Rafale Perkuat Kemitraan RI-Perancis
Pembelian pesawat tempur Rafale buatan Perancis menandai babak baru kerja sama strategis Indonesia dan Perancis. Kedua negara memiliki intensi yang sama dalam isu stabilitas dan kesejahteraan di Indo-Pasifik.
JAKARTA, KOMPAS – Sebagai negara kekuatan menengah di kawasan, Indonesia mengambil satu langkah strategis, memperkuat kerja sama militer dengan Perancis yang diwujudkan dalam pembelian 42 pesawat tempur Rafale buatan Dassault Aviation. Indonesia menjajaki pula pembelian dua kapal selam Scorpene buatan Naval Group.
Di Asia, Indonesia bakal menjadi pengguna Rafale keempat setelah India, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Persetujuan pembelian diungkap setelah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu Menhan Perancis Florence Parly, Kamis (10/2/2022), di Jakarta.
”Kita akan mengakuisisi 42 pesawat Rafale. Mulai hari ini kontrak pertama untuk enam pesawat, disusul dalam waktu dekat 36 pesawat dengan dukungan latihan persenjataan dan simulator,” ujar Prabowo.
Bagi kedua negara, kerja sama itu diharapkan memperkuat hubungan yang dibangun sejak 1950. Kemenhan pun menyambut baik rencana pengembangan mekanisme kerja sama 2+2 antara Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan kedua negara untuk peningkatan kerja sama bilateral.
”Status hubungan bilateral kita di bidang pertahanan berada dalam status tertinggi, yaitu kita telah menandatangani Persetujuan Kerja Sama Pertahanan (Defence Cooperation Agreement/DCA) pada 28 Juni 2021. Tentunya ini butuh ratifikasi dari parlemen agar bisa dilaksanakan secara baik,” ujar Prabowo saat konferensi pers bersama Parly.
Baca juga: Indonesia-Perancis Perkuat Kemitraan Membangun Indo-Pasifik
Sementara itu, Parly mengapresiasi keputusan Indonesia. ”Kami senang Indonesia memilih Perancis untuk memodernisasi persenjataan. Saya yakin perusahaan Indonesia dapat menjadi mitra,” kata Parly seraya menyebut kesepakatan itu sebagai babak penting peningkatan pertahanan Indonesia.
Apresiasi pada perkuatan kerja sama Indonesia-Perancis juga ditegaskan Presiden Joko Widodo saat menerima Menhan Florence Parly di Istana Merdeka, Jakarta. Selain mendorong kerja sama pertahanan itu tak hanya fokus pada pembelian alutsista, produksi bersama, dan alih teknologi, Presiden juga menyoroti pentingnya kerja sama kawasan, yaitu Indo-Pasifik.
Melalui Twitter, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menyambut baik keputusan Indonesia untuk memilih produksi Perancis. Kesepakatan itu menurutnya akan memperkuat kemitraan kedua negara.
Sebelum ini, Presiden Jokowi dan Presiden Perancis Emmanuel Macron sepakat menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan damai, stabil, dan sejahtera. ”Mekanisme dialog 2+2 akan menjadi forum strategis untuk mewujudkan visi Indo- Pasifik yang damai dan sejahtera,” ujar Jokowi.
Kepada wartawan, seorang pejabat Kementerian Pertahanan Perancis mengatakan, nilai kesepakatan pembelian alutsista - Rafale, pengembangan Scorpene, dan amunisi - dari Perancis itu mencapai 8,1 miliar dollar. Besarnya nilai kontrak – yang mendongkrak produksi produsen senjata seperti Dassault Aviation, Safran dan Thales – menjadikan Jakarta sebagai konsumen persenjataan Perancis terbesar kedua di Asia Tenggara, setelah Singapura.
Bagi produsen Rafale, yaitu Dassault Aviation, kesepakatan itu menandai dimulainya kemitraan jangka panjang. Ketika berita kesepakatan itu beredar, Kantor Berita Reuters mencatat, saham perusahaan tersebut naik sebesar 4 persen.
Pentingnya kerja sama strategis Indonesia-Perancis juga menjadi materi pembicaraan saat Menhan Florence Parly bertemu Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Gedung Pancasila, kompleks Kementerian Luar Negeri, Jakarta. Parly menekankan pentingnya peran Indonesia di kawasan.
Dalam laman resmi Kementerian Luar Negeri disebutkan, Retno dan Parly bertukar pandangan mengenai kerja sama di kawasan Indo-Pasifik. Keduanya memiliki kesamaan pandangan mengenai pentingnya perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan itu.
