Uji Rudal Rusia Hasilkan Ribuan Sampah Antariksa, Ancam Keselamatan Astronot
Tujuh astronot yang tengah bertugas di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) diminta segera berlindung di kapsul-kapsul yang siap meluncur meninggalkan ISS, tak lama setelah Rusia menembakkan rudalnya atas satelitnya.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
CAPE CANAVERAL, SELASA — Tes persenjataan rudal baru Rusia menuai kecaman. Sisa-sisa satelit tua Rusia yang menjadi sasaran tembak persenjataan rudal baru itu kini bertebaran menjadi sedikitnya 1.500 keping sampah luar angkasa. Masalahnya, banyaknya sampah luar angkasa itu mengancam tujuh astronot yang kini sedang bertugas di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Amerika Serikat menuding Rusia ceroboh dan tidak bertanggung jawab.
”Saya marah. Ini tidak bisa dibenarkan. Tidak masuk akal Pemerintah Rusia melakukan tes ini dan membahayakan tidak hanya astronot dari negara lain, tetapi juga astronot mereka sendiri,” kata Kepala Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) Bill Nelson, Senin (15/11/2021) waktu setempat atau Selasa (16/11/2021) pagi WIB.
Hari Senin itu, insiden terjadi. Sebuah rudal antisatelit Rusia ditembakkan dari darat, menghantam satelit milik negara itu sendiri. Seradata, perusahaan analis industri luar angkasa, menyebutkan bahwa sasaran tembak rudal Rusia itu adalah Cosmos 1408. Ini adalah satelit pengintai sinyal Soviet tahun 1982 yang sudah tidak berfungsi selama beberapa dekade.
Tembakan pada satelit tersebut menyisakan sampah-sampah yang beterbangan tak jauh dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Dalam laporannya, NASA menyebutkan, ketujuh astronot di ISS (empat astronot asal AS, satu dari Jerman, dan dua dari Rusia) diminta untuk segera berlindung di dalam kapsul-kapsul yang siap luncur meninggalkan ISS.
Mereka berada di dalam kapsul tersebut selama dua jam, menyaksikan sampah-sampah luar angkasa itu sempat melewati mereka. Kepingan sampah-sampah itu melintas setiap 90 menit. ISS, laboratorium riset luar angkasa, mengorbit pada ketinggian sekitar 402 kilometer di atas permukaan bumi.
NASA mengatakan, para spesialisnya baru menyatakan situasi aman bagi astronot untuk kembali ke ruangan ISS setelah sampah ketiga melintas. ”Ini pengalaman luar biasa di hari pertama bekerja di luar angkasa,” ujar Mark Vande Hei, astronot NASA, sambil tertawa dan menyebut apa yang dilakukan Rusia itu memang gila.
Nelson mengingatkan, nasib para astronot di ISS itu sekarang semakin terancam. Kepingan-kepingan sampah yang berukuran besar masih bisa dilacak pergerakannya. Namun, masih ada ratusan hingga ribuan keping sampah berukuran kecil yang tidak bisa dilacak.
Jika sampah itu mengenai bagian ISS, apalagi jika tepat di bagian yang penting, akibatnya bisa fatal. Bahkan, setitik cat pun akan bisa menyebabkan kerusakan parah saat mengorbit pada kecepatan 17.500 mil per jam (28.000 kilometer per jam). Apalagi, jika sampah itu berukuran besar.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengecam uji rudal Rusia tersebut. Ia menyebut uji coba itu sebagai tindakan ”ceroboh dan tidak bertanggung jawab”. Blinken menyatakan kekhawatirannya bahwa semua satelit yang kini sedang beroperasi terancam. Di markas Pentagon, juru bicara Kementerian Pertahanan AS, John Kiyby, mengatakan, uji coba itu membuktikan perlunya ditetapkan norma-norma yang mengatur perilaku di luar angkasa.
Sampai saat ini belum ada penjelasan dari Rusia, dari otoritas militernya ataupun Kementerian Pertahanan, terkait tes serangan rudal di luar angkasa itu.
Juru bicara Kemenlu AS, Ned Price, mengatakan AS sudah berulang kali mengutarakan kekhawatirannya pada sejumlah uji coba rudal antisatelit milik Rusia. AS sudah menegaskan tidak bisa menoleransi hal-hal seperti ini. Pusat Kendali Misi NASA mengeluhkan, jika tetap saja ada ancaman seperti ini, akan sulit melanjutkan penelitian sains dan pekerjaan lain yang dilakukan astronot.
