Mempromosikan Indonesia di Negeri Kanguru dengan ”Soft Diplomacy”
Sebagai bagian dari ”soft diplomacy”, KICA Inc. rutin menggelar beragam kegiatan budaya demi mempromosikan Indonesia melalui pentas kesenian tari, musik, peragaan busana, pameran kuliner, dan pengenalan Bahasa Indonesia.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
Sebagai organisasi nirlaba yang aktif berkegiatan di wilayah Gold Coast dan Brisbane, Queensland, Australia, Kusuma Indonesia Community Australia Incorporated (KICA Inc.) mengusung visi dan misi—salah satunya—memperkenalkan atau mempromosikan budaya Indonesia. Selain itu, organisasi tersebut juga membantu Konsulat Jenderal RI Sydney dalam layanan pembuatan paspor, urusan keimigrasian, dan kegiatan kekonsuleran lainnya bagi WNI.
Selama ini KICA Inc. rutin menggelar beragam kegiatan budaya demi mempromosikan keanekaragaman bangsa Indonesia, antara lain, melalui pentas kesenian tari, musik, peragaan busana, pameran kuliner, dan pengenalan Bahasa Indonesia. Bahkan, juga pernah mengundang kelompok kesenian tari reog dari daerah Ponorogo, Jawa Timur, untuk pentas keliling Australia.
Tak hanya itu. Pernah pula ada duta kesenian Indonesia yang diundang untuk mengajar dan pentas di ”Negeri Kanguru” tersebut. ”Kami rutin pentas di berbagai acara, terutama festival multikultural sekaligus memberikan lokakarya ke sekolah-sekolah, seperti kursus membatik, pemutaran film tentang Indonesia, dan pembelajaran Bahasa Indonesia gratis bagi warga Australia setiap hari Senin,” kata Thia Taylor, Presiden KICA Inc.
Kursus bahasa gratis itu diberikan karena mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah di Australia sudah ditiadakan sejak beberapa tahun yang lalu.
Festival yang multikultural menjadi sarana penting untuk bisa merangkul berbagai komunitas. KICA Inc. juga menggelar festival harmoni sebagai upaya untuk berbagi kebudayaan. Dengan menghargai budaya setempat dan budaya penduduk Australia yang beragam latar belakangnya, kata Thia, otomatis mereka pun akan menghargai dan tertarik pada budaya Indonesia. Budaya Australia unik karena merupakan penduduknya berasal dari berbagai negara sehingga Australia menjadi semacam melting pot.
”Memperkenalkan budaya ini bentuk soft diplomacy yang efektif karena akan bisa menarik minat pengusaha, wisatawan, dan pelajar untuk datang ke Indonesia. Kalau banyak yang datang ke Indonesia, tentu perekonomian Indonesia juga akan meningkat. Saya harap Indonesia bisa menangani pandemi Covid-19,” kata Thia.
Thia berharap Pemerintah Indonesia mendukung organisasi-organisasi nirlaba dan kemasyarakatan, seperti KICA Inc., yang selama ini ikut berjuang mempromosikan Indonesia dan mengerjakannya secara sukarela dan tanpa pamrih. Bentuk dukungan itu juga diharapkan dalam hal materi. Sebab, dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya, mereka sering kali harus mengeluarkan biaya sendiri, seperti untuk pengadaan pakaian tari, mengirimkan duta seni, suplai alat-alat keseniannya, suplai buku, dan kebutuhan pendukung lainnya.
”Kebanyakan pendapatan kami hanya cukup untuk keperluan sehari-hari. Untuk bisa tetap mempromosikan budaya Indonesia, kami juga perlu bantuan dari pemerintah Indonesia,” kata Thia.
Mengenai impiannya untuk Indonesia, Thia berharap seluruh rakyat Indonesia bisa memperoleh akses pendidikan formal dan non formal gratis agar semua bisa mendapatkan pekerjaan atau kehidupan yang layak. Untuk bisa memastikan pendidikan yang gratis, pemerintah bisa memanfaatkan pajak rakyat, hasil dari kekayaan sumber daya alam, atau bantuan dari perusahaan swasta.
”Saya juga berharap Indonesia lebih sadar akan masalah kebersihan dan keamanan karena itu hal-hal penting yang akan menarik turis dan pebisnis untuk datang ke Indonesia,” kata Thia.