Keluarga Amini dan Shakarami Tolak Visum Pemerintah
Keluarga Mahsa Amini dan Nika Shakarami menolak hasil visum pemerintah soal kematian anak mereka. Sementara, Pemerintah Iran menahan puluhan orang yang diduga menjadi dalang kerusuhan di negara tersebut.
TEHERAN, SABTU – Keluarga Nika Shakarami, gadis muda peserta aksi yang dinyatakan meninggal dunia setelah hilang selama 10 hari, menolak pernyataan pemerintah bahwa putrinya tewas karena terjatuh dari sebuah gedung. “Hilangnya” jenazah Nika saat akan dimakamkan oleh keluarga sebagai salah satu indikasi penutupan jejak penyebab kematian Nika yang sebenarnya.
Dalam sebuah pesan video yang disiarkan oleh Radio Farda, cabang Radio Free Europe/Radio Liberty yang didanai Pemerintah Amerika Serikat, Kamis (6/10/2022), Nasreen Shakarami (Ibu korban) mengatakan, laporan forensik menunjukkan bahwa Nika telah meninggal karena pukulan berulang di kepala.
“Tubuh Nika masih utuh. Akan tetapi gigi, tulang di wajah dan bagian belakang tengkoraknya patah. Kerusakan ada di kepalanya,” kata Nasreen.
Nasreen mengatakan, putrinya, yang akan merayakan ulang tahunnya ke-17 pada 2 Oktober kemarin, meninggalkan rumahnya di Teheran pada Senin (19/19/2022) sore. Dia berencana ikut serta aksi protes kematian Mahsa Amini (22), perempuan Iran berdarah Kurdi yang diduga tewas setelah ditahan oleh polisi moral Iran.
Nasreen menyatakan, sebelum telepon selularnya tidak bisa dihubungi, dirinya meminta Nika untuk pulang ke rumah karena perkembangan situasi di lapangan. Selama beberapa jam, dia berulang kali meminta Nika untuk kembali ke rumah. Permohonannya terakhir disampaikan sebelum tengah malam. “Kemudian ponsel Nika mati, setelah dia dan teman-temannya meneriakkan nama-nama pasukan saat mereka melarikan diri,” katanya.
Baca juga : Nika Shakarami, Setelah Mahsa Amini
Keesokan pagi, dia dan keluarga mencoba mencari keberadaan Nika ke sejumlah lokasi, termasuk ke kantor polisi dan penjara. Akan tetapi jejak Nika tidak diketahui hingga sembilan hari. Pada hari ke-10 datang pemberitahuan dari aparat keamanan agar keluarga mengambil jenazah Nika di sebuah penjara di Kahrizak, sebuah kota kecil di timur Teheran, Ibu Kota Iran.
Keluarga memutuskan untuk memakamkan Nika di kota asal sang ayah, Khoramabad. Akan tetapi, sebelum pemakaman dilakukan, pihak berwenang berulang kali menuntut untuk mengambil jenazah, yang sementara itu disimpan di kamar mayat Khoramabad. Pihak keluarga menolak karena mereka telah memiliki rencana sendiri.
Akan tetapi, menurut Nasreen, jenazah Nika dikeluarkan dan dibawa diam-diam ke sebuah desa terpencil untuk dimakamkan oleh otoritas di bawah pengamanan yang ketat.
Sejak konfirmasi kematiannya, Nika telah muncul sebagai ikon protes lainnya, bersama Amini. Foto Nika yang mengenakan kaus oblong hitam dengan gaya rambut bob two tone dan eyeliner yang stylish beredar luas di media sosial.
Baca juga : Amini dan Kejenuhan Terhadap Negara Yang Jadi Polisi Moral
Setelah informasi soal kematian Nika, yang sempat dilaporkan BBC Persia dan sejumlah media barat tersebar luas, saudara laki-laki dan perempuan Nasreen, Kianoush Shakarami dan Atash Shakarami, dikabarkan ditahan oleh aparat keamanan. Atash, kemudian mengatakan di TV Iran bahwa keponakannya jatuh dari gedung tinggi. Nasreen meyakini saudara-saudaranya telah ditekan untuk menggemakan versi pemerintah.
Versi pemerintah
Jaksa Teheran Mohammad Shahriari, dikutip dari kantor berita Iran IRNA mengatakan, tubuh Nika ditemukan oleh penduduk di sebuah bangunan, tidak jauh dari perempatan Amirakram di Teheran 21 September pagi. Penduduk yang menemukan tubuh perempuan yang tidak dikenal kemudian menghubungi polisi untuk mengidentifikasi korban.
