AS Siapkan Opsi Lain setelah Rusia Ingin Tinggalkan Stasiun Luar Angkasa
Rencana Rusia meninggalkan Stasiun Luar Angkasa Internasional mengejutkan Amerika Serikat. Pejabat AS mengatakan, mereka kini sedang menjajaki opsi lain.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
NASA
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mengorbit Bumi.
WASHINGTON DC, RABU — Amerika Serikat mulai memikirkan opsi lain untuk merespons langkah Rusia yang ingin meninggalkan Stasiun Luar Angkasa Internasional setelah tahun 2024. Kepala Badan Antariksa Russia atau Roscosmos, Yuri Borisov, Selasa (26/7/2022), di Moskwa, mengumumkan, negaranya menarik diri dari ISS untuk lebih fokus pada upaya membangun pos orbitnya sendiri.
Rencana Rusia keluar dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mengejutkan AS dan sekutunya. Jika keinginan Rusia terwujud, itu akan mengganggu kelangsungan ISS ke depan. Muncul pula spekulasi bahwa keputusan Rusia itu terjadi akibat ketegangan dengan Barat terkait operasi militer khusus Moskwa di Ukraina yang telah menjadi perang yang mematikan dan menghancurkan.
”Keputusan untuk meninggalkan stasiun setelah 2024 telah dibuat,” kata Borisov dalam pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin. ”Saya pikir pada saat itu kami akan mulai membentuk stasiun orbit Rusia,” kata Borsov.
Pejabat Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) menyatakan belum mendengar dari Rusia tentang pengumuman Borisov. NASA menyebutkan, itu bukan penyampaian secara resmi oleh Rusia. Menurut Administrator NASA Bill Nelson, NASA berkomitmen terhadap operasi ISS yang aman hingga 2030 dan membangun kemampuan masa depan untuk memastikan kehadiran utama kami di orbit rendah Bumi.
ISS diluncurkan pada November 1998 dan dirancang untuk bertahan selama 15 tahun. Namun, faktanya kini telah beroperasi selama 24 tahun. ISS menjadi simbol kerja tim internasional pasca-Perang Dingin untuk kepentingan sains. Keputusan Rusia meninggalkan ISS akan membuat stasiun tersebut menjadi salah satu bidang kerja sama terakhir antara AS dan Rusia.
Para ahli mengatkan, ISS akan sangat sulit bertahan dan dioperasikan tanpa Rusia. Bahkan, akan menjadi mimpi buruk jika ISS tetap berjalan tanpa Rusia. Mitra Rusia di ISS, yakni Amerika, Jepang, Uni Eropa, dan Kanada, berharap ISS akan terus berjalan hingga 2030.
NASA
Lengan robot Canadarm2 dan tangan robot Dextre yang merupakan bagian dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dengan latar belakang lengkungan Bumi. Citra diambil saat ISS melintas di atas selatan Samudra Pasifik di ketinggian 423 kilometer pada 12 Desember 2019.
Opsi lain
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan, AS sedang menjajaki opsi lain untuk merepons langkah Rusia. Namun, dia belum merinci apa yang dimaksudkan sebagai opsi atau pilihan lain tersebut.
Sementara Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menyebutkan, pengumuman Rusia adalah perkembangan yang tidak menguntungkan. Sebab, kolaborasi profesional berharga yang dimiliki badan antariksa berlangsung selama bertahun-tahun.
Pernyataan Borisov menegaskan pengumuman Rusia sebelumnya. Seorang pejabat antariksa Rusia pada April 2021 mengatakan, Roscosmos akan meluncurkan stasiun luar angkasa sendiri pada 2025 atau ketika aturan hukum internasional terkait operasinya berakhir pada tahun sebelumnya.
Para pejabat Rusia juga telah mengeluhkan ISS saat ini sudah semakin ringkih karena menua. Kondisi itu sangat membahayakan keselamatan dan mempersulit upaya untuk memperpanjang usia operasionalnya.
Di samping itu, biaya perawatan ISS sangat besar. Dengan perusahaan SpaceX milik miliuner Elon Musk yang sekarang menerbangkan astronot NASA ke dan dari stasiun luar angkasa, Badan Antariksa Rusia kehilangan sumber pendapatan utama. Selama bertahun-tahun, NASA membayar puluhan juta dollar AS per kursi untuk naik roket Soyuz milik Rusia.
Rencana Rusia untuk keluar dari ISS juga menimbulkan dugaan sebagai bagian manuver Moskwa untuk melawan sanksi Barat atas perang di Ukraina. Pendahulu Borisov, Dmitry Rogozin, bulan lalu mengatakan, Moskwa dapat mengambil bagian dalam negosiasi tentang kemungkinan perpanjangan operasi ISS jika AS mencabut sanksi terhadap industri luar angkasa Rusia.
