Penguasa Takhta Monarki Inggris Beralih dari Ratu Elizabeth II ke Raja Charles III
”Rex nunquam moritur”, raja tak pernah mati. Segera setelah Ratu Elizabeth II diumumkan wafat, Kamis (8/9/2022), putra sulungnya, Pangeran Charles, langsung ditetapkan menjadi raja baru Inggris. Namanya Raja Charles III.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
LONDON, JUMAT — Charles, Pangeran Wales—Putra tertua Ratu Elizabeth II—resmi menjadi Raja Inggris. Dia secara resmi menyandang nama Raja Charles III. Dia adalah raja pertama Inggris yang menggunakan nama itu sejak tahun 1685.
Hal itu dikonfirmasi oleh kediaman resminya, Clarence House, Kamis (8/9/2022), tidak lama setelah Ratu Elizabeth wafat dalam usia 96 tahun.
Charles III menjadi raja dalam usia 73 tahun. Putra sulungnya, Pangeran William, ditetapkan menjadi putra mahkota dan ahli waris pertama takhta Kerajaan Inggris.
Dalam suasana duka yang menyelimuti kerajaan, Raja Charles III mengeluarkan pernyataan pertamanya. Isinya, ungkapan belasungkawa dan duka mendalam atas wafatnya Sang Ibunda. Dalam pernyataan bertanda tangan ”Yang Mulia Raja”, Raja Charles III menyebut kematian Ratu Elizabeth merupakan ”momen kesedihan paling mendalam bagi saya dan seluruh anggota keluarga”.
”Kami berduka sangat mendalam atas wafatnya Yang Mulia dan Ibunda yang sangat tercinta,” katanya. ”Saya tahu, kepergiannya meninggalkan rasa kehilangan yang mendalam di seluruh negeri, di negara-negara Persemakmuran, serta warga dunia,” kata Raja Charles III.
Istana Buckingham menetapkan masa berkabung secara nasional selama sepuluh hari. Dari kantor Downing Street 10, Perdana Menteri Inggris Liz Truss menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Sang Ratu. Ia mengetahui kabar meninggalnya Ratu Elizabeth II dua jam sebelum diumumkan.
Truss juga menyambut raja baru, Charles III. Warga Inggris, kata PM yang baru disahkan itu, ”harus bersatu padu sebagai rakyat mendukung beliau”. ”Hari ini mahkota, seperti yang berlangsung selama lebih dari 1.000 tahun di kerajaan kita, beralih ke kepala negara kita yang baru, Yang Mulia Raja Charles III,” kata Truss.
”Semoga Tuhan melindungi Raja (God save the king),” kata Truss melalui ungkapan yang tak pernah terdengar sejak tahun 1952.
Tugas baru Charles
Dengan menjadi raja dalam usia 73, Charles akan menjadi sorotan, antara lain, terkait usianya dan menurunnya pengaruh monarki Inggris di seluruh dunia. Ia memikul tugas baru dalam usia yang umumnya orang sudah menikmati masa-masa pensiun.
Lahir pada 14 November 1948, Charles menjadi ahli waris takhta Kerajaan Inggris pada usia 3 tahun 4 bulan. Keterlibatan resminya dalam tugas-tugas kerajaan dimulai pada tahun 1970-an. Sebagai putra mahkota, tugas utamanya adalah mendukung ibunya ”dalam menjalankan peran sebagai sumber kebanggaan, persatuan, dan kesetiaan nasional”.
Atas nama Ratu Elizabeth II, Charles ikut menyambut kunjungan para tamu negara, menghadiri acara-acara jamuan makan malam, bepergian ke lebih dari 100 negara sebagai utusan Ratu, serta menyerahkan penghargaan-penghargaan kerajaan.
Dunia mencatat dan akan terus mengenang salah satu babak perjalanan Charles, bukan hanya pernikahan bak cerita dongeng dengan Putri Diana Spencer tahun 1981, melainkan juga sekaligus perceraian darinya tahun 1990-an. Sementara kasus perceraian dengan Putri Diana memantik opini publik negatif terhadapnya, Charles secara umum mampu memulihkan citra dirinya setelah menikahi Camilla.
Pada tahun 2022, Ratu Elizabeth mengakhiri spekulasi yang berkembang bertahun-tahun tentang apa sebutan yang tepat bagi Camilla, Duchess of Cornwall. Camilla, yang dinikahi Charles pada 2005, memilih tidak menggunakan gelar Putri Wales karena gelar itu telah diasosiasikan dengan Putri Diana, yang meninggal tahun 1997.
Dalam pesan untuk menandai 70 tahun takhtanya, Ratu Elizabeth II menganugerahi gelar ”queen consort” saat Charles menjadi Raja.
Charles juga dikenal sebagai pembela keberlanjutan pembangunan, pengobatan alternatif, dan berkebun. Sedemikian cintanya pada berkebun, ia pernah suatu saat mengaku berbicara dengan tanaman-tanamannya. Ia memublikasikan jejak karbon dirinya.
Charles memimpin atau terlibat dalam lebih dari 420 lembaga amal, termasuk lembaga Trust. Lembaga ini didirikan pada 1976 dan telah membantu lebih dari 1 juta anak muda yang tidak beruntung.
Dibandingkan dengan Sang Ibu
Bertolak belakang dengan ibunya yang selama ini mampu menjaga netralitas posisi dan sikapnya dalam banyak isu, Charles beberapa kali memantik kontroversi dengan pandangan-pandangan yang menjadikannya sosok yang kerap memicu keterbelahan publik.
Sementara Putri Elizabeth menjadi Ratu pada usia 25 tahun meraup dukungan yang luar biasa dari publik Inggris, saat negara itu berusaha pulih dari Perang Dunia II, Charles selama puluhan tahun menjadi sumber polemik terkait sisi baik dan buruknya. Menurut jajak pendapat lembaga YouGov pada Mei 2022, ia mencatat angka dukungan sebesar 56 persen, jauh di bawah Ratu Elizabeth II (81 persen), putra sulungnya, Pangeran William (77 persen), dan istri William, Catherine (76 persen). Sementara Istri kedua Charles, Camilla, 48 persen.
Sejak bapaknya, Pangeran Philip, meninggal pada April 2021 dan kondisi kesehatan Ratu Elizabeth II menurun, peran Charles terlihat semakin menonjol. Ia memperkokoh lingkup pergaulan internal kerajaan di sekitar Camilla, Edward (adik bungsunya), William, dan Kate. ”Apa pun yang terjadi, dia tidak akan menjalankan kekuasaan dalam waktu lama dan hal itu bakal sulit baginya,” kata Phil Dampier, penulis buku-buku tentang Kerajaan Inggris.
”Dia sudah dikenal dalam waktu lama dan saya pikir, orang kini mulai melihat-lihat masa depan di bawah William dan Kate,” kata Dampier kepada kantor berita AFP.
Sesuai pepatah dalam bahasa Latin, ”Rex nunquam moritur”—raja tak pernah mati—tidak ada masa peralihan di monarki Inggris. Pengalihan takhta pada raja baru pun ditetapkan pada Charles III. (AFP)