Presiden Jokowi-PM China Li Keqiang Bahas Kerja Sama Ekonomi
Lawatan Presiden Joko Widodo ke China diawali pertemuan bilateral dengan PM China Li Keqiang. Ekspor CPO hingga pembangunan pusat industri di Kalimantan Utara dibahas dalam pertemuan.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengawali kunjungan kerjanya di Republik Rakyat China dengan bertemu Perdana Menteri China Li Keqiang. Pertemuan membahas peningkatan perdagangan kedua negara, termasuk impor sawit dari Indonesia dan produk pertanian lain.
Pertemuan bilateral ini dilangsungkan di Villa 5, Diaoyutai State Guesthouse, Beijing, Selasa (26/7/2022) sore.
Tiba di lokasi pertemuan, PM Li menyambut Presiden Jokowi. Keduanya bersalaman dan berfoto bersama.
Selain berterima kasih atas sambutan hangat Pemerintah China, Presiden Jokowi menyampaikan, China merupakan mitra strategis Indonesia. Kedua negara juga telah berhasil mengisi kemitraan tersebut dengan kerja sama yang saling menguntungkan.
”Dalam pertemuan dengan Premier Li, saya berharap kita dapat membahas berbagai kerja sama, khususnya di bidang perdagangan, investasi, infrastruktur, keuangan, pendanaan, serta maritim,” kata Presiden Jokowi dalam sambutan pengantar pertemuan bilateral.
Sejauh ini, nilai perdagangan Indonesia dan RRC terus meningkat. Tahun 2021, nilai perdagangan kedua negara mencapai 110 miliar dollar AS. Presiden Jokowi berharap kerja sama tersebut dapat terus ditingkatkan, apalagi peluang untuk meningkatkan angka perdagangan sangat besar.
PM Li dalam pertemuan itu juga menyampaikan komitmen RRC untuk menambah impor minyak kelapa sawit mentah (CPO) sebanyak satu juta ton dari Indonesia. Selain itu, RRC berjanji akan memprioritaskan impor produk pertanian dari Indonesia. Kerja sama pembangunan Green Industrial Park di Kalimantan Utara juga dibahas dalam pertemuan tersebut.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menjelaskan, fokus utama pertemuan pemimpin Indonesia dan China adalah meningkatkan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.
Selain itu, Presiden Jokowi adalah pemimpin negara yang diterima berkunjung ke Beijing di masa pandemi setelah Olimpiade Musim Dingin di Beijing pada awal 2022. Hal ini sekaligus menunjukkan betapa strategis hubungan kedua negara.
Setelah bertemu PM Li, Presiden Jokowi juga akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.
Dalam lawatan ini, Presiden Jokowi didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, dan Duta Besar RI di Beijing Djauhari Oratmangun.
Menurut Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Prof Hikmahanto Juwana, kunjungan ke China penting tak hanya untuk memperkuat hubungan bilateral. Dalam pertemuan dengan para pemimpin China, Indonesia bisa sekaligus memastikan agar pemberian pinjaman China ke Indonesia tidak akan berujung seperti Sri Lanka. Presiden Jokowi juga perlu meminta China memperhatikan kelestarian laut di Laut China Selatan dengan tidak membiarkan nelayan-nelayannya mengeksploitasi secara berlebihan.
Dalam kunjungan ke tiga negara, selain China, Presiden berencana ke Jepang dan Korea Selatan, Presiden juga diyakini akan menawarkan proyek-proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) kepada para investor di ketiga negara.
Selain itu, menurut Hikmahanto, Presiden Jokowi bisa berkonsultasi dengan para pemimpin ketiga negara ini terkait upaya menghentikan perang di Ukraina. Dengan demikian, krisis pangan sebagai imbas terganggunya rantai pasok global bisa diatasi.
Di sisi lain, Indonesia sebagai ketua G20 bisa mengusulkan proposal secara informal terkait terobosan perekonomian dunia. Hal ini akan dibahas secara formal di KTT G20, November mendatang, di Bali.