Dukungan Teknologi dan sarana-prasarana membuat ekonomi digital China melejit.
Oleh
LUKI AULIA, DARI BEIJING, CHINA
·3 menit baca
”Punya akun Alipay?” Begitu pertanyaan yang sering muncul saat hendak bertransaksi apa pun di ibu kota Beijing, China. Alipay adalah dompet digital milik raksasa e-commerce China, Alibaba Group, yang dibuat Jack Ma di Hangzhou, Februari 2004. Hampir semua mal, minimarket, restoran, hingga warung di pasar sudah memanfaatkan Alipay. Bayar makanan, transaksi belanja, naik taksi, beli tiket kereta, transfer uang, hingga belanja daring semua tinggal memindai kode quickresponse (QR) dengan memakai telepon selular. Proses mudah dan relatif cepat tergantung kekuatan sinyal ponsel.
Bagi warga asing, pengisian atau penambahan dana di Alipay bisa menggunakan rekening bank asal atau dengan memakai jasa pihak ketiga. Ada juga dompet digital lain yang populer di China, yakni WeChat Pay milik perusahaan Tencent, tetapi WeChat Pay untuk sementara hanya bisa digunakan oleh warga setempat.
Urusan health kit atau status kesehatan seseorang, seperti hasil tes usap dan status vaksinasi, pun tersemat di dalam ponsel. Untuk bisa mengakses lokasi mana pun, semua orang harus memindai health kit terlebih dahulu. Sulit membayangkan menjalani hidup sehari-hari di China tanpa ponsel cerdas dan jaringan internet.
Sebenarnya mirip dengan di Indonesia yang juga mulai terbiasa menggunakan dompet digital, seperti OVO, GoPay, ShopeePay, dan SakuKu. Bedanya, penggunaan uang tunai, kartu debit, dan kartu kredit di Indonesia masih umum.
Harian The Global Times, 25 Februari 2022, menyebutkan, hingga Desember 2021, jumlah pengguna internet di China mencapai 1,03 miliar, naik 42,96 juta dari Desember 2020, dan tingkat penetrasi internet mencapai 73,0 persen. Berdasarkan laporan ke-49 tentang perkembangan internet China yang dirilis Pusat Informasi China, jumlah pengguna internet di perdesaan saja mencapai 284 juta.
Netizen China rata-rata setiap minggu menghabiskan waktu hingga 28,5 jam untuk berselancar di dunia maya. Dan, 99,7 persen pengguna internet China menjelajahi internet melalui ponsel. Oleh karena itu, pasar layanan daring terus berkembang. Jumlah pengguna layanan pesan-antar makanan daring mencapai 544 juta pada Desember 2021 dan pasar transportasi daring memiliki 453 juta pengguna. Tercatat 1.007 miliar orang menggunakan pesan instan dan 975 juta netizen menonton video daring.
Tingginya jumlah pengguna tak bisa dipisahkan dari infrastruktur jaringan yang memadai, terutama sejak kehadiran 5G. China memiliki total 1,4 juta BTS 5G pada akhir 2021, di antaranya 654.000 BTS 5G yang baru dibangun pada 2021. Pada Desember 2021, China memiliki 9,96 juta BTS dengan total pengguna mencapai 1,6 miliar, sebanyak 355 juta di antaranya pengguna ponsel 5G.
Pesatnya perkembangan sarana dan prasarana teknologi informasi di China mendorong sejumlah perusahaan teknologi, salah satunya Kuaishou Technology, mengembangkan platform berbagi konten. Melalui plaform itu, masyarakat perdesaan bisa ikut membuat video pendek secara gratis. Mereka dapat mempromosikan dan menjual produk pertanian atau kerajinan. Untuk pasar luar negeri, ada platform bernama Kwai.
Haan Xing, Manager Urusan Publik di Kuaishou, ketika ditemui pada Jumat (8/7/2022) menjelaskan, pada 31 Maret rata-rata setiap hari Kuaishou digunakan oleh 345,5 juta pengguna di China. Pada periode yang sama, pengguna Kuaishou menghabiskan waktu rata-rata dua jam lebih per hari. ”Kami menciptakan wadah bagi siapa saja, terutama orang biasa yang tidak tinggal di perkotaan, untuk membuat konten yang bisa meningkatkan kualitas hidupnya, bahkan daerahnya. Siapa saja berhak mendapatkan tempat untuk berkreasi, bersuara, dan berekspresi,” ujarnya.
Aplikasi ini kini memiliki 14 miliar pengikut di seluruh dunia dan total pendapatannya 3,16 miliar dollar AS. Pertumbuhan tahunan 23,8 persen. Data dari satu perusahaan teknologi seperti Kuaishou ini saja sudah bisa menggambarkan betapa ekonomi digital China berkembang pesat. Itulah wajah kekuatan China di masa depan.