JAKARTA, KOMPAS Setelah mengunjungi China dan Jepang, Presiden Joko Widodo mengakhiri lawatan ke Asia Timur dengan bertandang ke Korea Selatan. Dalam lawatan di Korsel, Presiden Jokowi kembali memperkuat kedekatan hubungan Indonesia dengan negara itu. Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan kedua negara semakin erat dalam sektor ekonomi, pertahanan, dan budaya.
Presiden dan rombongan tiba di ibu kota Korsel, Seoul, pada Rabu (27/7/2022) malam. Pada Kamis (28/7), Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul. Dalam pertemuan, mereka sepakat memperkuat kerja sama di beragam bidang.
”Hari ini, saya dan Presiden Jokowi sepakat untuk lebih memperkuat kerja sama strategis kedua negara seiring dengan perubahan keadaan internasional,” kata Yoon dalam pernyataan pers bersama, sebagaimana dikutip kantor berita Yonhap. ”Presiden Jokowi dan saya sepakat untuk membangun serikat strategis di industri maju, seperti mobil listrik dan baterai, dengan memperkuat kerja sama keamanan ekonomi kedua negara, termasuk melalui stabilisasi rantai pasokan mineral utama,” kata Yoon.
Dia juga mengatakan, kedua belah pihak sepakat untuk bekerja sama dalam kepentingan bersama dalam Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik.
Sementara itu, Presiden Jokowi menyebut Korsel sebagai salah satu mitra penting Indonesia di Asia Timur. ”Saya yakin di bawah kepemimpinan Presiden Yoon, kemitraan kita akan semakin kokoh ke depan, terutama kemitraan di bidang ekonomi,” ujarnya.
Sejak 2016, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Korsel telah berinvestasi 19,6 miliar dollar AS untuk sejumlah proyek di Indonesia.
Menyambut baik tren perdagangan bilateral yang terus meningkat, kedua pemimpin negara sepakat untuk membuka akses pasar, mengatasi hambatan-hambatan perdagangan, dan mempromosikan produk-produk unggulan kedua negara.
Implementasi konkret dari kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea (IK-CEPA) dinilai akan mendorong pemenuhan sejumlah target. Apalagi, investasi Korsel di Indonesia juga mengalami pertumbuhan pesat. Prospeknya pun positif, khususnya di industri baja, petrokimia, baterai kendaraan listrik, industri kabel listrik dan telekomunikasi, garmen, serta energi terbarukan.
Presiden Jokowi secara khusus mendorong kerja sama investasi dari Korea, terutama percepatan pembangunan ekosistem mobil listrik di Indonesia, termasuk proyek industri baterai yang terintegrasi dengan pertambangan dan industri baja otomotif untuk kendaraan listrik.
Kerja sama pengembangan Ibu Kota Negara Baru Nusantara dirintis pula. ”Saya menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman (MOU) antara Kementerian Investasi, Posco Korea, dan Krakatau Steel Indonesia terkait investasi bidang industri baja otomotif untuk kendaraan listrik dan partisipasi dalam pengembangan Ibu Kota Nusantara,” kata Presiden Jokowi.
Nilai investasi secara keseluruhan disebut mencapai 6,37 miliar dollar AS (sekitar Rp 94,9 triliun). Investasi ini akan menyerap lebih dari 58.000 tenaga kerja.
Saat bertemu para CEO perusahaan Korsel, Presiden Jokowi menegaskan jaminannya terkait kemudahan berinvestasi di Indonesia. ”Saya tadi tak mendengar keluhan-keluhan berat yang mungkin terjadi di lapangan. Namun, apabila ada masalah, tolong sampaikan kepada Menteri Investasi Pak Bahlil atau kepada Pak Menko Maritim dan Investasi. Jika mentok, bisa ke saya, baik berkaitan dengan izin, baik yang berkaitan dengan imigrasi, dan lain-lainnya,” tutur Presiden.
Secara umum, para CEO menilai iklim investasi di Indonesia sangat kondusif.
G20
Terkait G20, Presiden Yoon Suk Yeol menyampaikan dukungan penuh kepada Indonesia. ”Saya sangat menantikan November ini untuk menghadiri KTT G20 di Bali dan akan bekerja sama secara proaktif dengan Indonesia agar KTT G20 berjalan sukses,” kata Yoon. Presiden Indonesia mengapresiasi dukungan tersebut.
Presiden Yoon juga menegaskan komitmen kerja sama Korsel-ASEAN, termasuk dalam isu Indo-Pasifik. ”Saya menyatakan tekad untuk memperkuat kerja sama dengan ASEAN. Sebab, akan menyinergikan strategi Indo-Pasifik dengan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific berdasarkan dukungan kuat terhadap komunitas ASEAN,” ujarnya.