Sungai Rhine Surut, Perekonomian dan Sektor Energi Jerman Terganggu
Sungai Rhine, salah satu jalur logistik air utama Jerman dan Eropa, surut. Situasi ini dikhawatirkan berdampak pada industri dan ketersediaan energi Jerman yang sudah terpukul karena perang Ukraina.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
BERLIN, MINGGU – Kekeringan parah yang melanda sejumlah wilayah di Eropa mengakibatkan debit air di danau dan sungai surut. Hal ini berdampak pada perusahan logistik dan pelayaran yang mengandalkan sungai untuk pengiriman barang.
Di Jerman, penurunan tinggi permukaan air Sungai Rhine selama beberapa waktu terakhir membuat perusahaan pelayaran bersiap untuk menghentikan kegiatan operasional mereka jika tidak ada hujan dalam beberapa hari ke depan. Sungai Rhine menjadi tulang punggung industri pelayaran Jerman dan Eropa.
Di salah satu titik jalur pelayaran yang berada di dekat kota Kaub, Rhine tengah, Sabtu (13/8/2022), ketinggian permukaan air hanya mencapai 37 sentimeter (cm) atau sekitar 14,6 inci. Situasi ini membuat kapal besar dengan tonase berat tidak bisa melintas karena tinggi permukaan air minimal untuk bisa dilewati adalah 40 cm (15,7 inci).
Ahli pelayaran menilai, kapal logistik ringan juga akan mengalami kesulitan jika ketinggian air turun di bawah 35 cm (14 inci). Seluruh kapal logistik dipastikan tidak akan diizinkan melintasi sungai ini jika ketinggian permukaan air berada di bawah 30 cm (11,8 inci).
Perusahaan logistik Contargo dalam pernyataan, Jumat (12/8/2022), mengatakan tengah bersiap untuk menghentikan pengiriman di Upper Rhine dan Middle Rhine untuk alasan keamanan pelayaran. Mereka juga berencana mengalihkan sebagian kargo menggunakan truk.
”Untuk alasan keamanan, kami sebagian besar harus menghentikan navigasi kami di Upper dan Middle Rhine,” kata perusahaan dalam situs resminya. Mereka juga mengatakan, rencana penghentian itu terkait dengan kemungkinan tidak adanya curah hujan yang signifikan dalam beberapa hari mendatang yang bisa membantu kenaikan tinggi permukaan air Sungai Rhine.
Salomon Fiedler, ekonom pada Berenberg Bank, Jerman, dikutip dari laman CNBC, mengatakan, Rhine berperan penting sebagai jalur air pedalaman karena barang-barang dari pusat industri di Jerman selatan dan barat dikirimkan melalui sungai ini. Rendahnya permukaan air membuat kapasitas angkutan barang dikurangi atau yang terburuk penghentian kegiatan operasional, yang berarti terhentinya pengiriman barang.
Sungai Rhine adalah salah satu rute pelayaran terpenting di Benua Eropa dan merupakan jalur air terpenting Jerman. Sekitar 80 persen transportasi barang jalur air pedalaman mengandalkan sungai yang melewati kota-kota besar dan pelabuhan seperti Cologne, Duesseldorf, hingga Rotterdam (Belanda) dan Basel (Swiss). Sungai ini penting bagi peredaran atau distribusi hasil industri Jerman, terutama produk pertanian, batubara, minyak, industri bahan kimia, dan manufaktur.
Analisis oleh Kiel Institute pada tahun 2020 menyebutkan, penurunan tinggi permukaan air sungai di bawah 78 cm mengakibatkan penurunan pada sektor industri Jerman sebesar 1 persen. Hasil penelitian menyebutkan, rendahnya permukaan air menyebabkan gangguan transportasi dan berdampak pada penurunan kegiatan ekonomi yang signifikan dan berarti secara ekonomi.
Roberto Spranzi, Direktur DTG, sebuah koperasi pengiriman, mengatakan, volume yang dapat dibawa armadanya telah dibatasi karena rendahnya permukaan air Sungai Rhine. ”Sekarang kami harus menggunakan tiga hingga empat kapal untuk mengangkut muatan yang seharusnya bisa diangkut oleh satu kapal saja,” ujar Spanzi.
Dia khawatir, jika permukaan air Rhine semakin rendah, operasi mereka akan terhenti. ”Kami memasok pabrik-pabrik di Rhine dengan bahan mentah mereka. Ketika itu tidak mungkin lagi—atau lebih jarang—itu juga merupakan ancaman bagi industri Jerman,” ucap Spranzi.
Pukulan
Perang Ukraina-Rusia telah menyebabkan Jerman terpukul karena pasokan gas berkurang drastis dari Rusia. Sebagai alternatif, Pemerintah Jerman memutuskan kembali menggunakan batubara dan nuklir untuk menjaga kestabilan pasokan energi bagi warga dan sektor industri.
Akan tetapi, situasi di Sungai Rhine juga menjadi ancaman tersendiri bagi ketersediaan energi Jerman karena pasokan batubara bagi pembangkit-pembangkit utama di seluruh negeri dikirim melalui sungai ini.
Uniper, perusahaan energi Jerman, dalam sebuah pernyataan mengatakan, rendahnya permukaan air Sungai Rhine menyebabkan ketidakteraturan pengoperasian dua pembangkit listriknya hingga September. Perusahaan ini kini mendapat dukungan penuh berupa dana talangan dari Pemerintah Jerman.
Peringatan senada disampaikan EnBW, yang menjalankan pembangkit listrik di wilayah barat daya Baden-Wurttermberg. Mereka telah memperingatkan bahwa pengiriman bahan bakar yang terbatas akan berdampak pada pengoperasian pembangkit listrik, terutama karena kenaikan biaya transportasi.
Walau demikian, rute alternatif menggunakan transportasi darat dan kereta api masih memungkinkan untuk digunakan. ”Tetapi kapasitasnya terbatas,” kata EnBW.
Pembatasan angkutan Sungai Rhine telah menambah gangguan rantai pasok yang dialami oleh industri dan meningkatkan risiko kelangkaan bahan bakar. Di Jerman selatan, kekurangan bahan bakar di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) diduga karena faktor cuaca.
”Rendahnya permukaan air di Rhine berarti di daerah ini transportasi produk minyak yang sangat penting seperti bensin, solar, atau minyak pemanas tidak dapat beroperasi seperti biasa,” kata Alexander von Gersdorff, juru bicara industri energi dan bahan bakar Jerman. (AP/AFP/REUTERS)