau, kemungkinan lain, Hu memang memiliki masalah kesehatan yang serius.
Hu disebutkan pada hari pertama kongres sudah terlihat lemah hingga harus dibantu seorang pejabat untuk masuk ke ruangan. Setelah insiden drama Hu itu, banyak spekulasi bertebaran dan mayoritas lebih ”suka” teori konspirasi mengingat hubungan yang kurang harmonis antara Hu dan Xi yang menggantikan posisi Hu sebagai pemimpin partai pada tahun 2012.
Hu sebenarnya lebih memilih anak didiknya, Li Keqiang, untuk menggantikan dirinya. Akan tetapi, Li yang tergabung dalam faksi Liga Pemuda Komunis yang dipimpin Hu mendapat tempat nomor 2 dalam hierarki partai. Sekarang, Li malah tak masuk dalam daftar Komite Tetap Politbiro yang beranggotakan 205 orang. Li dan dua petinggi lain yang juga ditunjuk di era Hu dicopot dari komite dengan alasan akan pensiun. Xi mengarahkan China ke ”era baru” yang jauh dari warisan mantan pemimpin Deng Xiaoping, yang memiliki kebijakan membangkitkan ekonomi dengan reformasi berorientasi pasar.
Deng dulu memilih Hu sebagai pemimpin PKC. Deng menempatkan Hu di Komite Tetap Politbiro ketika usianya 49 tahun. Hu mewakili model yang sangat berbeda untuk China dari model Xi. Hu menjalankan kepemimpinan yang jauh lebih kolektif dan menyeimbangkan berbagai faksi yang diwakili di Komite Tetap Politbiro.
Masa Hu berkuasa (2003-2013) adalah masa China membuka diri terhadap dunia luar dan semakin toleran pada ide-ide baru. Olimpiade Beijing 2008 menjadi puncak eksposur internasional China. Perusahaan asing banyak masuk ke China, wisatawan berdatangan, internet lebih bebas, media lokal mulai melakukan jurnalisme yang layak, dan reputasi global China terus meningkat.
Namun, ada yang menganggap apa yang dilakukan Hu sia-sia belaka meski pertumbuhan ekonominya konsisten dua digit. Apalagi, Foreign Policy, 22 Oktober 2022, menyebutkan, selama masa kekuasaan Hu, kasus korupsi merajalela dan kebebasan berbicara secara daring dianggap tidak terkendali. Sebagian besar anggota partai juga lebih sibuk menghasilkan uang daripada menegakkan garis partai. Ini yang dianggap berbahaya bagi partai. Posisi Hu tidak sekuat Xi sekarang karena masa kekuasaannya masih dalam era yang disebut kepemimpinan kolektif dan Hu harus bersaing dengan pengaruh pendahulunya, Jiang Zemin.
Kini, Xi punya gaya berbeda dengan menempatkan dirinya sebagai ”inti” dan tidak bisa digugat. Xi mendorong sentimen nasionalisme, menunjukkan sedikit kepedulian terhadap apa yang orang lain pikirkan tentang penanganannya terhadap apa pun. Xi juga telah melanggar tradisi dengan menolak berkonsultasi dengan pejabat senior partai seperti Hu.
Hu hadir di kongres sebagai delegasi yang diundang secara khusus, seperti kebiasaan para pensiunan pejabat senior. Hu duduk di atas panggung di sebelah Xi. Apakah dia dapat mengambil bagian dalam diskusi, itu yang tidak diketahui karena merupakan bagian dari kerahasiaan.
Sejak tak lagi menjabat sebagai presiden, Hu jarang terlihat di depan umum. Mungkin sejak ”drama” Sabtu lalu itu, ia akan semakin jarang terlihat. Bisa jadi kita tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik ”drama” itu. Namun, setidaknya kejadian itu masih ramai diperbincangkan secara daring dan akan tetap menjadi bahan obrolan menarik di kalangan wartawan.