Baca juga: Kerja Sama Pertahanan Indonesia-Perancis Jangan Hanya Fokus Pembelian Alutsista
Menlu Retno menyampaikan kembali prinsip-prinsip ”ASEAN Outlook on the Indo-Pasifik”, termasuk inklusivitas dan pentingnya kerja sama maritim, konektivitas, pencapaian SDGs, dan perdagangan-investasi. Prinsip-prinsip ini akan dikemukakan kembali oleh Menlu RI saat menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri tentang Indo-Pasifik di Paris, minggu ketiga Februari 2022.
”Kerja sama konkret ini penting untuk terus dikedepankan,” ujar Menlu Retno. Kerja sama konkret juga menjadi modal awal saat kedua belah pihak melakukan pertemuan 2+2 pada masa mendatang.
Kelapa sawit
Terkait Uni Eropa, saat ini Perancis memegang kepemimpinan organisasi kawasan itu. Maka, Indonesia berharap ada perkembangan signifikan dalam perundingan Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA) selama presidensi Perancis.
Retno kembali menyampaikan keprihatinan atas diskriminasi yang diberlakukan terhadap kelapa sawit Indonesia. ”Indonesia berharap di masa kepemimpinan Perancis di Uni Eropa pada semester I-2022 ada kemajuan penting dalam perundingan CEPA Indonesia- Uni Eropa,” ujar Kepala Biro Dukungan Strategis Pimpinan Kemenlu Achmad Rizal Purnama.
Rizal mengatakan, Indonesia memahami kepentingan Perancis di Indo-Pasifik. Perancis salah satu negara Eropa yang memiliki wilayah di Indo-Pasifik. Karena itu, Indonesia ingin bermitra lebih erat dengan negara terkaya kedua di Uni Eropa tersebut.
Canggih dan transparan
Ketua Badan Pengurus Centra Initiative Al Araf menilai, pembelian pesawat tempur canggih tersebut di tengah kebutuhan modernisasi alutsista yang mendesak merupakan hal yang baik. Namun ada beberapa catatan yang menurutnya harus menjadi perhatian. Selain pengadaan itu harus menjawab kebutuhan TNI dalam menjawab tantangan perang di masa datang, pembelian Rafale itu menurutnya tidak boleh underspec. "Harus berteknologi mutakhir yakni Rafale generasi terkahir (F4)," ujarnya.
Kedua, lanjut Araf, pembelian pesawat tempur Rafale merupakan langkah berani yang dilakukan oleh pemerintah mengingat Indonesia sebelumnya belum pernah membeli pesawat dari Perancis. Kondisi itu akan menjadi tantangan bagi TNI dalam hal mengitegrasikan pesawat tempur baru ini ke dalam sistem pertahanan Indonesia, khususnya dalam hal konektivitasnya dengan alutsista yang berasal dari negara lain.
Baca juga: Indonesia Borong 42 Jet Tempur Rafale dan Jajaki 2 Kapal Selam Scorpene dari Perancis
Ketiga, pembelian ini harus dibarengi dengan proses pengadaan yang transparan dan akuntabel langsung kepada produsen atau pemerintahan Perancis, tidak melalui pihak ketiga atau broker. Oleh karena, menurut Araf, dibutuhkan peran lembaga pengawas yang kuat seperti Komisi I DPR dan Komisi Pemberantasan Korupsi agar pembelian alutsista ini tepat dan bebas dari korupsi. Jangan sampai TNI mendapatkan pesawat tempur yang underspec akibat markup dan korupsi yang dilakukan oknum tidak bertanggung jawab.
F-15
Secara terpisah, Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui penjualan pesawat F-15 dan peralatan pendukungnya untuk Indonesia. Nilai kesepakatan itu mencapai 13,9 miliar dollar AS. Badan Kerjasama Keamanan dan Pertahanan AS telah menyampaikannya kepada Kongres.
Menurut Pentagon, paket penjualan itu meliputi mesin cadangan, radar, kacamata pengindera malam, pelatihan, dan dukungan teknis. Meskipun telah disetujui oleh Departemen Luar Negeri, pemberitahuan tersebut belum memastikan bahwa kontrak telah disepakati atau negosiasi telah rampung.
(AFP/Reuters/JOS)
--------
KOREKSI:
Ada pembetulan pada paragraf kedua dalam publikasi awal. Sebelumnya tertulis: "Di Asia Indonesia pengguna Rafale kedua setelah India." Dikoreksi menjadi: "Di Asia, Indonesia bakal menjadi pengguna Rafale keempat setelah India, Qatar, dan Uni Emirat Arab." Mohon maaf, terima kasih atas perhatiannya. (Redaksi)