Persaingan senjata luar angkasa
Uji coba rudal Rusia itu mengkhawatirkan. Sebab, ini berarti kompetisi pembuatan persenjataan luar angkasa pun kian ketat. Teknologi persenjataannya pun tak main-main, mulai dari satelit yang mampu melacak keberadaan seseorang atau sesuatu sampai dengan teknologi persenjataan laser.
Tes persenjataan serupa juga pernah dilakukan China pada tahun 2007. Sama seperti saat ini, uji coba persenjataan China itu juga menghasilkan puing-puing yang menjadi sampah luar angkasa. Salah satu kepingan sampah nyaris saja menabrak ISS pada pekan lalu.
Meski sudah lolos dari risiko tertabrak, NASA tetap memindahkan stasiun itu ke tempat lain. Sebenarnya tes-tes persenjataan atau rudal seperti itu juga pernah dilakukan banyak negara, termasuk AS dan India. AS pernah menguji rudal anti-satelit pada 2008 dan India tahun 2019, tetapi uji coba itu dilakukan pada ketinggian yang rendah, sekitar 420 kilometer dari permukaan bumi dan jauh di bawah lokasi ISS.
Sementara satelit intelijen Rusia, Cosmos 1408 buatan tahun 1982 yang sudah tidak berfungsi selama puluhan tahun dan ditembak oleh rudal Rusia, mengorbit sekitar 65 kilometer lebih tinggi.
Markas Komando Luar Angkasa sampai sekarang masih melacak sekitar 20.000 kepingan sampah luar angkasa, termasuk serpihan-serpihan satelit yang tua dan rusak dari seluruh dunia. Jonathan McDowell dari Pusat untuk Astrofisik di Harvard-Smithsonian mengatakan, butuh waktu lama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk mendata puing-puing terbaru dan mengonfirmasi orbitnya. Perlahan puing-puing itu akan mulai menyebar karena adanya hambatan atmosfer dan kekuatan lainnya.
Posisi ISS menjadi sangat rentan dan berisiko tinggi karena uji persenjataan itu dilakukan dekat dengan jalur orbitnya. McDowell juga mengatakan, semua obyek yang berada di orbit bumi yang rendah, termasuk stasiun luar angkasa China dan teleskop luar angkasa Hubble, dalam beberapa tahun ke depan juga berisiko tinggi. Kumpulan puing-puing sampah luar angkasa menjadi ancaman pada setiap orbit yang lewat atau setiap 1,5 jam sekali.
Badan Luar Angkasa Rusia, melalui akun Twitter-nya, menyebutkan bahwa astronot diperintahkan untuk masuk ke kapsul jika dirasa mereka harus segera melarikan diri.
Menghadapi situasi luar angkasa seperti itu, astronot asal Jerman, Matthias Maurer, mengaku memilih tidur sambil berlindung di ruangan laboratorium Eropa di dalam ISS yang dianggap aman.
Nelson mengingatkan AS dan Rusia sudah sejak lama memiliki ikatan kerja sama luar angkasa, yakni sejak kerja sama misi Apollo-Soyuz pada tahun 1975. ”Saya tidak mau misi kerja sama itu terganggu. Toh, kita sama-sama membutuhkan ISS dan ISS harus dioperasikan bersama,” ujarnya.
Senjata canggih
Persenjataan antisatelit (ASAT) termasuk kategori rudal berteknologi tinggi. Rudal-rudal jenis itu hanya dimiliki beberapa negara saja. India yang terakhir kali mengetes persenjataan itu. AS sendiri juga pernah melakukan hal serupa dengan yang dilakukan Rusia.
AS menembakkan rudal antisatelitnya pada 2008 untuk membalas China yang juga melakukan hal serupa tahun 2007. Saat ini terdapat lebih dari 4.500 satelit yang beredar. Bahkan, perusahaan-perusahaan swasta, seperti SpaceX, juga hendak meluncurkan puluhan ribu satelit lagi.
Pada saat yang sama, China juga sedang mengembangkan persenjataan Shijian-17 dengan lengan robot yang mampu membawa kendaraan-kendaraan luar angkasa. ”Baik China maupun Rusia sama-sama sedang gencar membangun kekuatan militer di luar angkasa. Mereka memiliki persenjataan yang bisa membutakan sensor satelit,” kata Direktur Intelijen Nasional AS Avril Haines. (AP/AFP/REUTERS)