Meneguhkan Persaudaraan Sepanjang Zaman Selandia Baru dan Indonesia
Jika diibaratkan dengan umur manusia, perjalanan 64 tahun hubungan antara Indonesia dan Selandia Baru sudah melewati banyak asam garam kehidupan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
Nenek moyang bangsa Indonesia, khususnya Indonesia timur, dipercaya sama dengan nenek moyang bangsa Maori di Selandia Baru. Nenek moyang kedua bangsa adalah Melanesia-Polinesia. Kedekatan asal-usul itulah yang diharapkan terus mengikat hubungan dua negara ini. Hubungan persaudaraan sepanjang zaman.
Hubungan baik Indonesia dan Selandia Baru dimulai saat ”negeri kiwi” tersebut mengakui keberadaan Republik Indonesia pada 1949. Hal itu diperkuat dengan kunjungan Perdana Menteri Selandia Baru Sir Sidney Holland untuk pertama kalinya pada 1950. Delapan tahun kemudian, hubungan diplomatik antara kedua negara resmi dijalin.
”Pada tahun 1970-an, Selandia Baru bekerja sama dengan Indonesia untuk membangun pembangkit listrik geotermal di Kawah Kamojang, Jawa Barat. Saat pembangkit itu dibuka tahun 1983, itu menjadi pembangkit listrik geotermal pertama di Indonesia,” kata Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Kevin Burnett di Jakarta, Rabu (29/6/2022).
Dengan hubungan baik di masa lalu itu, Burnett berharap, Selandia Baru dan Indonesia dapat terus meningkatkan kerja sama. ”Kerja sama bidang pangan, industri medis, dan manufaktur, atau kerja sama dalam pengurangan emisi guna menekan dampak perubahan iklim. Kerja sama akan selalu terbuka lebar,” jelas Burnett.
Saat ini hubungan kedua negara sudah berjalan 64 tahun. Jika diibaratkan dengan umur manusia, hubungan itu sudah sudah melewati banyak asam garam kehidupan dan sudah berpengalaman. Selama perjalanan hubungan bilateral itu, beragam jenis kerja sama tercipta. Mulai dari pendidikan, turisme, perdagangan, atau sektor-sektor lain.
”Puluhan tahun Selandia Baru telah menjalin kerja sama dengan Indonesia dan akan terus melakukannya. Ada tantangan dan ketertarikan pada kerja sama yang bisa dilakukan ke depan. Seperti terkait iklim. Dua negara bisa bekerja sama dalam penanganan bencana, seperti gempa bumi atau dampak perubahan iklim,” kata Burnett.
Indonesia selama ini dikenal sebagai negeri dengan tantangan bencana gempa bumi. Begitu pun di Selandia Baru, kata Burnett. ”Kerja sama dalam penanganan gempa bumi, saling berbagi pengalaman dan respons menghadapi bencana, bisa dilakukan. Mungkin respons masyarakatnya bisa berbeda. Ini natural saja. Namun, dengan saling berbagi, bisa jadi saling bermanfaat,” ujarnya.
Selain itu, menurut Burnett, persoalan iklim juga harus jadi perhatian bersama. ”Kami mendukung program-program pengurangan emisi di Indonesia, mendukung transisi menuju energi terbarukan. Ini juga salah satu agenda G20. Kami bisa bekerja sama dengan Indonesia dalam hal ini,” katanya.
”Di Selandia Baru, kami telah fokus pada kendaraan listrik. Penjualan kendaraan listrik tahun lalu melebihi jenis penjualan kendaraan lain di Selandia Baru. Tetapi, kami kemudian punya tantangan menyediakan infrastruktur pendukungnya. Kami bisa bekerja sama dalam hal-hal yang membawa dampak besar seperti ini,” lanjut Burnett.
Potensi kerja sama lain, menurut Burnett, adalah penanganan terorisme. Sebagaimana diketahui, Indonesia dan Selandia Baru tak luput dari serangan teroris. Tahun 2019, Selandia Baru diguncang aksi teror berupa penembakan di masjid di Christchurch. Puluhan orang saat itu menjadi korban. ”Kerja sama dalam bidang kontraterorisme juga bisa dilakukan. Berbagi pengalaman dan pengetahuan,” katanya.
Di luar hal di atas, kerja sama terkait turisme, pendidikan, pertanian, dan manufaktur medis dinilai juga akan terus prospektif bagi kedua negara.
Semua hal itu akan bisa diupayakan seiring dengan mulai tertanganinya pandemi di kedua negara. Salah satu momen penting bagi Selandia Baru adalah mulai kembali dibukanya negara tersebut setelah dua tahun terakhir ditutup akibat pandemi.
Burnett mengumumkan bahwa pada akhir Juli 2022, Selandia Baru resmi terbuka kembali untuk pendatang. Mulai dari turis, perwakilan bisnis, pekerja, keluarga, dan pelajar, diperbolehkan datang ke Selandia Baru mulai pukul 23.59 pada 31 Juli 2022.
”Penduduk Indonesia, dipersilakan datang untuk menjelajahi dan menikmati keelokan serta kehangatan Selandia Baru,” katanya.