Lembaga pemikir negara-negara anggota G20 berhasil membuat komunike bersama. Mereka ingin mengurangi situasi buruk saat ini.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS — Perang di Ukraina serta sejumlah ketegangan antara negara-negara Barat dan Rusia berikut negara pendukungnya telah membuat beberapa kelompok kerja Presidensi G20 Indonesia urung menghasilkan komitmen apa pun.
Perbedaan yang tajam membuat keinginan banyak pihak agar para pengambil kebijakan memberikan komitmen nyata untuk mengatasi berbagai persoalan tak kunjung menjadi kenyataan.
Berbeda dengan kelompok kerja lainnya, T20 Indonesia, berhasil menyepakati sebuah komunike untuk memperkuat kerja sama global. Komunike diumumkan pada Konferensi Tingkat Tinggi T20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Senin (5/9/2022). T20 merupakan kelompok kerja think tank, bagian dari G20 atau 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
”Semuanya sepakat dengan substansi yang disampaikan dalam komunike. Walaupun perang menjadi sumber permasalahan, kami tidak mengecam seperti dilakukan negara-negara maju. Think tank sifatnya lebih netral, walau kami akui, benar perang itu sumber permasalahan,” kata Direktur Eksekutif Co-Chair T20 Indonesia Yose Rizal Damuri.
Dibacakan Bambang PS Brodjonegoro, Lead Co-Chair T20 Indonesia, komunike itu mendesak para pemimpin negara-negara anggota G20 segera melakukan upaya bersama untuk melakukan pemulihan inklusif dan lebih kuat, restrukturisasi arsitektur kesehatan global, pemanfaatan transformasi digital, percepatan transisi energi berkelanjutan, dan yang terpenting, pembangunan kerja sama yang solid dan lebih baik.
Beberapa turunan kebijakan yang diharapkan oleh kelompok ini adalah mendorong pemulihan dan ketahanan ekonomi yang lebih baik, mempercepat kemajuan menuju Net Zero Emission (NZE), mengatur tranformasi digital, menjadikan ekonomi lebih inklusif dan berpusat pada rakyat, serta menghidupkan kembali tata kelola global (multilateralisme).
Ada area yang memang untuk saat ini sulit ditembus, tetapi masih banyak area yang bisa membuat negara-negara berkomunikasi satu sama lain, menciptakan peluang kerja sama.
Djisman Simanjuntak, Lead Co-Chair T20 Indonesia, mengatakan, meski ada negara-negara yang tengah mengalami fragmentasi, masyarakat global tetap berharap mereka bisa mencari cara untuk bekerja sama. ”Ada area yang memang untuk saat ini sulit ditembus, tetapi masih banyak area yang bisa membuat negara-negara berkomunikasi satu sama lain, menciptakan peluang kerja sama,” katanya.
Menurut Djisman, komunike yang dihasilkan oleh lembaga mencerminkan semangat kerja sama yang masih hidup dan membara di antara mereka. Persoalan yang dihadapi masyarakat global, menurut dia, bukanlah masalah tentang masa depan. Semua itu sudah menjadi masalah saat ini, seperti perubahan iklim, penanganan pemulihan ekonomi pascapandemi yang luluh lantak, ditambah lagi persoalan geopolitik atau geoekonomi.
Perubahan drastis
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, yang urung hadir di KTT T20, dalam pernyataan melalui video mengatakan, lanskap global mengalami perubahan drastis sejak Februari 2022. Perang yang terjadi di Ukraina telah memperburuk upaya pemulihan ekonomi global yang terpuruk selama dua tahun terakhir akibat pandemi Covid-19.
”Di tengah situasi yang membutuhkan kerja sama, negara-negara memilih untuk berjauhan satu sama lain. Dibandingkan mengutamakan dialog, kebijakan pembendungan dan penggunaan kekuatan (perang) lebih diutamakan saat ini,” kata Retno.
Situasi itu terbawa hingga ke forum G20. Sebagai pejabat presidensi tahun ini, menurut Retno, Indonesia berusaha agar kerja sama tetap terjadi meski ada perbedaan di antara negara-negara anggota.
Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, yang ingin diupayakan oleh para ahli dan lembaga think tank adalah mengurangi efek buruk situasi saat ini dan mengembalikan tingkat pertumbuhan ekonomi ke wilayah yang positif untuk menjaga tingkat inflasi. ”Apa yang terjadi di Ukraina sangat disayangkan. Idealnya tidak ada perang yang bisa mendisrupsi perekonomian, terutama dalam hal permintaan dan penawaran,” kata Bambang.
Mantan menteri keuangan ini mengatakan, yang ingin diupayakan dari situasi yang tidak menguntungkan saat ini adalah berjalannya kembali perdagangan internasional yang lebih baik. Dia menilai, meski ada negara yang mencoba membatasi perdagangan antarnegara anggota G20, hal itu tidak mendapat persetujuan dari sejumlah negara anggota lainnya. Hal ini yang terus dicoba dipromosikan.
Hal lain yang coba diingatkan Djisman adalah soal rencana pembatasan harga minyak Rusia yang saat ini tengah diupayakan oleh Amerika Serikat. Menurut dia, hal itu tidak akan efektif dan malah memberi dampak pada masyarakat global. “Sudah berkali-kali dicoba, price-cap semacam itu tidak pernah berhasil,” ujarnya.