Presiden Xi Pimpin Perayaan 25 Tahun Penyerahan Hong Kong
Perayaan tahun ini menandai separuh jalan kesepakatan China-Inggris selama 50 tahun yang menjadikan Hong Kong wilayah otonom di bawah ”Satu Negara Dua Sistem”.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
HONG KONG, JUMAT – Presiden China Xi Jinping memimpin perayaan menandai 25 tahun penyerahan Hong Kong dari Inggris, Jumat (1/7/2022). Xi sekaligus melantik pemerintahan baru Hong Kong.
Xi tiba di Hong Kong pada Kamis dalam kunjungan selama dua hari. Ini perjalanan pertama Xi ke luar negeri sejak pandemi Covid-19 melanda pada Maret 2020. Xi juga untuk pertama kalinya melawat ke Hong Kong sejak protes besar-besaran pecah pada 2019.
Dalam pidato saat perayaan, Xi mengatakan, tidak ada alasan untuk mengubah formula pemerintahan ”Satu Negara, Dua Sistem” di Hong Kong. ”Untuk sistem yang baik ini, tidak ada alasan mengubahnya sama sekali. Harus dikelola untuk jangka panjang,” katanya.
Selama pidato, ia mengatakan, Beijing selalu bertindak untuk kebaikan Hong Kong. ”Setelah bersatu dengan ibu pertiwi, rakyat Hong Kong menjadi tuan atas kota mereka sendiri. Demokrasi sejati Hong Kong dimulai dari sini,” lanjut Xi.
Sebelum pidato tersebut, Xi melantik pemimpin Hong Kong yang baru, John Lee. Lee ditunjuk menggantikan pemimpin sebelumnya, Carrie Lam, yang tidak ingin memperpanjang masa jabatannya. Lee menyatakan, aturan hukum menjadi nilai fundamental bagi pusat keuangan global tersebut. Undang-Undang Keamanan Nasional yang diberlakukan di Hong Kong pada 2020, menurut Lee, telah membawa stabilitas, terlebih setelah protes antipemerintah tahun 2019.
UU tersebut dikritik sebagai cara memberangus kebebasan berekspresi dan demokrasi yang telah lama dinikmati Hong Kong. China dan otoritas Hong Kong menolak kritik tersebut dan menyebut UU itu sebagai cara memulihkan tatanan dari kekacauan supaya kota tersebut bisa sejahtera.
Setelah upacara pelantikan pemimpin baru, semua pejabat, termasuk Xi, mengenakan masker dan berdiri dalam jarak setidaknya 1 meter. Mereka pun tidak bersalaman. China masih secara ketat memberlakukan protokol kesehatan dan menegakkan kebijakan nihil Covid-19 guna mengatasi pandemi.
Separuh jalan
Perayaan pada Jumat ini juga menandai separuh jalan dari model kesepakatan antara China dan Inggris selama 50 tahun di mana Hong Kong tetap menjadi wilayah otonom dan bebas, dikenal sebagai ”Satu Negara Dua Sistem”. Tepat 25 tahun lalu, pada 1 Juli 1997, Hong Kong resmi lepas dari kekuasaan Inggris setelah 156 tahun dan kembali ke pangkuan China.
Selama bertahun-tahun setelah penyerahan, perayaan 1 Juli biasanya dihadiri ratusan ribu warga Hong Kong yang ambil bagian dalam unjuk rasa menyuarakan keprihatinan politik dan sosial. Namun, selama dua tahun terakhir aksi semacam itu dilarang, baik dengan alasan pandemi Covid-19 maupun alasan keamanan.
Hal serupa terjadi pada perayaan 1 Juli kali ini. Otoritas keamanan mengerahkan pengamanan maksimal. Jalan-jalan banyak ditutup. Ruang udara di sekitar Victoria Harbour, tempat Gubernur Inggris terakhir menyerahkan Hong Kong kepada China, juga dikosongkan. Di Victoria Park, lapangan sepak bola yang biasanya digunakan untuk unjuk rasa dipakai sebagai pusat perayaan. Dekorasi lentera merah dan poster bertuliskan ”Era Baru” menghiasi jalanan utama Hong Kong dan di dekat tempat perayaan.
Perayaan 1 Juli dimulai dengan upacara pengibaran bendera di Victoria Harbour. Di tengah terpaan angin kuat, hadirin menyaksikan pengibaran bendera Hong Kong dan China diiringi lagu kebangsaan. Di angkasa pesawat militer melintas dan di perairan armada kapal menyemprotkan air. Xi tidak menghadiri upacara ini.
Sejumlah analis menilai kunjungan Xi ke Hong Kong sebagai tur kemenangan setelah Beijing berhasil memperketat kontrol atas kota pelabuhan tersebut. ”Seluruh kota hanya punya satu suara dominan dan suara lain dihapuskan. Hong Kong tenang dan harmoni karena kehilangan keragaman politik dan kebebasan berekspresi. Ini kegagalan sistem ’Satu Negara, Dua Sistem’, bukan keberhasilan,” kata Nathan Law, aktivis prodemokrasi yang melarikan diri dari Hong Kong. (AP/AFP/REUTERS)