Ukraina Minta Bantuan Senjata ke Jerman, Termasuk Tambahkan Howitzer
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmygal bertolak ke Jerman untuk mendapatkan dukungan persenjataan dalam perang melawan Rusia.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
BERLIN, MINGGU – Pemerintah Ukraina terus berusaha untuk mencari dukungan senjata dari negara-negara Eropa, salah satunya Jerman. Dalam rangka itu Perdana Menteri Denys Shmygal, Minggu (4/9/2022), bertolak ke Berlin. Dia menjadi pejabat tingkat tinggi pertama Ukraina yang mengunjungi Jerman dalam beberapa bulan terakhir.
Kunjungan Shmygal menandakan perubahan sikap Ukraina terhadap Jerman yang sebelumnya sempat bersitegang. Kanselir Olaf Scholz telah berulang kali menyatakan dukungan kuat Jerman kepada Ukraina. Sebagaimana diberitakan, pada 24 Februari lalu, lewat sebuah operasi khusus, Rusia menyerang Ukraina.
Kyiv yang minim logistik lantas meminta bantuan sejumlah negara Barat untuk memberi bantuan senjata. Namun hingga beberapa setelah Rusia menginvasi Ukraina, bantuan yang diterima Kyiv masih sangat terbatas. Bahkan Kyiv mengecam Jerman yang dinilai terlalu sedikit memberi bantuan dan serba terlambat.
Saat relasi Ukraina-Jerman 'meredup', Presiden Frank-Walter Steinmeier sempat menyampaikan rencana untuk berkunjung ke Kyiv pada April tetapi ditolak, hal itu memicu hubungan Jerman-Ukraina renggang. Menanggapi itu, pada Juni lalu Scholz mengunjungi Kyiv dan aliran bantuan senjata terus dibuka. Situasi itu membuat relasi Berlin dan Kyiv membaik.
"Jerman telah membuat kemajuan besar dalam mendukung Ukraina dengan bantuan senjata," kata Shmygal kepada media Jerman sebelum bertolak ke Berlin, seperti dikutip dari transkrip yang dirilis kantor pers Perdana Menteri Ukraina. Namun, Shmygal mengatakan, Kyiv membutuhkan lebih banyak dari Berlin, termasuk tank tempur modern seperti Leopard 2.
Scholz menyambut Shmygal dengan penghormatan militer pada Minggu sore. Shmygal memulai kunjungan ke Jerman dengan pertama kali bertemu Presiden Frank-Walter Steinmeier pada Minggu pagi.
Steinmeier, mantan Menlu Jerman dari Partai Sosial Demokrat, telah dijauhi karena kebijakan detente selama bertahun-tahun terhadap Moskwa. Kebijakan itu diakuinya sebagai kesalahan setelah pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina.
SPD Jerman secara historis memperjuangkan hubungan dekat dengan Rusia, yang dirancang oleh mantan kanselir Jerman dari SPD, Willy Brandt, pada 1970-an. Tradisi itu sebagian menyebabkan Jerman pada awalnya menolak pengiriman senjata ke Kyiv.
Namun koalisi Scholz, yang juga mencakup Partai Hijau dan FDP liberal, telah berbalik arah dengan mendukung Ukraina. Howitzer, peluncur roket dan rudal anti-pesawat termasuk di antara senjata bantuan Jerman yang telah tiba di Kyiv.
Senjata yang lebih berat seperti sistem anti-pesawat IRIS-T, peluncur roket yang dipasang pada kendaraan pikap dan peralatan anti-pesawat nirawak akan diberikan dalam paket bantuan militer lebih lanjut bernilai total sekitar 500 juta euro. Tentara Ukraina saat ini sedang dilatih di Jerman untuk menggunakan tank antipesawat.
Dalam pidato tentang visinya untuk Eropa pada Senin lalu, Scholz mengatakan dia melihat Jerman mengambil "tanggung jawab khusus" untuk membantu Ukraina membangun artileri dan sistem pertahanan udara Ukraina. Jerman akan mempertahankan dukungannya selama diperlukan Ukraina.
Terkait isu kemanusiaan, Jerman telah menerima hampir satu juta pengungsi Ukraina. Sebanyak 155.000 anak-anak Ukraina sekarang terdaftar di sekolah-sekolah Jerman. Menjelang perjalanan Shmygal, mitra koalisi Scholz, Partai Hijau, yang secara tradisional dikenal bersikap pasifis, mengatakan Jerman ingin meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina.
"Militer berarti tidak pernah membawa solusi. Namun kadang-kadang militer menciptakan jendela peluang di mana konflik dapat diselesaikan secara politik dalam tatanan dunia berbasis aturan," kata pimpinan Partai Hijau dalam mosi yang diajukan untuk dipertimbangkan pada kongres berikutnya.
Pertempuran
Beberapa waktu lalu, pasukan Rusia mengklaim telah menghancurkan sebuah depot senjata-senjata bantuan AS dan Eropa lainnya yang berada di wilayah Ternopil, Ukraina. Pasukan Rusia disebut menggunakan rudal jelajah untuk menyerang depot senjata tersebut.
Saat itu dilaporkan, pasukan Rusia melakukan penyerbuan ke wilayah kota Chortkiv, Ternopil dari Laut Hitam. Gubernur Ternopil mengatakan setidaknya 22 orang jadi korban luka dalam serangan-serangan roket tersebut ke fasilitas militer di sana.
Sementara itu pasukan Ukraina berusaha merebut pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhia melalui serangan yang dilancarkan pada Jumat (2/9/2022) malam. Hal itu disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia dalam briefing hariannya pada Sabtu (3/9/2022), seperti dikutip Reuters. Kemenhan Rusia mengatakan, lebih dari 250 tentara Ukraina berusaha mendarat di bibir danau dekat PLTN, Jumat sekitar pukul 23.00 waktu setempat. (AFP/AP/REUTERS)