“Polisi menemukan bahwa gadis muda bernama Nika Shakarami telah jatuh dari gedung yang berdekatan. Setelah pemeriksaan forensik menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda peluru di tubuhnya. Akan tetapi, dia mengalami luka karena jatuh,” menurut Shahriari.
Menurut keterangan warga yang dikumpulkan oleh polisi, warga sekitar mendengar suara berdebam. Rekaman kamera pengawas yang ada di lingkungant tersebut, kata Shariari, memperlihatkan seorang perempuan, yang diyakini adalah Nika, mendorong pintu sebuah bangunan yang sedang dibangun dan memasukinya.
“Semua pekerja di gedung yang sedang dibangun diselidiki dan pasukan kehakiman melanjutkan penyelidikan,” katanya.
Hasil Forensik Mahsa Amini
Organisasi Forensik Iran, Jumat (7/10/2022), mengumumkan penyebab kematian Mahsa Amini (22), yang tewas saat berada di tahanan polisi moral Iran. Organisasi itu menyebut kematian Amini bukan disebabkan pukulan di kepala atau organ vital lainnya.
“Kematian Amini terkait dengan "operasi tumor otak pada usia delapan,” kata organisasi itu dalam pernyataannya.
Kantor berita resmi IRNA mengutip pernyataan Organisasi Forensik Iran, Mahsa Amini meninggal karena hipoksia serebral, situasi di mana suplai oksigen ke otak berkurang. Organisasi forensik itu menemukan Amini menderita kegagalan beberapa organ tetapi kematiannya tidak disebabkan oleh trauma benda tumpul di kepala, organ dan bagian vital tubuh.
Baca juga : Apa yang Terjadi di Teheran?
Dalam keteragannya, organisasi itu juga menyatakan bahwa Amini mengalami aritmia jantung, hipotensi dan kehilangan kesadaran sebelum dibawa ke rumah sakit.
Keluarga Amini menolak laporan koroner, karena pihak berwenang gagal berkonsultasi dengan spesialis medis seperti yang diminta oleh keluarga, lapor BBC Persia. Ayah Mahsa Amini sebelumnya mengatakan mayat anaknya menunjukkan tanda-tanda yang jelas memar dan dipukuli.
Kelompok Teror
Dalam keterangan yang dikirimkan Kedutaan Besar Iran di Jakarta menyebutkan, selama beberapa hari terakhir, badan dan aparat keamanan Iran melakukan penangkapan orang-orang yang diduga menjadi dalang atas kerusuhan yang terjadi di berbagai lokasi di Iran.
Mengutip pernyataan Kedubes Iran di Jakarta, aparat keamanan menangkap 49 agen kelompok teroris MKO (Mojahedin-e-Khalq Organization) yang berbasis di Albania, 77 anggota kelompok separatis Kurdistan termasuk tentara bayaran rezim Zionis Israel yang dikenal sebagai KOMALAH, DEMOKRAT, PAK,PJAK, dan kelompok yang berafiliasi dengan mereka ditangkap, lima anggota kelompok NIIS dan tiga pemimpin organisasi Baha’i. Aparat keamanan, dalam pernyataan itu, disebut menyita bahan peledak seberat 36 kilogram yang dibawa oleh anggota kelompok NIIS yang diduga akan dimanfaatkan ketika momen kerusuhan.
Baca juga : Demo di Iran Masuki Pekan Ketiga, Garda Revolusi Kehilangan Dua Pejabat Senior
Penangkapan-penangkapan ini sejalan dengan pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang menyebut bahwa ada pihak yang bermain dan memanfaatkan protes damai warga sipil Iran.
“Beberapa orang yang turun ke jalan adalah sisa-sisa oknum yang sebelumnya mendapatkan pukulan dari Republik Islam seperti kelompok teroris MKO, kelompok separatis, kelompok monarki, dan keluarga dinas intelijen Shah Iran yaitu Savak,” kata Khamenei, dikutip dalam pernyataan yang dikeluarkan Kedubes Iran.
Dia menambahkan, yang diinginkan oleh kelompok ini permusuhan dengan bangsa dan negara Iran, menciptakan kerusuhan, menghancurkan keamanan negara, dan memprovokasi orang-orang yang mungkin bisa diprovokasi dengan sejumlah kegemparan.
“Mereka (pihak musuh) menginginkan Iran seperti masa Pahlavi (Shah Iran), yang selalu patuh pada perintah mereka," kata Khamenei.
Masih di dalam pernyatannya, Khamenei mengatakan, banyak perempuan warga Iran juga tidak mengenakan hijab secara sempurna. Akan tetapi, mereka mendukung keberadaan Republik Islam Iran.
“Pihak musuh tidak bisa melihat negara kami sebagai negara yang mandiri, kuat dan Islami,” kata Khamenei. (AP/AFP)