Di tengah situasi dunia yang pelik dengan berbagai persoalan, BRICS mengajak berbagai negara untuk bekerja sama. BRICS memperluas keanggotaan dan Indonesia disebutkan tertarik masuk.
Oleh
LUKI AULIA, dari Beijing, China
·4 menit baca
BEIJING, KOMPAS —Negara-negara anggota BRICS, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, menekankan pentingnya kerja sama di tengah situasi dunia yang didera beragam persoalan, khususnya pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19. BRICS disebut bukan kumpulan negara atau blok yang dibentuk untuk menandingi atau melawan blok-blok yang sudah ada seperti G7. BRICS hendak memperluas keanggotaan dan sudah ada sejumlah negara yang ingin bergabung, antara lain Indonesia, Turki, Arab Saudi, Mesir, dan Argentina.
Rencana perluasan keanggotaan BRICS ini dimungkinkan karena sifat keanggotaannya yang terbuka. Secara umum, siapa saja boleh ikut bergabung. Namun, saat ini masih dibahas mengenai identifikasi kriteria, prinsip, dan panduannya. ”Ini bukan blok untuk menandingi siapa pun. Kami justru menginginkan kerja sama dengan blok-blok lain. Kita semestinya kerja sama, bukan saling melawan. Keterbukaan dan inklusif itu kunci penting,” kata Direktur Jenderal Departemen Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Luar Negeri China Li Kexin, ketika berbicara dengan wartawan mengenai pertemuan BRICS ke-14, Senin (27/6/2022), di Beijing, China.
Pemerhati China pada Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Nur Rachmat Yuliantoro, menjelaskan tujuan awal pembentukan BRICS tidak lepas dari perkembangan ekonomi negara-negara yang ada di dalamnya sehingga jelas merupakan forum multilateral ekonomi. Sorotan terbesar dunia kepada BRICS selama ini diarahkan kepada peran dan posisi China, dan kemudian Rusia. Pada hari-hari ini, dengan semakin meluasnya permasalahan global, tidak mengherankan jika BRICS juga dituntut memberikan kontribusi signifikan untuk menemukan solusi bagi permasalahan dunia.
Hanya, lanjut Rachmat, isu geopolitik tidak pelak menjadi batu sandungan bagi perkembangan BRICS. India dalam banyak hal berselisih paham dengan China. Rusia sejak lama dinilai menjadi penantang serius dominasi Barat. ”Persoalan ini tampaknya lebih mengemuka daripada kerja-kerja multilateralisme ekonomi yang diharapkan dari BRICS,” ujarnya.
Apabila Presiden China Xi Jinpingmengatakan, BRICS tidak dimaksudkan untuk menentang AS tentu terkait juga dengan perebutan pengaruh antara kedua negara. Di samping itu, China berkehendak mengembangkan citra internasional sebagai negara yang bersahabat. ”Bila benar Indonesia disebut akan bergabung dalam BRICS yang diperluas, ini tidak lepas dari politik luar negeri bebas aktif dan peluang untuk memanfaatkan berbagai forum internasional untuk kepentingan nasional,” kata Rachmat.
Pembangunan
Pada pertemuan tahun ini yang bertema ”Foster High-quality BRICS Partnership, Usher in a New Era for Global Development”, kelima negara anggota membahas kerja sama beragam sektor, termasuk penanganan Covid-19, mekanisme pusat penelitian dan pengembangan vaksin, distribusi vaksin yang adil dan setara, serta penguatan kesiapan menghadapi krisis kesehatan masyarakat lainnya. Li menyebutkan pada akhir pertemuan, BRICS juga mengupayakan ekonomi dunia yang terbuka, menentang sanksi unilateral, juga memperkuat kerja sama ekonomi digital, inovasi teknologi, rantai pasok dan industri, ketahanan pangan dan energi, serta mendorong pemulihan ekonomi dunia.
”BRICS fokus pada pembangunan dan terbuka pada kerja sama dengan siapa pun. Dengan memperluas keanggotaan, kerja sama BRICS bisa semakin kuat. Begitu pula dengan peran dan pengaruh BRICS sebagai pemain penting di dunia,” kata Li.
Presiden Xi dalam pidato pada pertemuan itu juga mengingatkan perlunya menjunjung tinggi solidaritas dan menjaga perdamaian dunia. Ia mengatakan, ada sejumlah negara yang berusaha memperluas aliansi militer untuk mencari keamanan mutlak, memicu konfrontasi berbasis blok dengan memaksa negara lain untuk memihak, serta mengejar dominasi sepihak dengan mengorbankan hak dan kepentingan orang lain.
”Jika ini dibiarkan berlanjut, dunia akan semakin bergejolak dan tidak aman. Penting bagi negara-negara BRICS mempraktikkan multilateralisme, menjaga keadilan, solidaritas, serta menolak hegemoni, intimidasi dan perpecahan,” ujarnya.
China mengusulkan kerangka Inisiatif Pembangunan Global sebagai bentuk nyata dari kerja sama BRICS. Salah satunya meningkatkan Dana Bantuan Kerja Sama Selatan-Selatan China menjadi Dana Pembangunan Global dan Kerja Sama Selatan-Selatan, dengan tambahan masukan 1 miliar dollar AS dari 3 miliar dollar AS yang sudah ada. Selain itu juga menambah dukungan untuk Dana Perwalian Perdamaian dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dibuat China, menerbitkan Laporan Pembangunan Global, dan mendirikan Pusat Promosi Pembangunan Global dan Jaringan Pengetahuan Global untuk Pembangunan.