Pelayat hadir karena ingin menunjukkan untuk terakhir kalinya cinta dan penghormatan mereka kepada mendiang Ratu. Pelayanan, kasih, dan keteladanan Ratu selama 70 tahun menggerakkan pelayat mengantre puluhan jam.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
LONDON, KAMIS — Antrean hingga 6 kilometer terbentuk di Istana Westminster hingga tepian Sungai Thames, London, Kamis (15/9/2022) pagi. Warga menanti giliran memberi penghormatan terakhir kepada mendiang Ratu Elizabeth II. Sebagian warga antre lebih dari 30 jam sebelum bisa masuk ke ruang persemayaman.
Dilaporkan antara lain oleh BBC, The Guardian, dan SkyNews, warga mengantre nyaris tanpa henti sejak Selasa sore. Mereka berharap bisa sesegera mungkin mendapat kesempatan memberi penghormatan terakhir. Di delapan stasiun terdekat dari Istana Westminster tercatat setidaknya 115.000 orang melintas. Hampir semua menuju tempat jenazah Ratu Elizabeth II disemayamkan.
Kepolisian London menutup sejumlah jalan di sekitar Istana Buckingham dan Istana Wetsminter. Sebab, hampir seluruh badan jalan dijadikan tempat mengantre pelayat. Sebagian pelayat hadir karena ingin menunjukkan untuk terakhir kalinya cinta dan penghormatan mereka kepada mendiang Ratu. Pelayanan, kasih, dan keteladanan Ratu selama 70 tahun menggerakkan pelayat mengantre puluhan jam. ”Saya harus di sini untuk membalas cintanya,” kata Joan Bradshaw (91).
Perempuan itu mulai mengantre sejak Kamis pukul 03.00. Ia mengaku melayat kala ayah Ratu Elizabeth II, Raja George VI, disemayamkan di Istana Westminster pada 1952. ”Dulu ramai, walakin menjadi tidak ada apa-apanya dibandingkan sekarang,” tutur Bradshaw.
Sementara Truus Nayman (85) sudah beberapa kali antre semalaman untuk melayat. Ia melakukannya kala mantan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill meninggal pada 1965, Putri Diana pada 1997, Ibu Suri Elizabeth pada 2002. ”Waktu Putri Diana meninggal, kami antre di Istana Kesington semalaman,” kata warga Inggris sejak 1954 itu.
Adapun Vanessa Nathakumaran mengantre dua hari sejak Selasa lalu. Sebagian pengantre menanti giliran sambil basah kuyup. Sebab, mereka hanya membawa payung dan tas kecil berisi makanan dan minuman. Hujan berkali-kali tidak bisa ditangkis dengan payung.
Sebagian tidak tidur selama mengantre. Sebab, barisan terus bergerak. Hal itu terjadi pada Michael Darvill (85) dan anaknya, Mandy Desmond (55). Mereka membawa kursi dan payung. Karena hujan, mereka basah kuyup semalaman. Monica Farag (61) mengaku tidak mungkin melewatkan kesempatan langka untuk melayat. ”Ini kejadian penting dalam 36 hidup saya di Inggris,” kata perempuan asal Filipina itu.
Sebagian orang mengantarkan aneka makanan, minuman, dan selimut kepada pengantre. Gary Keen membagikan pizza, Jacqueline Nemorin membagikan manisan stroberi, sedangkan Yaqub Yousuf bolak-balik mengantarkan macam-macam kudapan dan sejumlah kursi. Mereka mengaku tergerak oleh cinta kasih yang ditunjukkan Ratu selama masih hidup.
Persiapan
Raja Charles III dilaporkan tidak melakukan kegiatan publik apa pun sepanjang Kamis. Sebab, Raja harus mempersiapkan pemakaman Ratu yang dijadwalkan pada Senin (19/9/2022). Sebanyak 4.500 tentara sudah berlatih untuk pemakaman sejak Senin lalu. Mantan Wakil Panglima Operasi Sekutu dalam perang melawan Negara Islam di Irak dan Suriah, Mayor Jenderal Christoper Ghika, ditunjuk menjadi komandan upacara pemakaman. Ghika menyebut pemakaman Ratu akan menjadi yang terbesar dan karenanya paling kompleks.
Sebagian besar tentara yang dilibatkan, menurut Ghika, merasa punya kaitan pribadi dengan Ratu. Sebab, Ratu adalah panglima tertinggi mereka dan mereka bersumpah setia pada Ratu. ”Pengalaman berharga sekali seumur hidup. Hari yang sangat menyedihkan. Inilah kesempatan terakhir kami menunaikan tugas kepada Ratu dan kesempatan pertama kami bertugas untuk Raja,” katanya.
Ia dan bawahannya tahu, seluruh proses harus sempurna. Sebab, mata dunia akan terarah kepada mereka. ”Saya mengharapkan setiap orang yang terlibat untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka,” ujarnya.
Salah seorang prajurit, Neil Brocklehurst (46), akan bertugas di barisan penabuh drum. Ia dan rekannya harus menabuh 75 kali per menit. ”Ini kehormatan besar dan tidak mungkin terulang. Tidak boleh ada kesalahan sama sekali. Hampir semua bertugas di bawah komando Ratu,” tuturnya.
Selain prajurit berjalan kaki, barisan pengiring jenazah Ratu juga akan melibatkan pasukan kaveleri. Ada 500 kuda disiapkan untuk terlibat dalam barisan pengiring. ”Tidak mudah membuat kuda berjalan pelan, sementara ada banyak drum ditabuh amat cepat,” kata Tom Jenks (30), salah satu penunggang kuda dalam barisan itu.