Nobel Ekonomi 2022 untuk Trio Ekonom atas Riset tentang Peran Vital Perbankan
Tiga ekonom Amerika Serikat mendapat penghargaan Nobel Ekonomi 2022 atas riset-riset mereka tentang bank dan krisis keuangan.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
STOCKHOLM, SENIN — Lembaga perbankan merupakan urat nadi perekonomian yang harus selalu solid. Sebab, perbankan yang kacau dan tidak berfungsi justru bisa memperdalam krisis. Oleh karena itu, perbankan harus diawasi ketat agar tidak bangkrut. Akan tetapi, saat bank bangkrut, tetap ada acara untuk membuatnya fungsional, yakni dengan intervensi pemerintah.
Demikian alasan John Hassler, anggota Komite Hadiah Nobel Ekonomi, memberikan argumentasi saat pengumuman pemenang Hadiah Ekonomi Nobel 2022 di Stockholm, Swedia, Senin (10/10/2022). Para pemenang Nobel Ekonomi kali ini adalah Ben Bernanke, Gubernur Bank Sentral AS (2006-2014) dan kini anggota senior untuk studi ekonomi di The Brookings Institution; Douglas W Diamond dari Universitas Chicago (AS); dan Philip H Dybvig dari Universitas Washington di St Louis (AS).
Ketiga ekonom asal AS itu diganjar dengan penghargaan Nobel Ekonomi atas riset-riset mereka tentang bank dan krisis keuangan. Hassler mengatakan, Diamond dan Dybvig menunjukkan peran vital perbankan. Perbankan itu sendiri harus menjaga kepercayaan nasabah dengan memelihara likuiditas agar terhindar dari serbuan nasabah.
Perbankan juga harus menjaga agar dana-dana jangka pendek tidak ditempatkan pada aset yang menghasilkan dalam jangka panjang. Meski ditempatkan pada pinjaman berjangka panjang, perbankan harus mengukur kelayakan pendanaan untuk itu dan juga permodalan guna menjaga kekuatan keuangan.
Akan tetapi, perbankan itu sendiri juga tidak dijamin disiplin. Hal ini membuka ruang untuk pengaturan perbankan. Diamond dalam jumpa pers melalui telekonferensi video mengatakan, ”Kini perbankan dalam posisi lebih solid ketimbang menjelang krisis ekonomi AS 2008.” Pencegahan kebangkrutan harus dilakukan seketat mungkin dan sedini mungkin agar tidak berdampak pada kekacauan ekonomi. ”Andaikan Lehman Brothers pada 2008 bisa dicegah agar tidak bangkrut, kekacauan perekonomian bisa dihindari,” kata Diamond.
Riset mereka memperkuat pentingnya keberadaan lembaga penjaminan simpanan, termasuk asuransi deposito. Di dalam kekacauan perbankan, ketakutan nasabah bisa memicu krisis perbankan lebih mendalam. Peran lembaga penjamin simpanan berperan mengurangi kepanikan nasabah sehingga tidak merunyamkan peran intermediasi perbankan.
Riset 1983
Penghargaan pada Ben Bernanke didasarkan pada risetnya yang dituangkan pada makalah di tahun 1983 berjudul ”Non-Monetary Effects of The Financial Crisis in The Propagation of The Great Depression”. Alumnus Massachusetts Institute of Technology (MIT) lulusan 1979 ini meneliti krisis malaise perekonomian AS yang terjadi pada 2029.
Ada rangkaian kegagalan debitor sekaligus kekacauan perbankan, termasuk akibat serbuan nasabah. Poin penting dari risetnya itu adalah tentang resesi besar perekonomian AS pada 1929, yang berlangsung lama, hingga 10 tahun kemudian. Dia menemukan kegagalan fungsi perbankan yang membuat perekonomian semakin terpuruk.
Kala krisis pada 1929 itu terjadi, nasabah dengan pinjaman lancar juga turut kesulitan mendapatkan pembiayaan. Nasabah yang masih memiliki uang juga tidak memiliki kepercayaan untuk menempatkan dana di bank yang masih ada. Perbankan lumpuh serta semakin memperdalam dan memperlama kelangsungan krisis.
Bernanke mengambil sisi lain dari riset yang pernah dilakukan Milton Friedman Bersama Anna J Schwartz yang dituangkan dalam makalah berjudul ”A Monetary History of The United State 1867-1960”. Milton dan Schwartz melihat kegagalan perbankan dari sisi moneter. Bernanke melakukan studi kegagalan perbankan dari sisi non-moneter.
Kesimpulan Bernanke adalah bahwa kegagalan perbankan, jika dibiarkan, akan sulit memulihkan perekonomian. Hal itu membuka ruang untuk intervensi pemerintah dengan menyuntikkan dana ke perbankan. Perbankan ditolong agar kembali meraih kepercayaan nasabah dan bisa melanjutkan perannya.
Jika perbankan ditunggu menyelesaikan persoalannya hingga kembali sehat, hal itu akan membuat pemulihan ekonomi berlangsung lama. Riset ini membuat Bernanke mengatasi perekonomian yang kacau pada 2008 dengan menyuntikkan dana ke pasar lewat perbankan. Baru kemudian perbankan AS ditata ulang lewat peraturan agar lebih disiplin.
Asas ketidakadilan
Akan tetapi, ada pertanyaan tentang asas ketidakadilan di balik pertolongan kepada perbankan. Untuk apa menolong perbankan yang ceroboh dengan beban pajak dari masyarakat. Ada persoalan lanjutan untuk menjawab pertanyaan itu. Memulihkan perekonomian dengan cepat dan bermanfaat bagi masyarakat atau mempertanyakan keadilan.
Diamond tidak menepis isu keadilan tersebut. Namun, ia mengatakan, memulihkan perbankan dan perekonomian juga berefek baik pada masyarakat.
Dalam jumpa pers, kepada Diamond juga dipertanyakan soal potensi krisis yang sedang bergaung secara global. Ia mengatakan, ada masalah di lembaga keuangan nonbank, yang mungkin turut mendorong krisis, termasuk lembaga asuransi, seperti terjadi di Inggris sekarang. ”Pesan penting bagi perbankan adalah tetap siap sedia menghadapi eksternalitas,” kata Diamond.
Juga disinggung oleh Diamond soal kebijakan moneter dan fiskal yang sangat longgar sekian tahun, yang mendorong inflasi dan kini menyebabkan sejumlah bank sental di dunia menaikkan suku bunga. Risikonya adalah potensi resesi besar global.
Terkait dengan potensi krisis tersebut, yang berpotensi memunculkan kemelut perbankan, riset Bernanke juga dianggap tetap berlaku. Perbankan tetap dijaga agar bisa melanjutkan peran intermediasi. Akan tetapi, perbankan itu sendiri juga dituntut untuk siap memiliki skenario agar bisa mencegah kegagalan keuangan perusahaan.
Namun, riset mereka bertiga tidak akan bisa menjawab situasi sekarang. Inflasi yang tinggi dan memerlukan pengetatan peredaran uang, intervensi bank sentral dengan menyuntikkan dana ke pasar dan perbankan, hanya akan menyulut inflasi yang lebih tinggi. Inilah persoalan yang belum terjawab sekarang, bagaimana mengantisipasi krisis besar mendatang. (REUTERS/AP/AFP)