Perkuatan alutsista dan kerja sama pertahanan dengan banyak mitra menjadi pilihan mutlak. Langkah strategis itu adalah bagian integral dari upaya memperjuangkan kepentingan nasional, stabilitas dan keamanan kawasan.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·3 menit baca
Operasi khusus Rusia pada 24 Februari lalu membuat dunia terhenyak. Peristiwa itu dengan gamblang memperlihatkan bahwa perang, ancaman militer, dan ancaman terhadap kedaulatan negara adalah riil.
Fakta itu menegaskan bahwa setiap negara tidak boleh lagi lengah. Upaya untuk memperkuat ”otot” militer pun menjadi keniscayaan.
Bagi Indonesia, sikap itu tergambar dari pernyataan Wakil Menteri Pertahanan M Herindra di sela upacara menyambut kontingen Misi Pegasus 2022 Angkatan Udara Perancis. Menurut Herindra, sebagai negara besar, Indonesia mau tidak mau harus memperkuat pertahanan, termasuk alat utama sistem persenjataan (alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI).
”Apa yang terjadi di dunia, khususnya konflik Rusia dan Ukraina, membuktikan bahwa ancaman itu ada. Sektor pertahanan harus dikuatkan,” kata Herindra.
Dalam konteks itu, kerja sama pertahanan antarnegara perlu diperkuat. Secara khusus, kehadiran Misi Pegasus 2022 merefleksikan kedalaman kerja sama pertahanan Indonesia-Perancis.
Dalam pernyataan pers Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara disebutkan, misi Pegasus 2022 merupakan yang ketiga. Misi Pegasus I dilakukan pada 2015, Pegasus kedua pada 2018. Misi itu bagian dari misi jarak jauh Angkatan Udara Perancis di kawasan Asia-Pasifik. Sebelum hadir di Jakarta, misi itu terlibat dalam latihan militer gabungan Pitch Black yang digelar di Australia.
Selama berada di Indonesia, misi Pegasus 2022 menggelar sejumlah latihan, di antaranya Subject Matter Expert Exchange bidang operasional dan pemeliharaan pesawat Rafale, A-330 MRTT, dan A- 400M. Selain itu, sejumlah penerbang TNI Angkatan Udara juga berkesempatan terbang (backseat) di kokpit Rafale.
Mitra penting
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pemerintah Indonesia telah menandatangani pembelian enam Rafale dan dua A-400M Atlas. Dalam kunjungan kali ini, Angkatan Udara Perancis menghadirkan pula A-330 MRTT. Selain mampu melakukan pengisian bahan bakar di udara dengan dua metode, yaitu drogue and probe serta boom and receptacle, A-330 MRTT juga mampu menjalani misi sebagai pesawat angkut personel dan VVIP, serta evakuasi jarak jauh.
Menurut Herindra, pembelian alutsista dari Perancis merupakan bagian dari upaya Indonesia memperkuat kerja sama pertahanan dengan banyak mitra. Langkah itu kian penting di tengah dinamika global yang saat ini diwarnai situasi serba tidak menentu.
Duta Besar Perancis untuk Indonesia Olivier Chambard melihat hal yang sama. Bagi Perancis, Indonesia merupakan mitra penting sekaligus memiliki peran sangat penting di kawasan Indo-Pasifik.
Menjadikan Indonesia sebagai tujuan tetap misi Pegasus, menurut Chambard untuk membuktikan hal itu.
”Setiap tahun hubungan kita semakin kuat, baik di kawasan maupun di kancah global. Kehadiran misi ini menunjukkan masa depan yang cerah dalam relasi dengan Indonesia. Misi ini pun menandai Perancis ingin meningkatkan kerja sama dengan Indonesia,” kata Chambard di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Senada dengan Chambard, Komandan Misi Pegasus 2022 Mayor Jenderal Stephane Groen mengatakan, latihan bersama dengan TNI Angkatan Udara memperlihatkan upaya kedua pihak mengembangkan interoperabilitas. ”Misi ini juga menjadi gambaran sempurna strategi Perancis di kawasan Indo-Pasifik,” kata Groen.
Groen tidak menampik bahwa misi Pegasus 2022 tidak terlepas dari misi kehadiran Perancis di kawasan. Dengan terbuka ia mengungkapkan bahwa Perancis aktif terlibat dalam isu keamanan dan stabilitas di Indo-Pasifik. Kebijakan strategis itu diambil karena Perancis adalah bagian integral ”keluarga” negara-negara di Pasifik.
Sebagaimana diketahui, Perancis memiliki wilayah otonom di Pasifik, yaitu Kaledonia Baru dan Polinesia Perancis. Ada 2 juta warga Perancis di Pasifik. Oleh karena itu, Perancis memiliki tanggung jawab untuk melindungi kepentingannya di Pasifik. Kerja sama dengan negara-negara di kawasan jadi sebuah keniscayaan.