Di Tengah Konflik, Penjualan Senjata AS Melonjak 40 Persen
Invasi Rusia ke Ukraina dan sejumlah konflik yang tengah berlangsung telah membantu meningkatkan jumlah permintaan persenjataan dari AS.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Nilai penjualan senjata Amerika Serikat sepanjang tahun fiskal 2022 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, dari sekitar 35 miliar dollar AS menjadi 50 miliar dollar AS. Nilai penjualan senjata tahun ini hampir menyamai angka penjualan sebelum pandemi Covid-19. Diperkirakan angka ini akan terus naik seiring meningkatnya kebutuhan dunia untuk memperkuat sistem pertahanan dan masih berlangsungnya konflik.
Saya bisa mengatakan bahwa kami telah menikmati rebound (pemulihan) dalam penjualan senjata. Saya pikir nantinya, selama tiga tahun ke depan atau lebih, akan ada peningkatan lagi. Saya tidak yakin seberapa curam lerengnya,” kata Direktur Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan Departemen Pertahanan AS James Hursch pada konferensi Asosiasi Angkatan Darat (AUSA) di Washington DC, Rabu (12/10/2022).
Dikutip dari laman Breakingdefense, media daring berbasis di Washington yang mengulas industri persenjataan global, penjualan senjata kepada mitra dan sekutu pada tahun fiskal 2022, yang berakhir 30 September, memberikan keuntungan sekitar 15 miliar dollar AS bagi pemerintah dibandingkan tahun sebelumnya.
Hursch mengakui, invasi Rusia ke Ukraina dan sejumlah konflik yang tengah berlangsung telah membantu meningkatkan jumlah permintaan persenjataan dari AS. Tak hanya itu, minat sejumlah negara Eropa untuk memperbaiki postur pertahanan serta meningkatnya ketegangan di wilayah Indo-Pasifik, termasuk ketegangan di Selat Taiwan dan Laut China Selatan, membuat permintaan meningkat.
”Mereka mengambil pelajaran dari konflik yang terjadi dan kita saksikan sekarang ini. Mereka memilih jenis dan sistem persenjataan yang harus mereka miliki,” kata Hursch.
Dikutip dari laman Departemen Pertahanan AS, sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari, Pemerintah AS telah menyalurkan bantuan persenjataan senilai 5,6 miliar dollar AS kepada Ukraina. Sejauh ini, mereka mengirimkan lebih dari 1.400 sistem pertahanan antipesawat Stinger, 6.500 roket Javelin, 700 sistem udara tak berawak (UAV) Switchblade, lebih dari 220.000 peluru artileri 105 milimeter (mm), 108 howitzer, serta beberapa sistem pertahanan udara HIMARS dengan amunisinya.
Mengutip laman Securityassistance.org, penjualan tahun 2022 hampir menyamai penjualan tahun 2020 yang mencapai 50,8 miliar dollar AS. Akan tetapi, angka penjualan itu lebih kecil dibandingkan angka penjualan pada rentang tahun 2017-2019 yang mencapai rata-rata 51 miliar dollar AS.
Wilayah Asia Timur dan Pasifik menjadi konsumen terbesar persenjataan AS selama dua tahun terakhir. Persentase belanja dari kawasan ini mendekati 40 persen dari total angka penjualan senjata AS tahun 2022. Setelah itu diikuti Afrika Utara dan Timur Tengah (MENA) sebesar 30 persen dan Eropa serta Eurasia sebesar 27 persen.
Ukraina
Di Ukraina, pertempuran di beberapa wilayah terus terjadi sepanjang Kamis. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut pasukannya berhasil menghalangi percobaan serangan ke Orlyanka dan Kotyarovka, dua daerah di Kherson yang saat ini telah dicaplok Rusia.
Melalui saluran Telegram, Kementerian Pertahanan Rusia juga menyebut telah menggagalkan upaya militer Ukraina merebut kembali Stelmakhovka dan Rozovka, yang berada di wilayah Luhansk. Setidaknya militer Ukraina kehilangan 55 orang anggota pasukan, tiga tank, serta beberapa kendaraan tempur lain dalam pertempuran di kedua wilayah.
Di wilayah selatan, kota Mykolaiv menjadi salah satu tujuan serangan militer Rusia. Wali Kota Mykolaiv Oleksandr Sienkevych melalui media sosial menyatakan, sebuah bangunan tempat tinggal lima lantai dihantam roket-roket Rusia. Dua lantai atas hancur total. ”Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun ditemukan di bawah puing-puing dan tujuh orang lainnya mungkin masih berada di sana,” katanya.
Upaya Ukraina untuk merebut kembali wilayah yang telah dikuasai Rusia diharapkan terus dilakukan, termasuk di musim dingin yang segera tiba. Sejumlah negara anggota NATO, termasuk AS, Inggris, dan Jerman, akan memastikan kebutuhan persenjataan agar serangan militer Ukraina memberikan hasil maksimal.
”Saya berharap Ukraina terus melakukan segala yang bisa dilakukan sepanjang musim dingin untuk mendapatkan kembali wilayahnya dan menjadi efektif di medan perang. Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan mereka memiliki apa yang diperlukan untuk menjadi efektif,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin jelang pertemuan anggota NATO di Brussels, Belgia, Rabu (12/10/2022). Sekitar 50 negara berjanji membantu Ukraina.
Setelah AS dan Jerman berjanji mengirimkan tambahan persenjataan bagi Ukraina, kini giliran Inggris yang mengirimkan sistem pertahanan udara. ”Roket AMRAAM akan diberikan dalam beberapa minggu mendatang untuk digunakan dengan sistem pertahanan udara NASAMS yang dijanjikan AS,” sebut pernyataan Kementerian Pertahanan Inggris.
Komandan Pasukan Gabungan Angkatan Bersenjata Ukraina Serhii Naiev mengatakan, Ukraina memiliki kesempatan untuk bisa unggul dari militer Rusia jika bantuan persenjataan dari sekutunya tiba tepat waktu. Naiev, dikutip dari laman Ukrinform, mengatakan, tambahan pasukan Rusia sebanyak 300.000 orang masih membutuhkan waktu untuk bisa bertempur secara efektif. Di atas kertas, tambahan itu bisa dipecah menjadi empat divisi, termasuk tiga hingga empat batalyon pasukan teritorial. Menurut dia, kondisi itu tidak akan berjalan cepat karena pasukan tambahan membutuhkan waktu untuk berlatih.
”Di depan, semuanya akan bergantung pada sumber daya yang dimiliki musuh dan sumber daya yang kami dapat dari sekutu Barat. Soal persenjataan, senjata Barat lebih maju, presisi tinggi. Jika kami tepat waktu menerima jumlah amunisi dan peralatan militer yang diperlukan, kami akan memiliki keunggulan,” kata Naiev. (AP/AFP/REUTERS)