Mantan astronot Kanada, Chris Hadfield, mencuit di Twitter untuk menanggapi pengumuman Rusia. ”Ingat bahwa permainan terbaik Rusia adalah catur”.
NASA TV/SPACE
Wahana antariksa berawak milik SpaceX Crew Dragon sandar dan menyatu dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Penyatuan berlangsung saat ISS terbang pada ketinggian 422 kilometer di atas wilayah China pada Minggu (31/5/2020) pukul 21.16 WIB. Crew Dragon tiba di ISS setelah menempuh perjalanan dari Bumi selama 19 jam.
ISS merupakan proyek gabungan multinasional yang melibatkan lima badan antariksa, yakni NASA (Amerika), Roscosmos (Rusia), JAXA (Jepang), SXA (Kanada), dan ESA (Uni Eropa). ISS digunakan untuk penelitian ilmiah dalam gravitasi nol dan menguji teknologi untuk perjalanan masa depan ke Bulan dan Mars. Biasanya ada tujuh awak yang menghabiskan waktu berbulan-bulan saat ISS mengorbit sekitar 420 kilometer di atas Bumi. Kini ada 3 orang Rusia, 3 orang Amerika, dan 1 orang Italia ada di sana.
Stasiun itu senilai lebih dari 100 miliar dollar AS. Luasnya kira-kira satu lapangan sepak bola. Di dalamnya terdiri dari dua bagian utama, satu bagian dijalankan Rusia, yang lain dioperasikan AS dan negara-negara lain. Tidak segera jelas apa yang harus dilakukan di kompleks sisi Rusia untuk mengoperasikan stasiun ruang angkasa dengan aman begitu Moskwa keluar.
Mantan astronot NASA, Scott Kelly, yang menghabiskan 340 hari terus-menerus di ISS pada 2015 dan 2016, mengatakan, pernyataan Rusia itu hanya ”gertak sambal”. ”Saya percaya Rusia akan tinggal selama mereka mampu karena tanpa ISS mereka tidak memiliki program luar angkasa,” katanya.
Kelly mengatakan, kerja sama dengan Barat juga menunjukkan sejumlah legitimasi kepada negara-negara nonblok lainnya dan kepada rakyat Rusia sendiri. Legitimasi itu dibutuhkan Presiden Rusia Vladimir Putin karena perang di Ukraina telah merusak kredibilitasnya. Menurut Kelly, bukan tidak mungkin bagi negara-negara lain mengoperasikan ISS jika Rusia menarik diri.
Mantan astronot NASA, Terry Virts, yang menghabiskan 6 bulan di stasiun luar angkasa pada 2014 dan 2015, mengatakan, penarikan Rusia akan menjadi ”bencana”. Pengumuman Rusia itu mengirimkan pernyataan signifikan kepada dunia bahwa Rusia tidak bisa diandalkan. ”Putin telah melewati batas. Kita perlu melepaskan diri dari mereka di ISS.”
NASA
Antariksawan Amerika Serikat, Andrew Morgan (kiri) dan Christina Koch (kanan), bersiap melalukan spacewalk atau berjalan di luar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada Minggu (6/10/2019) untuk memperbaiki baterai panel surya ISS.
Virts juga kecewa karena tiga kosmonot yang terbang bersamanya ke luar angkasa sekarang kini duduk di Parlemen Rusia atau Duma untuk mendukung perang di Ukraina. Jordan Bimm, sejarawan sains di University of Chicago, mengatakan, pernyataan Rusia bukan pertanda baik bagi masa depan ISS.
Scott Pace, Direktur Institut Kebijakan Antariksa Universitas George Washington, mengatakan, masih harus dilihat apakah Rusia pada akhirnya dapat meluncurkan dan memelihara stasiun independen mereka sendiri.
Rusia sejauh ini tidak melakukan upaya nyata untuk mengembangkan stasiun luar angkasa sendiri, apalagi setelah didera sanksi Barat terkait perang di Ukraina. Namun, jauh sebelum ISS ada, Soviet, kemudian Rusia, memiliki sejumlah stasiun luar angkasa sendiri, termasuk Mir. AS juga memiliki Skylab.
John Logsdon, pendiri dan mantan Direktur Institut Universitas George Washington, mengatakan, NASA memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi penarikan diri Rusia. ”Salah satu alternatifnya adalah mendeklarasikan kemenangan dengan ISS dan menggunakan ini sebagai alasan untuk mengorbitnya dan menambah uang eksplorasi. Nilai politiknya jelas telah menurun dari waktu ke waktu,” tuturnya. (AP/REUTERS/AFP)