Iran Sebut Sistem Pertahanan Udara Regional Usulan AS-Israel Kontraproduktif
Iran mengritik upaya Amerika Serikat dan Israel membuat sistem pertahanan udara kolektif di kawasan Teluk. Kerja sama ini dinilai tidak akan membawa keamanan di kawasan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
TEHERAN, MINGGU – Rencana Amerika Serikat dan Israel meresmikan sistem pertahanan udara regional teluk (Gulf Regional Air Defense System) yang diusulkan oleh Israel dan disponsori oleh Amerika Serikat dinilai sebagai tindakan yang kontraproduktif. Tindakan itu hanya dinilai sebagai sebuah cara untuk mewujudkan keinginan AS, yaitu menormalisasi hubungan Israel-Arab Saudi.
"Usulan masalah ini sebagai sebuah hal yang provokatif. Republik Islam Iran memandang hal ini sebagai ancaman terhadap keamanan nasional dan regional," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanani, Sabtu (9/7/2022).
Pernyataan Kanani tidak terlepas dari pernyataan Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, Kamis (7/7/2022), yang menyebutkan bahwa Presiden AS Joe Biden dalam kunjungannya ke Timur Tengah pertengahan bulan ini, akan mewacanakan kolaborasi yang lebih besar dengan sejumlah negara di kawasan, seperti pertahanan udara. Kirby memastikan bahwa isu pertahanan udara, terutama yang berkaitan dengan Iran, akan menjadi salah satu agenda utama pembahasan Biden dengan sejumlah negara Teluk, termasuk Arab Saudi.
Selain mengunjungi negara-negara Teluk, Biden juga dijadwalkan akan berkunjung ke Israel, sekutu tradisionalnya di Timur Tengah.
Kanani menilai, memastikan berdirinya sebuah aliansi baru pertahanan udara di antara negara-negara Teluk dan Israel akan menciptakan masalah keamanan baru di kawasan. “Tindakan itu tidak akan menghasilkan apapun selain melemahkan keamanan regional dan sebaliknya memberikan keuntungan yang besar bagi pemerintahan negara Zionis,” kata Kanani, mengacu pada pemerintah Israel.
Pembicaraan mengenai Sistem Pertahanan Udara Regional Teluk itu yang disusun Israel dan disponsori AS disampaikan pertama kalinya oleh Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, pertengahan Juni lalu. Gantz mengklaim bahwa sistem pertahanan udara bersama itu sebenarnya sudah berlangsung.
“Selama setahun terakhir saya memimpin program ekstensif, bersama mitra di Pentagon dan di pemerintahan AS, untuk memperkuat kerja sama antara Israel dan negara-negara di kawasan (Teluk). Program ini sudah berjalan dan memungkinkan adanya intersepsi bila ada upaya Iran menyerang Israel dan negara-negara lain,” katanya.
Berbicara dengan syarat anonim, seorang pejabat pemerintah Israel mengatakan negara-negara mitra dalam sistem pertahanan itu akan menyinkronkan sistem pertahanan udara masing-masing melalui komunikasi elektronik jarak jauh. Seorang diplomat negara barat di kawasan tersebut, dengan syarat anonim, mengatakan, kerja sama itu akan membuat negara-negara Teluk (Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Kuwait dan Oman) terbantu dan terjamin keamanannya. “Itu akan membantu mengisi celah yang ditinggalkan oleh penarikan perangkat keras AS selama dua tahun terakhir dari kawasan itu. kerja sama itu juga akan menarik Israel dan Arab Saudi lebih dekat untuk mencapai kesepakatan nomalisasi," kata diplomat tersebut.
Kedutaan Besar AS di Yerusalem tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Kirby mengatakan, negara-negara di kawasan prihatin dengan sikap Iran dan kemampuan rudal balistiknya yagn terus berkembang. “Kami terus bekerja dalam kerangka kerja bersama pertahanan udara terintegrasi di seluruh kawasan,” kata Kirby.
Kanani mengatakan, tindakan yang dilakukan oleh AS dan sekutunya, Israel, mencerminkan sikap Iranofobia dan akan menciptakan perselisihan antarnegara di dalam kawasan.
"Setiap dasar untuk meningkatkan kehadiran dan peran AS dalam mekanisme keamanan regional hanya akan mengarah pada ketidakamanan, ketidakstabilan, dan penyebaran terorisme," tambahnya. (AP/AFP/Reuters)