Bersama ”Chaebol” dan K-Pop, Korsel Coba Pulih dari Pandemi
Korea Selatan memilih cara cepat dan ”tidak biasa” untuk pulih dari pandemi Covid-19. Salah satunya, mengampuni para ”chaebol” dan memberi perlakuan istimewa dalam wajib militer bagi personel K-Pop.
Situasi tidak biasa membutuhkan reaksi tidak biasa pula. Di Korea Selatan, reaksi itu bisa berupa modifikasi peraturan atas nama keselamatan bersama. Bentuknya, pengampunan terpidana hingga pembebasan kewajiban nasional bagi orang ternama.
Seperti banyak negara lain, Korea Selatan membutuhkan modal untuk memulihkan diri dari dampak pandemi Covid-19. Pemanfaatan modal nasional itu bisa memicu kontroversi. Dalam dua bulan terakhir, kontroversi itu berpusat pada Samsung dan BTS.
Pada 11 Agustus 2022, Seoul mengumumkan pengampunan penuh bagi Lee Jae-yong. Lee mirip sosok yang banyak digambarkan dalam film Korea: kaya, berkuasa, dan relatif muda. Dalam status sebagai narapidana yang sedang bebas bersyarat, ia ikut menemui Presiden Amerika Serikat Joe Biden kala Biden melawat ke Korsel, Juni 2022.
Kini, Lee sudah bebas sepenuhnya. Pemimpin faktual Samsung, konglomerasi alias chaebol terbesar Korsel, itu diberi pengampunan oleh Presiden Korsel Yoon Suk Yeol. Padahal, semasa menjadi jaksa, Yoon berperan penting dalam kasus yang akhirnya membuat Lee divonis penjara 2,5 tahun.
Baca Juga: Demi Pemulihan Ekonomi, Korsel Ampuni Bos Samsung Terpidana Korupsi
Dalam pernyataan resmi Seoul disebutkan, sebagaimana dilaporkan Yonhap, keputusan itu bagian dari upaya mengatasi kesulitan ekonomi Korsel. Dengan pengampunan itu, Lee bisa kembali bergabung dengan dewan pengelola Samsung.
Lee diharapkan bisa membuat Samsung lebih cepat membuat keputusan-keputusan penting di Samsung. Dalam laporan Bloomberg, pengampunan membuat Lee bisa kembali membuat keputusan penting, seperti pembuatan semikonduktor.
Samsung, penyumbang 20 persen produk domestik bruto (PDB) Korsel, memang butuh pembuatan keputusan lebih ligat. Lembaga konsultan PwC menyebut nilai pasar Samsung hanya 342 miliar dollar AS per April 2022. Pada 2021, nilai pasarnya mencapai 431 miliar dollar AS. Sebagai pembanding, APBN Indonesia 2022 setara 190 miliar dollar AS.
Baca Juga: Segunung Pajak Warisan Bos Samsung
Penurunan nilai pasar itu terjadi kala pucuk pimpinan dewan pengelola Samsung kosong. Pemimpin dewan pengelola sekaligus ayah Lee Jae-yong, Lee Kun-hee, meninggal pada Oktober 2020. Sementara Lee Jae-yong, yang status resminya sebagai wakil ketua dewan pengelola Samsung, berkasus sejak 2016. Kasus itu membuat Lee Jae-yong tidak bisa aktif di Samsung.
Menurut Bloomberg, belum diketahui apakan Lee Jae-yong akan menjadi ketua dewan pengelola atau tidak. Yang jelas, saham Samsung naik selepas pengampunan diumumkan. Pasar dan investor berharap Samsung bisa melaju lagi selepas pengampunan Lee Jae-yong.
Samsung memang sangat besar. Gabungan nilai Hyundai, chaebol terbesar kedua, tidak sampai 30 persen nilai Samsung pada 2022. Padahal, Hyundai memiliki galangan kapal terbesar di dunia dan berstatus produsen mobil terbesar ketiga secara global. Fakta itu membuat Yoon membuat keputusan pahit: mengampuni salah satu sosok utama dalam penyelidikan yang dipimpinnya.
Pengecualian
Beberapa pekan sebelum pengumuman soal Lee, Menteri Pertahanan Korsel Lee Jong-sup kembali mengungkap pengistimewaan Korsel pada megabintang industri hiburan negara itu. Ia mengumumkan anggota BTS, kelompok vokal Korsel, bisa tetap konser selama menjalani wajib militer. Dengan kata lain, anggota BTS tidak perlu senantiasa di barak atau pos militer tempat mereka penugasan.
Baca Juga: Teka-teki Wajib Militer dan Masa Depan BTS
Sampai sekarang, belum pernah ada orang Korsel mendapatkan keistimewaan seperti itu. Siapa pun yang ikut wajib militer harus meninggalkan aktivitas di luar barak. Anggota kelompok K-Pop lain atau bintang film Korsel harus meninggalkan dunia hiburan kala harus memulai wajib militer. BTS bisa diperlakukan berbeda.
Lee Jong-sup menyebut, wacana itu bisa membuat orang Korsel tertarik berbakti kepada negara dengan menjadi anggota wajib militer. Ketertarikan itu penting karena populasi Korsel terus merosot sehingga jumlah orang yang bisa dijadikan prajurit semakin berkurang. Padahal, secara resmi, Korsel masih dalam status berperang dengan Korea Utara.
