Australia dan Indonesia adalah dua negara yang bertetangga dekat. Kedekatan itu perlu diperkuat dan diperdalam.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·3 menit baca
Secara geografis, Australia Barat dengan ibu kota Perth adalah salah satu wilayah di Australia yang dekat dengan Indonesia. Perbedaan waktu antara Perth dan Jakarta hanya satu jam. Sementara perbedaan waktu antara Pert dan Sydney—saat ini—adalah dua jam.
Seperti banyak warga Australia lainnya, warga Perth juga menjadikan Bali sebagai salah satu tujuan utama wisata. Banyak warga di Australia Barat berkali-kali mengunjunginya. Konsul Jenderal Indonesia untuk Perth Listiana Operananta dalam sebuah perbincangan, Jumat (22/7/2022), mengatakan, fakta geografis itu menegaskan, secara fisik, Australia dan Indonesia bertetangga dekat. Namun, menurut dia, kedekatan itu perlu lebih diperdalam.
”Masih ada pandangan bahwa Indonesia sekadar tujuan berlibur. Ada rasa sayang, tetapi masih perlu usaha lebih agar rasa sayang itu meningkat lagi, dalam arti Indonesia bukan sekadar tempat berlibur. Indonesia ada peluang besar,” kata Listiana.
Menurut dia, untuk kelompok bisnis besar, Indonesia sudah dikenali sebagai kekuatan ekonomi besar. Namun, untuk kalangan bisnis menengah-kecil dan umumnya warga, kekuatan Indonesia sebagai negara besar belum sepenuhnya dikenal.
Ketika Perdana Menteri Australia Anthony Albanese berkunjung ke Indonesia dan bersepeda dengan Presiden Joko Widodo, publik di Australia, khususnya sejumlah kalangan di Australia Barat, terkesima. ”Mereka mulai melirik Indonesia sebagai kekuatan kreatif yang potensial,” kata Listiana.
Sejak saat itu, menurut Listiana, banyak pengusaha di Perth mengirim surat berisi permintaan informasi tentang potensi investasi di Indonesia. Potensi besar kerja sama ekonomi itu ada, di antaranya di bidang energi. Menindaklanjuti peluang itu, Pemerintah Australia Barat pada akhir tahun ini akan menggelar pameran bertajuk Indonesia Connect. Pihak KJRI Perth diminta masukan tentang siapa saja yang bakal diundang untuk menjajaki kerja sama di bidang digital, energi, kesehatan, dan ekonomi.
Melihat peluang bahwa Indonesia kian dilirik dan diminati—selain mengelola kerja sama informasi yang terjalin dan memastikan kerja sama itu terimplementasi di lapangan—KJRI Perth mengembangkan pendekatan kultural melalui perluasan pembelajaran bahasa Indonesia. Menurut Listiana, dengan mengerti dan memahami bahasa Indonesia, para pengusaha atau warga Australia dapat masuk lebih jauh ke dalam budaya dan cara berpikir Indonesia. ”Pada akhirnya akan menyambung untuk isu yang lebih besar,” kata Listiana.
Ia menceritakan, sejumlah perusahaan besar di Australia Barat saat membuka atau mengembangkan lini usahanya di Indonesia membekali stafnya dengan kemampuan berbahasa dan tata krama bergaul di Indonesia. Tantangannya, kelompok usaha menengah-kecil belum melakukannya.
Untuk menjawab tantangan itu, KJRI Perth kini aktif memperkenalkan bahasa Indonesia, baik melalui pembelajaran di sekolah lewat program Indonesia Goes to School maupun beragam forum lokal. Upaya itu mendapat dukungan dari ACICIS, konsorsium 25 universitas terkemuka di Australia, Selandia Baru, Inggris, Belanda, dan Kanada yang memiliki program studi mengenai Indonesia.
Tak hanya itu, melalui sejumlah pendekatan yang dilakukan KJRI Perth, Pemerintah Australia Barat memberi kesempatan kepada KJRI Perth untuk hadir dalam forum kepala sekolah di Australia Barat. ”Dari situ minat untuk mempelajari bahasa Indonesia berkembang,” kata Listiana.
Saat awal bertugas di Perth setahun lalu, menurut Listiana, ada sembilan SMA mengajarkan bahasa Indonesia. Saat ini jumlahnya berkembang menjadi 12 SMA. ”Itu pertambahan yang cukup menggembirakan. Itu menunjukkan komitmen yang besar dari sekolah tersebut karena harus menyiapkan kurikulum, guru, dan alat ajar,” kata Listiana.
KJRI turut membantu menyediakan materi ajar. Di sisi lain, hal itu menunjukkan keberhasilan KJRI meyakinkan sekolah tersebut bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia perlu. Para siswa dapat menggunakannya di beragam universitas terkemuka, baik di Australia maupun negara lain yang menyediakan program studi Indonesia.
Dari proses itu diharapkan persepsi publik tentang Indonesia serta relasi Australia-Indonesia semakin berkembang dan dalam. Menurut Listiana, lewat bahasa, selain adaptasi kultural, beragam perbedaan dapat didialogkan. Diaspora Indonesia di Perth, menurut Listiana, turut aktif terlibat dalam upaya pengenalan itu. Listiana berharap, lewat bahasa, relasi sebagai mitra, terjalin lebih alami dan berdampak optimal dalam beragam kerja sama bilateral, termasuk ekonomi.