Tagihan Listrik Warga Inggris dan Jerman Membengkak
Utang warga Inggris naik hingga 200 poundsterling, terutama karena kenaikan tagihan di sektor energi akibat harga gas yang meroket. Situasi yang sama terjadi di Jerman.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
LONDON, RABU — Utang rumah tangga di Inggris, khususnya di sektor energi, telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun ini setelah tagihan meningkat tiga kali lipat. Sejumlah badan amal memperingatkan Pemerintah Inggris bahwa ketidakmampuan konsumen membayar tagihan membuat jutaan orang terjebak dalam kemiskinan.
Hasil survei Uswitch yang dirilis pada Rabu (10/8/2022) memperlihatkan, hampir seperempat jumlah rumah tangga di Inggris memiliki utang sebesar 2.016 poundsterling atau sekitar Rp 3,72 juta kepada penyedia energi. Jumlah rumah tangga yang memiliki utang meningkat 10 persen dalam empat bulan terakhir setelah harga energi di negara ini mengalami kenaikan dua kali, yaitu pada Oktober 2021 dan Januari 2022.
”Hal ini menunjukkan krisis biaya hidup telah menekan anggaran secara dramatis, bahkan selama bulan-bulan musim panas, karena keluarga berjuang dengan tagihan yang meningkat di semua bidang,” kata Justina Miltienyte dari Uswitch.
Hal ini sejalan dengan analisis Cornwall Insight yang menyebutkan, tagihan energi rumah tangga di Inggris akan lebih tinggi sekitar 200 poundsterling dari rata-rata tahunan, terutama sebelum perang Ukraina-Rusia terjadi. Dikutip dari laman BBC, analisis lembaga tersebut menyatakan, tagihan energi tahunan rumah tangga Inggris yang saat ini sekitar 3.582 poundsterling berpotensi meningkat menjadi 4.266 poundsterling.
Harga energi telah meningkat tajam karena permintaan gas meningkat setelah berbagai pembatasan kegiatan warga dikurangi secara drastis. Pada saat yang sama, pasokan gas ke Eropa berkurang karena Rusia mengurangi pasokan gasnya.
Untuk menjaga harga di level konsumen, perusahaan pemasok energi biasanya membeli di muka. Akan tetapi, dengan harga energi yang fluktuatif, lebih dari 20 pemasok energi mengalami kebangkrutan tahun lalu.
Menurut badan amal Aksi Energi Nasional, jutaan warga Inggris tidak akan bisa membuat hangat dan nyaman rumahnya pada musim dingin yang telah mendekat. ”Kita akan mengalami kesehatan buruk dan kematian dini, terutama bagi mereka yang paling rentan terhadap dingin,” kata lembaga tersebut.
Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Inggris Simon Clarke menyatakan pemerintah menggodok rencana kebijakan yang akan memberikan dukungan (subsidi) pada rumah tangga terdampak. ”Pemerintah sedang menyusun paket dukungan biaya hidup yang dapat dipertimbangkan perdana menteri berikutnya ketika menjabat,” kata Clarke di Twitter.
Jerman
Situasi senada dirasakan rumah tangga di Jerman. Menurut perhitungan perusahaan pemasok energi RheinEnergie, tagihan energi rumah tangga di Jerman mengalami peningkatan hingga di atas 400 persen akibat harga gas yang fluktuatif. ”Peningkatan hampir 450 persen dalam biaya pengadaan gas alam selama setahun terakhir menjadi penyebab kenaikan yang tinggi,” kata perusahaan itu dalam pernyataan.
Berdasarkan penghitungan perusahaan yang memasok energi bagi sekitar 2,5 juta orang di kota Cologne itu, rumah tangga dengan dua penghuni yang menggunakan energi rata-rata sebesar 10.000 kWh per tahun, akan mengalami peningkatan jumlah tagihan dari 960 euro atau sekitar Rp 14,6 juta menjadi 2.002 euro atau sekitar Rp 30,6 juta.
Klaus Mueller, Kepala Regulator Jaringan Energi Jerman (Bundesnetzagentur), menyatakan, warga Jerman harus mau menghemat penggunaan energi mereka selama musim dingin untuk menghindari kekurangan gas di seluruh negeri pada Desember nanti. Setidaknya, warga harus mengurangi penggunaan gasnya hingga 20 persen.
”Jika kita tidak menghemat banyak dan tidak mendapatkan gas tambahan, kita akan mendapat masalah,” kata Mueller dalam wawancara dengan surat kabar Welt am Sonntag. (AFP/Reuters)