AS Kirim Lagi Paket Bantuan Senjata Senilai Rp 4 Triliun ke Ukraina
Amerika Serikat mengirimkan kembali sistem persenjataan bagi Ukraina senilai 270 juta dollar AS, yang membuat total bantuan persenjataan mencapai 8,2 miliar dollar. Ukraina merasa bahwa bantuan itu belum cukup.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
WASHINGTON, SABTU – Amerika Serikat kembali mengirimkan paket bantuan persenjataan senilai 270 juta dolla AS atau sekitar Rp 4,04 triliun bagi Ukraina. Dengan demikian, total bantuan persenjataan dari AS ke Ukraina mencapai 8,2 miliar dollar AS sepanjang perang Ukraina-Rusia berlangsung. Pasokan terbaru itu termasuk empat sistem roket artileri mobilitas tinggi (HIMARS) sehingga menjadikan Ukraina memiliki 20 sistem persenjataan tersebut.
”Rusia telah meluncurkan serangan yang mematikan ke seluruh Ukraina. Mereka menyerang mal, apartemen, yang menewaskan warga sipil Ukraina yang tidak bersalah. Untuk menghadapi kekejaman ini, Presiden (Joe Biden) secara jelas menegaskan bahwa kami akan terus mendukung Pemerintah Ukraina dan rakyatnya selama diperlukan,” kata Juru Bicara Gedung Putih John Kirby, Jumat (22/7/2022).
Selain mendapatkan empat sistem persenjataan HIMARS, Ukraina dalam paket bantuan ini juga mendapatkan 580 drone Phoenix Ghost yang dinilai akan menjadi instrumen penting bagi pasukan di lapangan untuk menandingi supremasi artileri Rusia. Ada pula 36.000 butir amunisi artileri, tambahan amunisi bagi sistem HIMARS, serta empat kendaraan pos komando, kendaraan lapis baja yang bisa berfungsi sebagai pusat operasi di medan pertempuran.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov awal pekan ini menyuarakan harapan agar Gedung Putih dan Pentagon bisa menyediakan setidaknya 100 unit HIMARS agar mereka bisa membalikkan situasi di medan pertempuran. HIMARS, diyakini oleh Kyiv, memiliki kapabilitas menghancurkan sasaran dengan tepat dalam jarak 80 kilometer. Dalam pandangan militer Ukraina, HIMARS ini merupakan pengubah permainan.
Rabu (20/7/2022), pasukan Ukraina dilaporkan menggunakan HIMARS untuk menyasar jembatan strategis di wilayah selatan Kherson yang diduduki Rusia. Seorang pakar militer mengatakan bahwa sistem itu aktif siang dan malam, hampir tidak pernah beristirahat.
Sebelumnya, AS juga telah memasok GMLRS (guided multiple launch rocket system) atau roket berpemandu. Pentagon dan Gedung Putih mengesampingkan permintaan Ukraina untuk mengirimkan rudal jarak jauh yang dinilai berpotensi digunakan untuk menyerang ke luar wilayah teritorial Ukraina, termasuk Rusia.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, di sela-sela pertemuan Forum Keamanan Aspen, menyatakan, tujuan utama Presiden AS Joe Biden dan AS adalah melakukan segala hal yang diperlukan untuk mendukung dan membela Ukraina. Akan tetapi, tujuan lain yang tidak kalah penting adalah memastikan bahwa dunia tidak mengarah pada Perang Dunia III.
Pengiriman drone Phoenix Ghost itu berbarengan dengan rencana Rusia mendapatkan pasokan drone dari Iran. Drone Iran diketahui telah digunakan untuk menembus sistem pertahanan udara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Ekspor gandum Ukraina
Setelah melakukan perundingan selama beberapa bulan terakhir, Rusia dan Ukraina akhirnya bersepakat untuk membuka gerbang ekspor gandum dan produk biji-bijian Ukraina. Perundingan difasilitasi Turki dan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Istanbul, Turki.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, seusai menyaksikan penandatanganan kesepakatan itu, menyebut peristiwa tersebut sebagai suar harapan bagi jutaan orang yang kelaparan di berbagai penjuru dunia. Selama beberapa bulan terakhir, harga bahan pangan, terutama gandum, naik.
Gangguan pasokan dari Ukraina dan Rusia jadi salah satu penyebabnya. Kedua negara memasok lebih kurang 25 persen gandum ke pasar global.
”Sebuah suar harapan, suar kemungkinan, suar kelegaan di dunia yang membutuhkannya lebih dari sebelumnya. Anda telah mengatasi rintangan dan mengesampingkan perbedaan untuk membuka jalan bagi inisiatif yang akan melayani kepentingan bersama semua,” katanya kepada para anggota delegasi kedua negara yang tengah bertikai.
Direktur Jenderal Palang Merah Robert Mardini, senada dengan Guterrres, mengatakan bahwa kesepakatan itu akan menyelamatkan nyawa banyak orang yang tengah berjuang bagi diri sendiri dan keluarganya. Dalam catatannya, selama enam bulan terakhir, harga makanan meroket tidak terkendali. Di Sudan, misalnya, harga makanan meningkat 187 persen. Sementara di Suriah dan Yaman, harganya melonjak masing-masing 86 persen dan 68 persen.
Menurut rencana, ujar Guterres, tiga pelabuhan utama yang akan menjadi gerbang ekspor gandum Ukraina adalah Odessa, Chernomorosk. dan Yuzhny. Guna mengawasi pelaksanaan ekspor, sebuah pusat koordinasi yang dipimpin PBB akan didirikan dan dikelola bersama dengan Turki, Ukraina, dan Rusia, termasuk menjadwalkan kedatangan dan keberangkatan kapal kargo.
Pengawasan kapal pengangkut yang masuk dan keluar akan dilakukan secara ketat untuk memastikan tidak ada senjata yang diselundupkan dari dan ke Ukraina.
Pengawasan kapal pengangkut yang masuk dan keluar akan dilakukan secara ketat untuk memastikan tidak ada senjata yang diselundupkan dari dan ke Ukraina. Para pihak juga sepakat untuk tidak menyerang kapal dan fasilitas pelabuhan yang terlibat dalam kegiatan ekspor. Sementara soal ranjau, kapal penyapu ranjau dari negara lain bisa dilibatkan untuk operasi pembersihan ranjau yang masih ada di sekitar rute pelayaran dan ketiga pelabuhan ekspor itu.
Juru Bicara PBB Farhan Haq menyatakan, Guterres meyakini ekspor gandum dan produk biji-bijian Ukraina bisa dimulai dalam dua pekan ke depan. Seorang pejabat senior PBB mengatakan, Ukraina membutuhkan sekitar 10 hari untuk mempersiapkan pelabuhan serta membutuhkan waktu untuk mengidentifikasi dan memperjelas koridor yang aman itu. Tujuannya adalah mengekspor 5 juta ton biji-bijian per bulan untuk mengosongkan silo Ukraina pada waktunya untuk panen tahun ini. (AP/REUTERS)