Dalam persidangan sepanjang Juli 2022, muncul pernyataan bahwa praktik ”spoofing” adalah hal yang lazim. Praktik itu dinyatakan ilegal oleh undang-undang, tetapi masih marak terjadi.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
Praktik penipuan di bursa komoditas Amerika Serikat tidak kunjung surut. Para pedagang logam mulia di perusahaan bernama besar tetap marak setelah krisis keuangan AS pada 2008. Meski sanksi berupa denda jutaan dollar AS telah dikenakan setelah krisis 2008, praktik penipuan tidak pernah terhentikan.
Dalam pengadilan pada Juli 2022 lalu di Chicago, dua mantan pedagang komoditas JPMorgan Chase & Co, yakni Gregg Smith dan Michael Nowak, dinyatakan bersalah dan akan dipenjarakan tahun depan. Keduanya disebut melakukan praktik spoofing.
Spoofing adalah sebutan bagi praktik ketika pedagang memesan pembelian atau penjualan komoditas yang dilepas segera. Tujuannya hanya mengarahkan harga sesuai keinginan mereka. Sebagai contoh, ketika mereka memasang penjualan emas pada harga 1.700 dollar AS per ons, pedagang itu langsung memainkan pesanan pembelian palsu dalam jumlah besar dengan frekuensi tinggi. Tujuannya hanya agar harga terdorong naik. Saat harga mencapai level yang diinginkan, pesanan penjualan asli dieksekusi, tetapi pesanan pembelian palsu dibatalkan.
Hal sebaliknya terjadi ketika pedagang itu bertaruh pada harga yang lebih rendah, misalnya 1.650 dollar AS per ons. Untuk itu, pedagang memasang pesanan penjualan palsu dalam jumlah besar dan frekuensi tinggi guna menekan harga. Pesanan palsu itu tidak pernah dieksekusi.
”Praktik spoofing itu ilegal. Upaya memanipulasi pasar tidak bisa ditoleransi,” kata Ketua Commodity Futures Trading Commission (CFTC) Heath Tarbert, seperti dikutip kantor berita Reuters, 29 September 2020. Praktik spoofing dinyatakan illegal berdasarkan undang-undang bernama Dodd-Frank Act, yang diluncurkan pada 2010 setelah krisis 2008. Hanya, di era Presiden AS Donald Trump, UU ini tidak diindahkan.
Pengaduan
Pedagang itu juga melakukan spoofing atas komoditas perak, platinum, dan paladium lewat bursa berjangka di New York Mercantile Exchange Inc (NYMEX) dan Commodity Exchange Inc (COMEX), yang dijalankan CME Group Inc, menurut pernyataan Departemen Kehakiman AS.
Praktik penipuan ini ketahuan setelah ada pengaduan dari Alex Gerko, kepala perusahaan perdagangan algoritma XTX Markets Ltd. Ia mengeluh kepada CME Group Inc pada awal 2012 tentang sepak terjang Smith dan Nowak di pasar emas.
Para penyelidik hingga FBI merancang penelusuran bertahun-tahun, termasuk mengajak kerja sama dua mantan pegawai JPMorgan lainnya, seperti Christian Trunz dan John Edmonds. Dua orang ini dibebaskan dari tuduhan karena bersedia bekerja sama. Hal itu mengarah pada penangkapan Nowak pada September 2019 dan Smith.
JP Morgan telah membayar denda pada September 2020 sebesar 920 juta dollar AS untuk penyelesaian tuduhan manipulasi pasar yang dikenakan CFTC.
Hal yang lazim
Di dalam persidangan sepanjang Juli 2022, muncul pernyataan bahwa praktik spoofing adalah hal yang lazim. ”Pekerjaan kami adalah melakukan apa pun untuk mendapatkan uang,” kata Edmonds saat bersaksi tentang dua mantan rekannya. ”Semua pihak saat itu melakukan hal serupa di bidangnya masing-masing dan berhasil. Saya melihat orang-orang berdagang dengan cara seperti itu selama 20 tahun terakhir. Bagaimana pula saya tidak ikut-ikutan melakukannya?” demikian kata Edmonds.
Sebagaimana diberitakan Bloomberg, 18 Juli 2022, Corey Flaum juga bersaksi. Flaum pernah bekerja di Bear Stearns Cos yang bangkrut pada krisis 2008 dan diakuisi JPMorgan Chase & Co. ”Praktik manipulasi pada bursa berjangka emas adalah hal biasa. Itu praktik yang meluas. Tidak ada pimpinan divisi yang pernah bicara apa pun tentang itu dan aksi seperti itu biasanya berhasil,” kata Flaum, yang meninggalkan Bear Stearns pada Mei 2008 dan mengambil profesi serupa di Bank of Nova Scotia. Ia dipecat pada Juli 2016 juga karena praktik spoofing.
Hal itu diakui Eric Zuccarelli, pedagang independen di New York Mercantile Exchange sejak 1986. ”Praktik spoofing masih berlangsung dan malah rutin,” kata Zuccarelli. Praktik seperti itu tidak terbatas pada periode 2009 hingga 2016 saat CFTC mengatakan praktik manipulasi JPMorgan berlangsung selama periode itu.
Pemerintah AS telah meraup uang hasil denda sebesar 1 miliar dollar AS lebih atas praktik spoofing. Denda tersebut antara lain didapatkan dari sejumlah perusahaan besar lainnya, termasuk Bank of America Corp dan Deutsche Bank AG.
Mantan pedagang emas Merrill Lynch (milik Bank of America Corp) juga dinyatakan bersalah melakukan spoofing dengan tujuan memanipulasi harga logam mulia. Mereka adalah Edward Bases dan John Pacilio. Pada 3 Agustus, keduanya oleh juri di Chicago dinyatakan membanjiri pasar dengan pesanan ilegal dan menggerakkan harga emas, perak, dan platinum ke level yang mereka inginkan pada periode 2008-2014. Keduanya dituduh dengan sengaja menipu pedagang lainnya. ”Mereka melakukan itu untuk mengambil untung dan mengajari para pedagang muda melakukan hal serupa,” kata jaksa penuntut Scott Armstrong.
Pada Juni 2022, mantan pedagang Deutsche Bank AG, James Vorley dan Cedric Chanu, dipenjarakan setahun. Sebelumnya, mantan pedagang UBS Group AG, Andre Flotron, dibebaskan dari tuduhan. Sepuluh mantan pedagang Wall Street, termasuk JPMorgan, Bank of America/Merrill Lynch, Deutsche Bank, The Bank of Nova Scotia, and Morgan Stanley telah dinyatakan bersalah.