Orang Kurdi di luar Iran menjadi motor utama protes terkait Amini di berbagai negara Eropa. Sudah 83 orang tewas dalam rangkaian unjuk rasa selepas meninggalnya Amini.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kedutaan Besar Iran di Jakarta menegaskan belum ada bukti kekerasan terhadap mendiang Mahsa Amini. Teheran berjanji akan terus menyelidiki kasus itu dan menemukan penyebab kematian perempuan Kurdi tersebut.
Dalam pernyataan yang disiarkan pada Jumat (30/9/2022), Kedutaan Besar Iran di Jakarta menegaskan, pencarian sebab kematian Amini akan terus dilakukan. ”Iran tidak akan membiarkan hak-hak Mahsa Amini dan keluarga yang ditinggalkan dilanggar jika ada yang dinyatakan bersalah karena kelalaian atau kesalahan,” demikian tertulis dalam pernyataan itu.
Sejauh ini, berdasarkan hasil otopsi, tidak ditemukan sisa pendarahan, kehancuran, atau pecahnya organ dalam tubuh Amini. Karena itu, penyelidikan masih dilakukan untuk menemukan penyebab pasti kematian perempuan Kurdi itu.
Dalam laporan rumah sakit tempat Amini dirawat tidak dicantumkan bukti tindakan kekerasan terhadapnya. Teheran malah mengeluarkan riwayat medis Amini yang menyebut perempuan itu pernah dirawat pada 2007 karena operasi kepala.
Teheran mengklaim, semua suku di Iran diperlakukan setara dan tidak ada yang dianggap minoritas. Selain Kurdi, Iran dihuni etnis Baloch, Turki, Arab, Persia, dan Lur.
Terus protes
Kematian Amini pada 16 September 2022 memicu protes tanpa henti di Iran dan sejumlah negara lain. Protes tidak hanya pecah di Kurdistan, provinsi asal Amini. Unjuk rasa juga menyebar hingga ke Teheran dan sejumlah provinsi lain di Iran.
Di Kurdistan, unjuk rasa berlangsung sampai malam hari. Pengunjuk rasa antara lain meneriakkan ”Perempuan, Kehidupan, Kebebasan”. Mereka juga meneriakkan kecaman kepada aparat. Sebagian pengunjuk rasa malah menunjukkan keinginan balas dendam.
Selain di jalan-jalan, protes terkait Amini juga terjadi mulai dari arena olahraga hingga ruang pertunjukan. Sejumlah pekerja seni Iran secara terbuka mendukung protes itu. Mereka juga mendukung persamaan hak perempuan di Iran. Selain berunjuk rasa, protes juga dilakukan lewat pemogokan. Pekerja dan pelajar di berbagai kota mogok kerja dan belajar untuk mendukung protes atas kematian Amini.
Kelompok penggiat hak Kurdi di Norwegia menuding, 83 orang tewas dalam rangkaian unjuk rasa selepas Amini meninggal. Ratusan lain terluka dalam bentrok antara pengunjuk rasa dan aparat Iran.
Kepolisian Iran di sejumlah provinsi membenarkan penangkapan pengunjuk rasa dalam jumlah besar. Tidak disebut berapa pastinya jumlah orang yang ditangkap akibat unjuk rasa itu. Committee to Protect Journalists menyebut, setidaknya 28 jurnalis ditangkap saat meliput rangkaian unjuk rasa itu.
Dalam video-video di media sosial terdengar suara tembakan di sejumlah unjuk rasa. Walakin, tidak terekam siapa yang menembak dan tembakan diarahkan ke mana. Tidak diketahui pula apa yang ditembakkan, peluru karet atau proyektil lain.
Garda Revolusi Iran (IRGC) telah dikerahkan ke sejumlah provinsi di Iran untuk menanggulangi unjuk rasa. IRGC juga mengakui melepaskan 70 rudal ke sejumlah lokasi yang disebut sebagai kubu pertahanan ekstremis Kurdi.
Dalam pernyataan Kedubes Iran di Jakarta, isu ekstremis Kurdi juga disinggung. Kedubes Iran menyebut, para ekstremis Kurdi terus memanfaatkan keadaan untuk mengacaukan situasi di Iran dan mengorbankan warga sipil.
Kelompok-kelompok Kurdi di Iran, Irak, Turki, dan Suriah telah lama berusaha membuat negara sendiri. Sebagian dari orang Kurdi tetap tinggal di negara itu. Sebagian lain melarikan diri ke Eropa dan Amerika Utara.
Orang-orang Kurdi di luar Iran menjadi motor utama protes terkait Amini di berbagai negara Eropa. Norwegia, negara yang dihuni hingga 30.000 orang Kurdi, menjadi salah satu pusat unjuk rasa di Eropa. Orang-orang Kurdi di sana, meski bukan berasal dari Provinsi Kurdistan di Iran, memprotes Iran dan kembali mengungkit rangkaian penindasan Iran terhadap orang Kurdi. (AFP)