Pengumuman Menhan Korsel itu menunjukkan kompromi kedua Seoul kepada bintang-bintang K-Pop, demikian sebutan untuk para musisi populer Korsel. Pada 2018, Seoul membuat undang-undang yang dikenal sebagai K-Pop Law. Bahkan, sebagian malah menyebutnya ”BTS Law”.
UU itu menaikkan batas usia wajib militer dari maksimal 28 tahun menjadi 30 tahun. Kenaikan itu membuat Kim Seok-Jin, anggota tertua BTS, menunda wajib militer selama dua tahun. Pada Desember 2018, pria yang dikenal sebagai Jin itu berusia 28 tahun.
Menjelang Jin berusia 30 tahun pada Desember 2022, perdebatan soal pengecualian wajib militer bagi anggota BTS dan kelompok K-Pop lain semakin menghangat. Menteri Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korsel Hwang Hee dan Wali Kota Busan Park Heong-joon mengusulkan pengecualian bagi anggota BTS.
Hwang beralasan, Korsel telah memberikan pengecualian kepada peraih medali emas Olimpiade dan musisi harmonik yang dikenal secara global. Pemain tim nasional sepak bola Korsel, yang lolos ke semifinal Piala Dunia 2002, juga dibebaskan dari wajib militer. Begitu juga pemain timnas sepak bola peraih medali emas Asia Games 2018 meski keharusan wajib militer bagi mereka diganti dengan kerja sosial.
BTS tidak termasuk dalam kelompok seperti mereka, tetapi dinilai punya kontribusi luar biasa pada perekonomian Korsel.
Baca Juga: BTS Meal Bukti Keperkasaan Industri Budaya K-Pop
Hyundai Research Institute menaksir, BTS memberikan 3,5 miliar dollar AS pada perekonomian Korsel setiap tahun. Forbes malah membuat taksiran lebih berani, yakni 4,9 miliar dollar AS. Selepas pandemi, Korea Culture and Tourism Institute menaksir setiap kali konser BTS bisa menyumbang hingga 500 juta dollar AS pada perekonomian Korsel.
Kontribusi itu berasal dari penjualan tiket konser, suvenir, hingga kunjungan pelancong ke Korsel. Orang di luar Korsel membeli aneka produk pangan atau barang lain buatan Korsel karena terpengaruh oleh BTS. Ekspor film, busana, hingga mi instan Korsel melonjak karena pengaruh BTS dan kelompok K-Pop lain.
Park Heong-joon memberikan ide berbeda. Alih-alih ditempatkan di barak tertentu, ia menawarkan anggota BTS menjadi humas untuk upaya Busan menjadi tuan rumah 2030 World Expo. Kini, Busan bersaing dengan Roma, Odesa, dan Riyadh. ”Mereka bisa melayani negara dengan kapasitas khususnya,” katanya.
Perdebatan
Sejak sebelum UU BTS disahkan, sudah ada perdebatan soal pengecualian bagi para bintang K-Pop. Para penolak beralasan, jangan memperluas peluang orang tidak mau menunaikan kewajiban pada negara.
Adapun dalam kasus pengampunan Lee Jae-yong, sejumlah pihak menyebutnya sebagai tambahan kuatnya pengaruh para chaebol. Ekonom pada Seoul National University, Park Sangin, malah menyebut pengampunan Lee Jay-yong sebagai kemunduran terhadap pemberantasan korupsi. Setelah semua upaya penyelidikan, pada akhirnya tokoh-tokoh kunci akan dibebaskan dari sanksi yang menjerakan.
Sanksi terhadap pucuk pimpinan chaebol kerap kali simbolik. Jauh sebelum Lee Jae-yong divonis, ayahnya juga pernah menjadi terpidana penyuapan dan pemalsuan. Walakin, ia tidak pernah dipenjara sehari pun.
Dari dulu, para hakim sudah kerap beralasan bahwa perekonomian bisa terimbas jika chaebol dihukum. ”Hal yang sebenarnya adalah ada kepentingan di antara politisi dan pebisnis,” kata sosiolog Korsel yang bekerja di University of Toronto, Lee Yoon-kyung.
Baca Juga: Fenomena BTS Meal, Bertemunya Kekuatan Industri dan Kekuatan Cinta Penggemar
Selama puluhan tahun, Korsel terbiasa dengan kondisi para chaebol menjadi pendana bagi para politisi. Sebagai imbalannya, berbagai kebijakan pemerintahan dibuat sesuai kepentingan para chaebol.
Lee Yong Kyung menyebut, kondisi itu tidak lepas dari muasal para chaebol. Dikembangkan di masa kediktatoran Park Chung Hee, jenderal Korsel yang melancarkan kudeta pada 1961 dan juga ayah mantan Presiden Korsel Park Gyun-hee, chaebol tumbuh karena proteksi luar biasa pemerintah.
Pinjaman lunak hingga kebijakan upah murah memungkinkan sejumlah kelompok usaha Korsel berkembang menjadi seperti sekarang. Para pengganti Park Chung Hee, sampai ke era Moon Jae-in dan kini Yoon Suk Yeol, meneruskan kebiasaan menyediakan kebijakan yang mendukung chaebol.
Sebagai imbalannya, chaebol menyediakan dana politik. Banyak politisi Korsel dipenjara karena terbukti menerima suap dari chaebol. Bahkan, sejumlah Presiden Korsel pun dipenjara karena menerima suap dari chaebol. (AFP/REUTERS)